Optika.id - Setelah empat pekan berlalu semenjak Rusia pertama kali melancarkan invasinya menuju Ukraina, kondisi konflik antara kedua negara ini tak kunjung juga usai dan semakin memanas hingga saat artikel ini ditulis.
Meskipun mereka sempat melakukan mediasi antar kedua belah pihak, kedua kubu itu juga belum menemukan adanya titik terang terkait terjadinya konflik yang menyebabkan teror berkepanjangan tersebut.
Baca juga: KTT Ukraina Terus Mengupayakan Konsensus, Tapi...
Bahkan, kebijakan keamanan Rusia mengatakan bahwa negaranya hanya akan menggunakan senjata nuklir jika keberadaannya sudah terancam. Dmitry Peskov selaku Juru bicara Istana Kremlin juga mengatakan bahwa tidak terdapat alasan lain yang ditekankan dalam aturan tersebut.
"Jadi kalau itu ancaman eksistensial bagi negara kita, maka itu (arsenal nuklir) bisa digunakan sesuai dengan konsep kita, ungkap Peskov.
Mengutip dari media CNN, Rabu (23/3/2022), dalam sebuah wawancara berbahasa inggris, Peskov kemudian membuat komentar sesaat ia ditanyai tentang apakah yakin Presiden Vladimir Putin tidak akan menggunakan senjata nuklir.
"Tidak ada alasan lain yang disebutkan dalam teks itu," terang Peskov dalam referensi lebih lanjut tentang konsep keamanan negara pada, Selasa (22/3/2022).
Komentar tersebut muncul disaat negara-negara Barat mulai khawatir akan konflik yang terjadi di Ukraina dapat meningkat menjadi perang nuklir. Perang tersebut juga diketahui masih terus berjalan selama hampir empat minggu setelah Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina pada Februari lalu.
Bulan lalu, Putih juga sempat memerintahkan agar pasukan nuklir Rusia siaga tinggi. Sejalan dengan perintah itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada 28 Februari bahwa pasukan rudal nuklirnya dan armada Utara dan Pasifik telah ditempatkan pada tugas tempur yang telah ditingkatkan.
Antonio Guterres selaku Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada 14 Maret bahwa pertimbangkan perang nuklir yang dulu tidak terpikirkan, justru muncul kembali.
Baca juga: Rusia: Ukraina Kembali Serang dengan Drone dan Rudal
"Prospek konflik nuklir, yang dulu tidak terpikirkan, sekarang kembali ke ranah kemungkinan," ujar Antonio.
Diketahui, Invasi yang dilancarkan oleh Rusia menuju Ukraina semakin memanas memasuki pekan keempatnya. Bahkan, Belarus sendiri diketahui turut mendukung Rusia dalam melakukan agresinya menuju Ukraina.
Filippo Grandi selaku Komisaris Tinggi PBB untuk para Pengungsi, mengatakan jika PBB sendiri telah memperkirakan bahwa total pengungsi yang berasal dari Ukraina tersebut akan mencapai angka 4 juta penduduk.
Polandia merupakan negara yang telah menerima sebagian besar dari para pengungsi tersebut, dengan Hungaria, Rumania dan Moldova yang juga tengah menerima puluhan ribu pengungsi lainnya.
Baca juga: Sekjen PBB Mengecam Serangan Rusia yang Menewaskan 40 Warga Ukraina
Bahkan, perusahaan kereta api nasional Jerman diketahui juga telah mengeluarkan adanya tiket gratis secara khusus bagi para pengungsi Ukraina tersebut agar dapat mencapai wilayah-wilayah kerabatnya.
Reporter: Akbar Danis
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi