Nadiem Lebih Pilih Jamu Diusulkan ke UNESCO, Bupati Sugiri: Reog Ponorogo Lebih Butuh Perlindungan Mendesak

Reporter : Jenik Mauliddina
Dok: Pemkab Ponorogo

Optika.id, Surabaya - Pemerintahan Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim yang lebih memilih pengusulan jamu ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda Indonesia selanjutnya.

Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko saat mengumumkan kepada media, pada Jumat (8/4/2022) malam, bahwa Reog menjadi urutan kedua dalam pengusulan warisan budaya tak benda dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) Kemendikbud Ristek yang diajukan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Baca juga: Gelar Profesor Dicabut Mendikbud, Begini Penjelasan Lengkap Taruna Ikrar

Kami kaget dengan keputusan Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim yang secara nyata lebih memilih jamu dibandingkan dengan memilih kesenian adiluhung reog Ponorogo untuk diusulkan ke dalam daftar ICH UNESCO. Ini bukti bahwa pemerintah abai terhadap pelestarian dan pemajuan kebudayaan asli rakyat Indonesia, ujar Bupati Ponorogo itu, Sabtu (9/4/2022).

Ia menjelaskan bahwa dalam petunjuk operasional ICH UNESCO (Operational Directive for the Implementation of the Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, 2020) terdapat 3 prioritas dalam menentukan proposal ICH UNESCO.

Kelompok prioritas pertama adalah dari negara yang belum pernah sama sekali memiliki elemen yang terenkripsi, praktik perlindungan terbaik yang terpilih atau yang mendapatkan bantuan internasional lebih dari US$ 100.000 dan berkas yang masuk dalam daftar warisan budaya tak benda yang membutuhkan perlindungan mendesak.

Kesenian adiluhung Reog Ponorogo satu-satunya warisan budaya yang masuk dalam prioritas pertama, yang diajukan dalam proposal pengajuan daftar warisan budaya tak benda yang membutuhkan perlindungan mendesak (form ICH-01), sementara warisan budaya yang lain tidak masuk dalam prioritas tersebut," jelasnya.

Apalagi menurut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, Malaysia juga mengklaim mengklaim dan mengajukan penawaran kebudayaan negaranya ke UNESCO.

Kami tidak memandang jamu itu tidak baik. Jamu baik, jamu top markotop. Akan tetapi saat situasi pandemi seperti saat ini, Reog terancam punah, karena tidak bisa manggung, kata Sugiri.

Baca juga: Nadiem Prihatin Terkait Pandemi Kekerasan Anak di Satuan Pendidikan

Bupati Sugiri Sancoko mengungkapkan ketidakrelaannya, tatkala Reog yang merupakan proposal dari rakyat kecil. Bahkan, Reog yang sudah ada sejak dirinya belum lahir, harus kalah dengan korporasi jamu.

"Mengapa Mas Menteri Nadiem tidak memilih Reog Ponorogo sebagai pengusulan berkas yang masuk dalam daftar warisan budaya, yang membutuhkan perlindungan mendesak, ungkap Kang Giri, sapaan akrabnya.

Pandemi jelas Reog tidak bisa manggung. Padahal, turunan dari pertunjukan Reog itu ada berbagai nilai ekonominya. Mulai dari pengrajinnya, seniman, hingga pelaku UMKM yang ketika Reog manggung bersandar disana.

Mewakili komunitas Reog se-Nusantara, Bupati Sugiri memohon kepada Mas Menteri Nadiem untuk meninjau ulang kebijakannya tersebut. Reog yang merupakan karya adiluhung, karya bangsa asli wong cilik, jikalau dengan korporasi, merasa tidak relasional

Baca juga: Legislator PAN Anggap Kekacauan PPDB Tanggung Jawab Nadiem

Memohon memohon mas menteri Nadiem untuk dikaji kembali. Supaya lebih jernih dan transparan, pungkasnya. 

Reporter: Jenik Mauliddina

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru