Optika.id - Demo 11 April 2022 di depan DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, berakhir ricuh. Kericuhan melebar hingga ke kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat.
Sekelompok massa (Orang Tak Dikenal) membakar bangunan Pos Polisi (Pospol) Pejompongan. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Baca juga: Aliansi Selamatkan Indonesia Akan Gelar Aksi Akbar pada 20 Mei Mendatang
Peristiwa tersebut sempat terekam video amatir warga. Dalam video yang beredar, terlihat api membakar bangunan Pospol Pejompongan.
"Lagi bakar-bakaran di kolong Pejompongan," kata perekam video.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Zulpan membenarkan adanya pembakaran Pospol Pejompongan pada Senin (11/4/2022) malam itu.
"Saya baru keluar dari DPR/MPR. Ini masih di jalan belum sampai. Tapi tadi udah dapat laporannya dibakar," ujar Zulpan dalam keterangannya, Senin (11/4/2022).
Siapa pelaku pembakaran Pospol Pejompongan ini, hingga kini masih menjadi misteri. Polisi saat ini tengah menyelidiki pelaku pembakaran Pospol Pejompongan tersebut.
"Masih kita selidiki," imbuh Zulpan.
Dari foto yang tersebar di media sosial sudah tak terlihat kobaran api. Kini, Pospol Pejompongan telah dipasangi garis kepolisian.
Terlihat juga plang pospol terlihat roboh. Bahkan tiang plang tersebut juga penyok.
Saksi Mata Kejadian
Salah satu saksi mata pembakaran pos polisi Pejompongan bernama Haedar (23) menceritakan pembakaran Pospol Pejompongan terjadi seusai bentrok polisi dengan massa demo di DPR RI, Senin (11/4/2022).
"Jadi kronologinya awalnya ada bentrokan antar polisi sama entah para demonstran atau apa, pokoknya mereka bentrokan ada tembakan gas air mata. Beberapa massa aksi juga ngebales pakai kembang api," ujar Haedar seperti dilansir detik, Selasa (12/4/2022).
Namun, bentrokan tersebut terjadi di depan gedung DPR RI. Nahas, diduga pembakaran pos polisi ini pun dianggap sebagai pelampiasan dari kekesalan massa terhadap polisi.
"Tidak berapa lama, massa aksi yang tadi lawan polisi itu dateng kesini dimana dia menyerang pospol ini, dia ngerusak plang presisi sampe pecah.
Massa aksi yang ricuh tersebut merusak plang pos polisi dengan menggunakan bambu, dilempari batu dan pada akhirnya dirobohkan bersama-sama."
Setelah massa dipukul mundur ke arah Pejompongan, beberapa rombongan kembali ke pospol Pejompongan. Mereka lalu menyerang pospol Pejompongan dan merusak plang presisi kepolisian.
"Saya lihat pake bambu terus dilempar batu juga, pada akhirnya bareng-bareng mereka robohin plang presisi," katanya.
Dia mengatakan rombongan orang tak dikenal itu terdiri lebih dari lima orang. Awalnya hanya sekitar dua orang yang melakukan perusakan dan pembakaran namun yang lain turut terprovokasi.
"Awalnya (pembakaran pospol) pokoknya mereka nyalain api atau entah mereka bakar sesuatu di dalam pakai minyak tanah juga kayaknya terus ya udah jadi gede," jelasnya.
Haedar mengatakan, para pelaku sempat mengambil kursi dari dalam dan membakarnya di luar. Setelah itu pelaku berfoto-foto di lokasi.
"(Setelah melakukan pembakaran) mereka foto-foto malah di sini. Sebenernya, selain bakar pospol ini, mereka juga bakar kursi di dalem, terus kursi itu dikeluarin makanya dia sempet lengang juga tadi posisi jalanan," sambungnya.
Selain itu, dia membeberkan saat terjadinya pembakaran tak ada satu pun polisi di lokasi.
"Jadi mereka baru balik ke sini. Kalau lenggang ya lenggang, mobil-mobil juga pada ketahan karena ketahan bangku (yang kebakar) ya," ucapnya.
Setelah terbakar, polisi pun segera melakukan olah TKP pembakaran pospol Pejompongan, Jakarta Pusat. Tim Inafis Polda Metro Jaya mengamankan sejumlah barang bukti dari lokasi tersebut.
[caption id="attachment_22274" align="alignnone" width="300"] Tim INAFIS melakukan olah TKP. (Istimewa)[/caption]
Petugas mulai memasuki area pospol Pejompongan untuk menyisir lokasi. Mereka juga terlihat masuk ke belakang bangunan pospol Pejompongan untuk mengecek apa ada dugaan barang yang menyulut api atau tidak.
Baca juga: Respons Isu Demo Ditunggangi, Demokrat: Penyampaian Aspirasi Harus Dihargai
Ini Komentar Netizen
Sementara netizen di Twitter banyak yang mengomentari pembakaran pos polisi Pejompongan tadi malam. Berikut komentarnya:
"Ini mah bukan menyampaikan aspirasi, tapi malah merusak fasilitas umum," ujar @saepul040705.
"Ini jelas sdh anarkis..!!" tambah heryidris5.
"Betul, tdk ada istilah ditunggangi, mreka sama, santun dulu baru rusuh. Ciri khas dr dulu," tutur ivanthery.
"Mahasiswa otak KADRUN mana mau mengakui apalagi bertanggung jawab," tukas kadiran 33673534.
"Emang dasarnya pengen makar, pengen rusuh.. cuman dibalut dengan kata "demo" dan "aksi2" lain.. klo petugas menerapkan metode Pak Harto yg pendekatannya bisa persuasif dan "dorrr" to "dorrr".. mungkin bakal "adem ayem"," tulis akun @ajoeshS.
"Kalo para provokator & pelakunya tertangkap langsung kasi bonus 1 timah di lututnya masing," tandas @tigadewamania.
"Ada anggota Polri hari ini menjadi Korban...sedih rasanya... Ini akibat kebiadaban dr sebuah provokasi secara terang2an... Sampai kapan mereka di biarkan...lelah rasanya kita kehabisan energi untuk hal2 yg bodoh," sesal @fxbanget.
"Mulai lagi pola lama, pejompongan, petamburan, slipi terus ke arah semanggi. Udh kebaca banget," tukas @rienajahh.
"Bubar ke arah tanah abang ?naik kereta. Rata² bukan org jkt, dr tangerang, serang. Kl 3 thn yg lalu sih gitu. Pak polisi juga tau lah. Sebagian masuk ke gang² didaerah petamburan," tambah rienajahh.
"Iya pasukan Petamburan dan Benhil. Semalam dikejar sampai jalan danau toba. Mana Helmi felis teriak2 di medsos doang dia," kata @YFBERE.
Netizen pun berharap pelaku segera ditangkap.
"Ayooo Pak Polisi tunjukan kekuatan anda , hukum diatas segalanya bawa mereka smua ke pengadilan, smua provokator dan bohir2 sekalian, jangan pilih2," tegas @noela76251035.
Baca juga: Kecewa Tak Ditemui Pihak Istana, Aliansi Mahasiswa Indonesia Bawa 7 Tuntutan
"Pak tolong dikasih tindakan yg tegas dan tidak usah terukur.. sebagai efek jera thd yg lain nya , krn merusak fasilitas umum/negara," tutur @sidiqbudiyanto1
"Kalo sudah begini mana ada yang berani bertanggung jawab yach???? Miris banget," tukas @bernadgh
"Pak @jokowi @ListyoSigitP , ini hasil pendekatan humanis tegas tapi santun yang bapak canangkan. Pelanggar hukum makin berani dan brutal, semengara wibawa polisi makin hilang! Harus tunggu berapa banyak korban petugas di lapangan baru polisi bisa lebih keras berefek jera?" tegas @bahlulWan.
"Humanis bila berhadapan dng orang yg punya tata krama dan waras tp kpd orang2 yg barbar dan biadab harusnya tegas," tegas @Rosedah76.
Netizen menganggap hal tersebut mencederai prinsip demokrasi.
"Mrk klo dilarang atau diperingatkan utk tdk berlaku sedemikian, bakal berdalih bahwa ini negara demokrasi, tp tololnya mrk, mrk sendiri justru telah MENCIDERAI APA ITU DEMOKRASI SENDIRI! pemahaman mrk demokrasi bebas melakukan apapun, kan tolol!" kata @paijan_Coolness.
[caption id="attachment_22272" align="aligncenter" width="753"] Tangkapan layar komentar netizen. (Optika.id)[/caption]
"@SantorinisSun slogan PRESISI nya @ListyoSigitP amburadul!! Terkesan lembek .. eh garang sama pelanggar lalu lintas," sindir @sigitsoenoto.
Netizen pun meminta Kapolri mengambil tindakan tegas.
"Pak @ListyoSigitP Tolong ambil tindakan jangan sampai masyarakat yang ingin tenang dan damai tersulut pak," harap @syawaluddinCha9.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi