Influence Dari Bangsa Luar

Reporter : optikaid
Influence Dari Bangsa Luar

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="150"] Ruby Kay[/caption]

Entah mengapa dari dulu gak terlalu suka dengan kurma. Mau kurma Tunisia yang mahal harganya kek, gue gak pernah tertarik. Sebagai manusia yang lahir dan besar didaerah tropis, diri ini lebih suka mengkonsumsi durian, rambutan, mangga, langsat, manggis, nanas dan berbagai buah khas daerah Asia tenggara.

Baca juga: Asal Usul Membeli Baju Baru Jelang Lebaran, Begini Sejarahnya

Walau memakan kurma saat berbuka puasa disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW, namun tak ada paksaan. Bebas saja tergantung selera. Toh masih banyak sunnah lain yang bisa ditiru. Karena apa yang kita konsumsi tak selalu harus berkiblat pada pola makan orang-orang yang hidup di negara timur tengah.

Ketika Idul fitri pun mayoritas muslim di Indonesia tidak meniru pola konsumsi orang Arab, melainkan kita lebih ter-influence dengan budaya kuliner orang Eropa. Sajian cookies lebaran selalu seputar kastengel (Belanda: kaasstengels), nastar (Belanda: annanas taart), lidah kucing (Belanda: katte tong) hingga putri salju yang asalnya dari Austria bernama vanillekipferl.

Untuk sajian kue basahnya, disajikan lapis legit yang lagi-lagi merupakan kuliner asal negeri Belanda bernama spekkoek.

Ada yang masak daging semur sebagai hidangan khas lebaran? Itu juga berasal dari Belanda dengan nama asli smoor atau smooren. Artinya daging yang direbus bersama tomat dan bawang dalam waktu lama.

Kroket dan risoles adalah menu gorengan yang disandingkan dengan cocolan cabe atau petis sebagai menu berbuka puasa juga asalnya dari negeri Belanda dengan nama asli kroketten dan rissole.

Perkedel yang biasa ditemui dirumah makan padang juga berasal dari negeri kincir angin. Nama aslinya frikadeller.

Baca juga: Mengenal Kue Lidah Kucing, Primadona Lebaran Warisan Kolonial

Kalau opor ayam, pepes, lemang, sate, itu baru kuliner asli peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia. Sajian ketan/pulut yang dipanggang didalam bambu itu gak bakal kita temukan di Arab atau Eropa.

Begitulah kebudayaan kuliner luar mempengaruhi suku bangsa yang hidup di nusantara. Kita dapat mengenal Islam dari pedagang Arab, Tiongkok, Gujarat. Tapi tak bisa dinafikan, Belanda juga membawa pengaruh yang kuat terutama dalam hal kuliner.

Selain itu, bahasa Indonesia dan bahasa gaul sehari-hari juga dipengaruhi oleh bangsa Arab, Tiongkok, Belanda.
Penamaan hari-hari dari Arab:
Senin: (Isnaini)
Selasa: (Tsulaatsaai)
Rabu: (Arbiaai)
Kamis: (Khomiis)
Jumat: (Jumuati)
Sabtu: (Sabtu)

Adapula bahasa Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Belanda. Contoh:
Permak jeans (vermaak)
Kantor (kantoor)
Karcis (kaartjes)
Keramik (keramiek)
Asbak (asbak)
Bangkrut (bankroet)
Sandal (sandaal)
Geser (gezorgd)
Dan banyak lagi yang lainnya.

Baca juga: Epidemiolog Ingatkan Masyarakat Tetap Waspada Covid-19 Saat Mudik Lebaran

Kalau bahasa betawi cepek, cetiao, seceng, goban, goceng, noceng, sudah pasti terpengaruh dari orang tiongkok.

Seru ya negeri ini. Bukti bahwa nusantara dulu menjadi rujukan berbagai ras dan suku bangsa yang akhirnya saling mempengaruhi satu sama lain.

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru