Optika.id - Pada tanggal 9 Mei mendatang, Presiden Rusia Vladimir Putin akan menggunakan kesempatan tersebut untuk mengumumkan kemenangan besar dalam konflik yang tengah terjadi di Ukraina pada saat ini. Mengapa harus tanggal 9 Mei?
Hal ini diduga ditengarai oleh momen perayaan kemenangan Rusia pada Perang Dunia Kedua silam. Hal yang kemudian menjadikan tanggal 9 Mei sebagai hari libur nasional bagi mereka.
Baca juga: Sekjen PBB Mengecam Serangan Rusia yang Menewaskan 40 Warga Ukraina
Perang Dunia Kedua merupakan salah satu konflik bersenjata terbesar di dunia hingga saat ini. Peristiwa tersebut dimulai ketika invasi menuju Polandia pada September 1939 dan berakhir pada tahun 1945.
Uni Soviet, salah satu negara dalam aliansi yang mengalahkan Nazi Jerman dalam PD II, pada tahun 1963, memulai kebijakan untuk menciptakan kultus kemenangan dalam perang melawan Nazi Jerman, sebagai bentuk penguatan ideologis negara serta sentimen patriotik yang dilakukan oleh pemimpin mereka pada saat itu, Leonid Brezhnev.
Hal ini kemudian menyebabkan Soviet mengadakan parade militer di Lapangan Merah sehingga menjadikan tanggal 9 Mei sebagai tanggal merah.
Akan tetapi, pada awal abad ke-21 ini, Vladimir Putin kemudian berusaha membuat Hari Kemenangan tersebut menjadi lebih penting lagi dengan menjadikan tanggal tersebut sebagai bagian tak terpisahkan dari warga Rusia.
Namun, setiap tahunnya, veteran perang dan saksi mata yang masih hidup menjadi semakin sedikit, yang menyebabkan narasi tentang perang besar Rusia dalam mengalahkan Nazisme juga diabadikan dalam amandemen Konstitusi Rusia pada 2020. Warga Rusia juga dilarang untuk mempertanyakan narasi sejarah resmi tentang kemenangan tersebut.
"Kultus Kemenangan dihidupkan kembali di Rusia pada tahun 2000-an dengan jauh lebih megah daripada di zaman Soviet. Itu sebabnya triumfalisme (perayaan kemenangan) terus mengemuka baik di media maupun dalam kesadaran massa," ungkap Oleg Budnitsky, Direktur Pusat Internasional untuk Sejarah dan Sosiologi Perang Dunia II di Sekolah Tinggi Ekonomi di Moskow, mengutip dari media BBC.
"Ada konsekuensi positifnya: misal, fokus yang lebih besar pada sejarah perang. Jutaan dokumen dipublikasikan dan didigitalkan. Tetapi di sisi lain - kita menyaksikan peningkatan militerisasi massa," sambungnya.
Baca juga: Tahun 2023 Makin Panas! Zelenskyy dan Putin Sama-Sama Janjikan Kemenangan
Akan tetapi, menurut survei yang dilakukan pemerintah pada 2020, mayoritas warga Rusia tidak terlalu mengetahui terkait bagaimana masa perang tersebut. Bahkan, kurang dari sepertiga anak berusia 18-24 tahun tahu kapan Perang Patriotik Raya dimulai.
Namun, perayaan massal ini masih tetap memiliki kemeriahan tersendiri diantara mereka. Meskipun pada tahun 2020, perayaan ulang tahun ke-75 Kemenangan ini dipindahkan dari Mei hingga akhir Juni dikarenakan pandemi Covid-19.
Lebih dari 20.000 personel, ratusan pesawat, dan kendaraan lapis baja turut meramaikan parade militer besar-besaran tersebut.
Kurang dari dua tahun kemudian, Rusia kemudian terlibat dalam invasi skala penuh ke Ukraina dengan tujuan Rusia, seperti yang disuarakan oleh Presiden Putin, adalah untuk "mendemiliterisasi" dan "mendenazifikasi" Ukraina.
Ketika kampanye militernya seperti mengambil alih Kyiv atau menggulingkan pemerintah Ukraina itu gagal, maka diperkirakan bahwa tanggal kemenangan yang diusahakan oleh para komandan Rusia adalah 9 Mei mendatang.
Baca juga: Putin Ingin Akhiri Perang Rusia-Ukraina, Ini Alasannya
Jika pada hari itu Rusia berhasil mendapatkan kemenangan, maka Moskow akan dapat menciptakan kembali Hari Kemenangan untuk tujuan propaganda sekali lagi. Hal ini nantinya akan menjadi kesempatan bagi pihak berwenang untuk menegaskan klaim mereka bahwa "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina bukanlah agresi perang tetapi perjuangan untuk membasmi Nazisme.
Reporter: Akbar Danis
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi