Optika.id - Tulisan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwakartiko berbuntut panjang. Tulisan tersebut dinilai rasis dan xenophobic. Rektor ITK pun akan segera dinonaktifkan!
Pernyataan itu disampaikan oleh Komite Reviewer LPDP, Prof. Azyumardi Azra dalam perbincangannya dengan pengamat politik, Hersubeno Arief.
Baca juga: Kasus Ujaran Kebencian dan Penistaan Agama Rektor ITK, Begini Penjelasan Saksi
"Budi Santosa akan segera dinonaktifkan. Itu ujar Prof. Azyumardi Azra dalam perbincangan dengan saya hari ini, Ahad, 1 Mei 2022," kata Hersubeno Arief seperti dikutip Optika.id dari channel YouTube-nya Hersubeno Point, Minggu (1/5/2022).
Dia kemudian menjelaskan siapa sosok Azyumardi Azra yang memberikan informasi tersebut kepadanya.
"Azyumardi Azra adalah salah satu anggota komite reviewer LPDP yang memutuskan menerima atau menolak calon penerima LPDP dan juga para reviewer-nya. Bahasa enaknya kita sebut para pewawancara seperti profesi yang diemban oleh Budi Santosa," jelas jurnalis senior ini.
Hersubeno mengungkapkan, Azyumardi Azra telah berkomunikasi dengan Dirjen Dikti Ristek, Prof. Nizam, dan Direktur Utama LPDP, Andin Hadiyanto.
"Keduanya mengaku menyesalkan peristiwa tersebut, Budi Santosa dinilai melakukan pelanggaran pakta integritas yang dia tandatangani ketika terpilih menjadi pewawancara," katanya.
Hersubeno juga menuturkan apa saja pakta integritas yang dilanggar oleh Budi Santosa Purwakartiko.
"Pertama, di situ tidak mengungkapkan atau merahasiakan apa proses wawancara calon dan penilaian terhadap calon. Kedua, tidak mempersepsikan calon atas dasar gender, etnis, agama, suku, dan kecenderungan politik," tegasnya .
Sebelumnya, Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko menjadi sorotan karena status yang ditulisnya di media sosial.
Pasalnya, dalam unggahan pada Rabu, 27 April 2022 itu, apa yang dituliskannya tersebut dinilai rasis.
Meski unggahan tersebut sudah dihapus, tetapi tangkapan layar tulisan Budi Santosa Purwokartiko itu beredar luas.
Dalam unggahannya, dia membicarakan terkait pengalamannya mewawancarai beberapa mahasiswa yang mengikuti program ke luar negeri.
Budi Santosa Purwokartiko menyebut program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa yang pintar dan memiliki kemampuan luar biasa.
"Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145 bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen," ujar Budi Santosa Purwokartiko.
Baca juga: Prof Azyumardi Azra: Cendekiawan Muslim Moderat itu Telah Wafat
Dia juga mengungkapkan bagaimana para mahasiswa tersebut berbicara terkait hal-hal yang membumi, seperti cita-cita, minat, usaha, kontribusi untuk bangsa, hingga nasionalisme.
"Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi2 di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang," tulisnya.
Akan tetapi, tulisan Budi Santosa Purwokartiko ini dianggap rasis, begitu dia menyebut hijab atau kerudung sebagai 'penutup kepala ala manusia gurun'.
[caption id="attachment_24463" align="aligncenter" width="750"] Tulisan rektor ITK. (Istimewa)[/caption]
"Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita tanpa karya teknologi. Saya hanya berharap mereka nanti tidak masuk dalam lingkungan yang membuat hal vana mudah jadi sulit," tutur Budi Santosa.
Pernyataan Institut Teknologi Kalimantan
Setelah unggahan tersebut viral dan menuai berbagai kecaman, pihak Institut Teknologi Kalimantan angkat bicara.
Baca juga: Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra Meninggal Dunia
Institut Teknologi Kalimantan menegaskan apa yang ditulis Budi Santosa Purwokartiko tersebut tidak ada kaitannya dengan kampus.
"Terkait dengan pemberitaan tentang tulisan Prof. Budi Santosa Purwakartiko oleh salah satu media online yang kemudian tersebar ke berbagai kanal media online lainnya dan mendapat tanggapan dari para netizen, dengan ini kami informasikan bahwa, tulisan Prof. Budi Santosa Purwakartiko tersebut merupakan tulisan pribadi dan tidak ada hubungannya dengan jabatan beliau sebagai rektor ITK," ujar keterangan resmi yang dirilis seperti dikutip Optika.id dari situs resminya, itk.ac.id, Minggu (1/5/2022).
Institut Teknologi Kalimantan pun meminta agar masyarakat tidak mengaitkan unggahan Budi Santosa Purwokartiko itu dengan kampus.
"Oleh karena itu, mohon pemberitaan dan komentar lebih lanjut baik oleh media maupun para netizen tidak mengaitkan dengan institusi ITK, dan awak media atau para netizen dapat langsung berkomunikasi dengan beliau. Demikian untuk mendapatkan perhatian dari media dan para netizen," tulis Institut Teknologi Kalimantan.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi