[caption id="attachment_9675" align="alignnone" width="300"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]
Optika.id - Dalam textbook ilmu marketing yang ditulis Philip Kotler disebutkan perbedaan makna kata Need (kebutuhan), Want (Keinginan) dan Demand (permintaan). Need adalah kebutuhan dasar manusia seperti makan minum, pakaian, rumah, dicintai, harga diri dsb, Want adalah keinginan-kebutuhan khusus manusia, misalkan kebutuhan manusia akan makan, maka permintaan manusia akan makanan itu bisa soto ayam, soto Madura, pecel atau gudeg Yogyakarta, sedangkan Demand adalah permintaan manusia yang didasarkan oleh pendapatan (income) dan keinginan (willing to).
Baca juga: Anies dan Ganjar akan Hadir dalam Pelantikan Prabowo-Gibran Minggu Besok
Perusahaan yang sudah established itu berhasil merubah keinginan (Want) itu menjadi kebutuhan (need), sebagai contoh makanan saji dari Amerika Serikat menjadi kebutuhan pembeli karena didasarkan faktor gaya hidup, ingin disebut modern dsb. Biasanya perusahaan semacam itu menanamkan informasi yang menarik di blackbox pikiran pembeli, meyakinkan pembeli kemudian sampai pada keputusan membeli. Tentu perusahaan juga menentukan target market yang disasar agar membeli produknya. Target market ini berdasarkan segmentasi pasar, segmentasi pendapatan, segmentasi lifestyle (gaya hidup) dsb.
Ilmu marketing dasar itu juga dipraktekkan orang dibidang politik misalkan di ajang pemilihan kepala daerah atau presiden. Dalam hal ini saya mengamati sepak terjang Ganjar Pranowo-entah sadar atau tidak sadar melakukan praktek Pemasaran Politik atau political marketing. Ganjar memasukkan informasi tentang dirinya di blackbox masyarakat dengan sikap-sikapnya yang santun, luwes gaya priyayi Jawa. Misalkan dalam beberapa kesempatan pak Ganjar ini menjelaskan dengan bahasa sederhana merakyat bahwa istrinya itu keturunan dari keluarga Kiai. Selain itu disetiap wawancara di rumahnya, maka latar belakang (background) yang dipakai adalah foto Bung Karno dan dan ulama NU yang terkenal sperti Mbah Maimun- seorang ulama kharismatik di Jawa. Informasi tentang dirinya baik dalam bentuk narasi maupun gambar/video itu sasarannya atau target marketnya adalah masyarakat dari segmentasi nasionalis dan agama (utamanya kaum Nahdhliyin), dimana jumlahnya banyak (terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur). Ganjar tentu tahu tidak akan memasang foto ulama yang bukan dari NU katakanlah dari Muhammadiyah. Bukan berarti Ganjar tidak suka tokoh dari Muhammadiyah, namun untuk maksud political marketing tentu itu akan kontra produktif.
Kalau blackbox masyarakat sudah diisi dengan informasi informasi itu maka mereka akan menentukan pembelian dan memutuskan untuk membeli ulang. Dalam hal politik pemilihan presiden ini maka masyarakat pemilih akan menentukan memilih (pembelian) seseorang untuk menjadi pemimpin akan datang. Target market yang disasar itu adalah kedua golongan tadi yakni nasionalis dan agama. Keputusan pemilih itu selanjutnya akan merubah Keinginan atau Want masyarakat akan figur tokoh yang sederhana, luwes, santun, nasionalis dan agamis menjadi kebutuhan mereka akan seorang menjadi pemimpin negara.
Baca juga: Ganjar Sebut Indonesia Tengah Hadapi Krisis Kesehatan Mental
Diplomat barat ada yang berpendapat bahwa meskipun Indonesia ini masyarakatnya sudah menjadi modern, rasional namun perilaku pemilih (voters behavior) Remain Unchangd alias tidak berubah yaitu menginginkan seorang pemimpin yang tidak meledak-ledak, penuh emosi, keras dsb, sebaliknya menginginkan seorang figur yang sederhana dan santun. Dalam hal ini latar belakang Ganjar dari UGM atau bahasa Inggrisnya tidak terlalu lancar bukanlah variabel yang penting. Masyarakat seperti itu akan menjadi solid manakala calon pujaannya itu dikecam atau dijelek-jelekkan berkali kali.
Kita tidak tahu, apakah prakek pemasaran politik pak Ganjar itu berhasil atau tidak, atau apakah data, fakta tentang kemiskinan, banjir rob di pelabuhan Semarang yang sering dikritikkan ke beliau sebagai seorang gubernur yang gagal memimpin Jawa Tengah oleh para pengritiknya bahkan dari kalangan partainya sendiri PDI-P akan berpengaruh secara signifikan terhadap isi blackbox para pemilihnya, atau bahkan berbagai cemoohan itu membuat pemilihnya lebih solid seperti hipotesa diplomat barat tadi.
Baca juga: Megawati Resmi Lantik Pengurus DPP PDIP, Ada Ganjar dan Ahok yang Diamanahi!
Wallahualam.
Editor : Pahlevi