[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]
Optika.id - Pemberitaan rencana presiden Jokowi bertemu dengan presiden Rusia Vladimir Putin dan presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di media nasional masih memunculkan berita teknis kesiapan pengawalan presiden Jokowi pergi ke kedua negara yang sedang berseteru itu. Kesiapan itu meliputi latihan prajurit TNI dari Kopassus, Denjaka dan Kopasgat dalam mengawal presiden nantinya. Sementara itu pemberitaan media luar negeri salah satunya media Amerika Serikat Bloomberg baru-baru ini sedikit banyak memberitakan kemungkinan materi pembicara pak Jokowi dengan kedua pemimpin negara tersebut.
Baca juga: Suriah Jatuh
Mengutip pernyataan menteri luar negeri Indonesia Retno Marsudi Bloomberg memberitakan bahwa Jokowi menjadi pemimpin Asia pertama yang mengunjungi negara-negara itu sejak perang dimulai, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Kunjungan akan dilakukan setelah dia menghadiri pertemuan Group of Seven di Jerman pada 26-28 Juni.
Hampir semua orang mengetahui bahwa pertemuan para pemimpin negara di dunia yang di dominasi negara-negara kaya yaitu G-20 adalah pertemuan yang amat bergengsi. Dan tahun 2022 ini Indonesia didapuk menjadi pimpinan atau Presidency kelompok G-20 ini dan akan menyelenggarakan pertemuan para pemimpin negara-negara G-20 pada bulan November 2022 mendatang. Jabatan Presidency ini merupakan kepercayaan negara-negara G-20 kepada Indonesia sekaligus pengakuan pentingnya posisi Indonesia di percaturan dunia
Untuk diketahui forum pertemuan para pemimpin 20 negara atau G-20 itu sebenarnya di mulai pada tahun 1999 di Jerman, namun masyarakat internasional baru menganggap pertemuan itu penting ketika Amerika Serikat menjadi tuan rumah pertemuan G-20 di Washington untuk membicarakan upaya negara-negara yang tergabung di G-20 itu menyelesaikan masalah-masalah ekonomi global.
Negara-negara yang tergabung di G-20 ini mempunyai peran dan pengaruh penting di arena global karena menguasai 89% perekonomian dunia; karena itu wajar mereka harus memiliki tanggung jawab manakala perekonomian dunia mengalami kemunduran.
Indonesia, sebagai tuan rumah Grup 20 tahun ini, akan menjadi panggung untuk pertemuan potensial antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy setelah Jokowi mengundang keduanya untuk menghadiri KTT November di Bali.
Baca juga: Lagi-Lagi Soal Komunikasi
Bloomberg dalam analisanya menyebutkan bahwa di Indonesia, kenaikan harga pangan telah melemahkan popularitas Jokowi, mendorongnya untuk menggantikan menteri perdagangan dan agraria setelah serangkaian kebijakan gagal memperbaiki kekurangan minyak goreng dan bahan makanan lainnya.
Presiden Jokowi memang harus membicarakan dampak perang Rusia Vs Ukraina yang sekarang sudah melanda dunia, harga-harga pangan, harga BBM dan tingkat inflasi yang tinggi akibat berhentinya pasokan dari kedua negara yang berperang itu yang juga diakibatkan oleh sangsi ekonomi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya Eropa kepada Rusia.
Pihak intelijen Inggris maupun pengakuan Rusia sendiri mengatakan bahwa perang di Ukraina ini kemungkinan bisa sampai waktu yang lama. Kalau ini terjadi maka perekonomian global akan stagnan alias macet, dan ini sangat berbahaya juga bagi Indonesia yang sedang bergelut dengan masalah-masalah ekonomi dalam negeri termasuk jumlah hutang yang menumpuk.
Baca juga: Kita Harus Paham DNA Media Barat
Dalam analisanya Bloomberg juga menyebutkan akibat perang di Ukrainia yang masih berlangsung itu negara-negara Asia Tenggara telah bergerak untuk mengekang kenaikan biaya pangan dengan larangan ekspor dan subsidi. Malaysia sebagian telah melarang ekspor ayam, sementara Indonesia menghentikan sementara pengiriman minyak nabati pada April dan Mei. Singapura mengumumkan paket senilai S$1,5 miliar ($1,1 miliar) minggu ini untuk melindungi rumah tangga berpenghasilan rendah dari lonjakan biaya hidup.
Posisi Indonesia di G-20 dapat dipakai untuk mengembangkan jaringan diplomatik internasional sekaligus membantu ketertiban dunia seperti yang di amanatkan UUD 45. Karena Indonesia secara serius diperhatikan sebagai suatu negara yang memiliki peran penting di arena global, makan kunjungan pak Jokowi ke Kiev dan Moskow harus benar-benar dimanfaatkan untuk kepentingan nasional dan global, dan yang terpenting posisi Indonesia harus tetap mencerminkan negara yang menjalankan politik bebas aktif, tidak memihak- seperti yang diamanatkan UUD 1945.
Editor : Pahlevi