Psikolog Anjurkan Psikoterapi Untuk Anak Indigo

Reporter : Uswatun Hasanah
silhouette-g12d18c72a_1920

Optika.id - Masyarakat Indonesia yang gemar akan klenik dan hal-hal berbau horor pasti sudah tidak asing dengan istilah indigo.

Adapun indigo sendiri diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki manusia untuk bisa melihat sesuatu yang tak kasat mata, seperti hantu. Kemampuan ini di kalangan masyarakat pun kerap dianggap sebagai pemberian alami dari Tuhan, bukan sebagai sebuah kelainan atau gangguan.

Baca juga: Begini Cara Memakai Parfum yang Benar Agar Aroma Tak Cepat Hilang

Berbanding terbalik, ilmu psikologi melihat fenomena ini dengan sangat berbeda. Fenomena Indigo ini dianggap sebagai bentuk halusinasi yang diderita oleh mereka yang memiliki kerentanan genetis terhadap ketakutan serta kecemasan.

Menurut ilmu psikologi, orang-orang dengan rasa takut dan cemas mudah sekali mengalami halusinasi karena ketakutan dan bayangan mereka terhadap makhluk gaib yang ada di dimensi bawah sadar kemudian terbawa ke alam sadar. Kondisi ini juga membuat individu tersebut seolah melihat sesuatu dan mendengar bisikan yang tidak nyata dan sumir.

Oleh sebab itu, M. Azka Maulana selaku Psikolog Klinis sekaligus Dosen di Universitas Muhammadiyah Cirebon, mengatakan bahwa individu dengan kerentanan genetis atau yang disebut indigo harus menjalani sesi psikoterapi untuk mengendalikan alam bawah sadarnya.

Menurutnya, hal ini bertujuan untuk mengelola rasa takut serta kecemasan sehingga tidak mudah mengalami halusinasi dan membantu penderitanya mengenal batasan mana yang rasional dan mana yang tidak.

Individu yang mengalami kerentanan tersebut sebaiknya menjalani sesi psikoterapi. Apalagi jika diikuti dengan gejala histeria maka perlu penanganan medis. Ingat, itu menandakan individu tersebut tidak sehat, kata Azka, Kamis (21/7/2022).

Dia menjelaskan, hysteria adalah gangguan mental yang ditandai dengan halusinasi lebih dulu, mengalami kejang otot, berteriak, lost of control hingga berperan seperti sosok lain yang di masyarakat kerap disebut sebagai kesurupan.

Secara mendalam, sambung Azka, kerentanan genetis baik visual maupun auditory dilatar belakangi oleh pengalaman traumatis masa kecilnya. Misalnya, tentang bagaimana lingkungan menanamkan nilai-nilai keberadaan makhluk tak kasat mata di sekitar kita.

Baca juga: Ada Topeng Bobrok dalam Pamer Kemesraan di Media Sosial

Di sisi lain, pengalaman traumatis masa kecil yang akan tersimpan di alam bawah sadar dan terbawa hingga dewasa adalah tindakan orang dewasa yang menakut-nakuti anak dengan keberadaan makhluk yang menyeramkan. Penanaman gambaran inilah yang terbawa hingga dewasa.

Ketika seseorang tumbuh dengan rasa takut maka bayangan atau halusinasi dalam alam bawah sadarnya akan semakin tampak nyata, seolah ia mampu melihat dengan mata telanjang.

Azka pun cukup menyayangkan terhadap sikap masyarakat terhadap penderita kerentanan genetis, bahkan mengalami hysteria, dimana masyarakat malah berbondong-bondong mempercayai apa yang dilihat, didengar, maupun diucapkan oleh individu dengan label indigo tersebut.

Padahal, sambung Azka, penderita kerentanan seharusnya mendapatkan bantuan agar tidak menimbulkan risiko gangguan mental yang lebih parah.

Baca juga: Gen Z Enggan Terima Panggilan Telepon, Benarkah Kena Telephobia?

Orang yang katanya indigo ini butuh sesi terapi bukan malah omongannya kita telan mentah-mentah akhirnya kita sama-sama memiliki irrational beliefs. Kita harus paham bahwa mereka punya kerentanan bukan malah petuahnya kita ikuti, ujarnya.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru