Narasi Pejabat AS “Meniru” Pejabat Indonesia

Reporter : Seno
IMG-20220804-WA0028

[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Kondisi perekonomian Amerika Serikat sedang menurun dilihat dari berbagai indikator dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden seringkali menyalahkan kondisi ekonomi yang turun ini akibat dari kelakuan presiden Rusia Vladimir Putin yang menyerang Ukraina yang menyebabkan supply chain atau rantai pasok bahan-bahan makanan dunia terganggu, harga-harga kebutuhan rakyat naik termasuk harga BBM. Banyak yang tidak setuju dengan pendapat presiden AS ini dengan menuduh bahwa kondisi ekonomi yang menurun itu akibat kinerja presiden Biden yang kurang bagus bukan karena Putin.

Baca juga: Suriah Jatuh

Beberapa indikator melemahnya ekonomi di AS ini antara lain meningkatnya persentase rumah tangga Amerika yang mengalami kesulitan membayar tagihan mereka karena inflasi terus mendatangkan malapetaka pada anggaran di seluruh negeri. "Joe Biden gagal," senator Ted Cruz, dari partai Republik,Texas, mengatakan di Twitter reaksi kerasnyaa terhadap survei Biro Sensus AS yang menemukan sekitar 150 juta rumah tangga Amerika telah melaporkan mengalami setidaknya beberapa kesulitan memenuhi pengeluaran rumah tangga mereka dalam tujuh hari terakhir.

Survei Biro Sensus AS, yang dilakukan antara 29 Juni dan 11 Juli, menemukan bahwa lebih dari 48 juta rumah tangga Amerika memiliki waktu yang "agak sulit" untuk memenuhi pengeluaran rumah tangga mereka dan lebih dari 43 juta memiliki waktu yang "sangat sulit" dan 58 juta rumah tangga lainnya mengalami waktu yang "sedikit sulit" untuk memenuhi pengeluaran.

Selain itu sekitar 90 juta rumah tangga yang mengalami waktu yang agak atau sangat sulit untuk memenuhi pengeluaran merupakan ukuran tertinggi yang ditemukan Biro Sensus sejak mulai mengajukan pertanyaan hampir dua tahun lalu, naik dari sekitar 60 juta pada saat ini tahun lalu. Temuan itu datang ketika orang Amerika telah berjuang melawan tingkat inflasi yang tinggi selama hampir 40 tahun, melonjak menjadi 9,1% pada bulan Juni, menurut angka indeks harga konsumen Departemen Tenaga Kerja terbaru. Selain itu kebutuhan rumah tangga seperti makanan dan energi, dengan harga energi naik 41,6% sejak tahun lalu dan harga pangan naik 10,4%.

Bukan Resesi

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa U.S. economy is in a state of transition atau perekonomian AS dalam kondisi masa transisi, bukan resesi, meskipun selama dua kuartal berturut-turut pertumbuhan negatif.

Resesi, kata Yellen, adalah "pelemahan ekonomi kita secara luas" yang mencakup PHK substansial, penutupan bisnis, tekanan dalam keuangan rumah tangga dan perlambatan aktivitas sektor swasta. "Bukan itu yang kita lihat saat ini," katanya saat konferensi pers sore di Departemen Keuangan. "Ketika melihat ekonomi, penciptaan lapangan kerja terus berlanjut, keuangan rumah tangga tetap kuat, konsumen berbelanja dan bisnis tumbuh." Kata dia.

Baca juga: Lagi-Lagi Soal Komunikasi

Komentar itu, bagaimanapun, datang pada hari yang sama ketika Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan melaporkan bahwa produk domestik bruto, ukuran terluas dari kegiatan ekonomi, turun 0,9% pada kuartal kedua. Datang setelah kontraksi 1,6% pada kuartal pertama, dua penurunan berturut-turut memenuhi definisi resesi yang umum digunakan. Biro Riset Ekonomi Nasional, bagaimanapun, adalah penengah resmi resesi, dan kemungkinan tidak akan memerintah selama berbulan-bulan.

Para pengkritik pemerintahan Joe Biden menuduh bahwa pemerintah bermain dengan kata-kata dengan definisi resesi yang baru. Padahal Resesi didefinisikan oleh NBER (The United States' National Bureau of Economic Research (NBER)) sebagai "penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh ekonomi, yang berlangsung lebih dari beberapa bulan." Organisasi ini memperhitungkan banyak faktor, termasuk PDB, pendapatan riil, pekerjaan, produksi industri, dan pengeluaran konsumen, dalam penentuannya. Fakta bahwa PDB Amerika Serikat turun drastis berturut-turut semala dua semester itu sudah menunjukkan bahwa AS dalam kondisi resesi.

Penghalusan Kata Seperti Jaman Orba di Indonesia

Para petinggi pemerintahan Amerika Serikat antara lain Menteri Keuangan itu dituduh menggunakan Eupemisim yaitu kata atau ungkapan ringan atau tidak langsung yang digunakan untuk mengganti kata yang dianggap terlalu keras atau blak-blakan ketika merujuk pada sesuatu yang tidak menyenangkan atau memalukan. Bahwa kondisi ekonomi yang menurun dengan berbgai bukti indikator terebut bukanlah disebut resesi tapi masa transisi itu adalah euphemism.

Baca juga: Kita Harus Paham DNA Media Barat

Saya ingat cara para pejabat Indonesia dimasa Orde Baru dalam menggunakan cara penghalusan kata seperti itu dalam menjelaskan suatu kondisi yang jelek. Misalkan ketika pemerintah menangkap dan memenjarakan para pengkrtiknyanya, maka pejabat aparatur keamanan mengatakan ke publik bahwa yang bersangkutan bukan ditangkap tapi diamankan. Pemerintah waktu itu juga menggunakan kata disesuaikan untuk mengganti kata harga-harga naik; misalnya harga BBM bukan naik tapi disesuaikan.

Saya jadinya ingat ketika membeli mangga pada pejual keliling mangga orang Madura dengan harga Rp 10 ribu/kg, dan besoknya saya ulangi membeli mangga itu karena memang rasanya manis; tapi ternyata harganya Rp 15 ribu/kg. Saya bertanya pak baru kemarin saya beli ke bapak dengan harga Rp 10 ribu sekarang Rp 15 ribu, kok naik harganya?. Si penjual Madura ini dengan cerdasnya menjawab menggunakan Eupemisim itu bukan harganya naik pak; tapi harga baru.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru