Harga Telur Tak Kunjung Turun, Ibu Rumah Tangga Menjerit

Reporter : Seno
images (53)

Optika.id - Beberapa hari terakhir kaum ibu dibuat pusing dengan harga telur yang tak kunjung turun. Salah seorang ibu rumah tangga bernama Maisaroh juga dibuat pusing tujuh keliling. Dia mengatakan, harga telur yang dibelinya masih di harga Rp 32 ribu per kilogram.

"Saya tadi beli telor Rp 32 ribu per kilo di sini (Pasar Gedongan, Waru, Sidoarjo) mas," kata ibu beranak 2 ini pada Optika.id, Kamis (25/8/2022).

Baca juga: Harga Telur Ayam Masih Mahal, Pengusaha Nasi Padang, Penjual Cilor Sampai Ibu Rumah Tangga Sambat!

"Pusing mas kalau nggak turun-turun ini, semua sembako harganya merangkak naik, ayam tadi saya beli Rp 36 ribu per kilogram, masih cukup mahal untuk keluarga kecil seperti saya, karena yang bekerja hanya suami. Sementara gaji suami nggak naik-naik," keluh perempuan berusia 45 tahun ini.

Siti Qomariyah salah seorang ibu rumah tangga lainnya menambahkan, harga telur yang tak kunjung turun membuat dirinya dan keluarga, kini mengonsumsi tempe dan tahu sebagai lauk pauk pendamping nasi.

"Kayak gini gaji saya nggak cukup mas buat beli telor, cuman bisa beli tempe, duit Rp 10 ribu cukup buat beli tempe dan tahu," kata perempuan beranak 5 ini pada Optika.id.

Dia menegaskan gajinya sebagai asisten rumah tangga Rp 1,3 juta tak cukup untuk hanya membeli telur maupun lauk pauk yang lain. Seperti daging ayam atau daging sapi.

"Tuku ndog ae saiki gak isok mas, opo maneh tuku (beli telur saja tidak bisa apalagi beli) daging sapi, akhire nek pengen mangan daging yo ngenteni nek onok wong bancakan (akhirnya kalau mau makan daging ya nunggu kalau ada orang selametan) mas," kata perempuan berusia 51 tahun ini.

Mendag Lapor Jokowi

Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan melaporkan soal harga telur ayam saat ini yang harganya masih tinggi kepada Presiden Joko Widodo pada Kamis (25/8/2022).

Menurut Zulkifli, harga jual telur ayam Rp 31.000 terlalu mahal.

"Tadi saya lapor juga soal telur ayam, memang Rp 31.000. Waktu saya duduk (baru menjadi Mendag) Rp 32.000, lalu sempat turun Rp 25.000 hingga Rp 26.000. Memang harga sedangnya (telur ayam) Rp 27.000 hingga Rp 28.000 peternak untung. Tapi, kalau Rp 31.000 (per kilogram) kemahalan," kata Zulhas sapaan akrabnya, Kamis (25/8/2022).

Dia mengungkapkan, sebelum rapat dengan Presiden Jokowi, dia terlebih dulu menggelar pertemuan dengan pengusaha telur seluruh Indonesia.

Tujuannya untuk mencari penyebab persoalan harga telur ayam yang masih tinggi.

Salah satunya adanya program penyaluran bantuan sosial (bansos) oleh Kementerian Sosial (Kemensos) yang dirapel untuk jatah tiga bulan. Di dalam paket bansos yang disalurkan terdapat telur ayam.

"Ini rapel tiga bulan, uangnya agak banyak, jadi permintaan (telur ayam) tinggi dalam lima hari, pasar kurang. Biasa pasar kaget. Biasa kalau supply kurang dikit, harga naik. Jadi daerah-daerah agak shock dikit, tetapi dua minggu lagi juga harga normal. Kita akan tambah untuk ayam petelur," tuturnya.

Respons Ikappi

Kenaikan harga telur ini mendapat respons dari Ikatan Pedagang Pasar indonesia (Ikappi) dengan mendesak Kementerian Perdagangan turun tangan.

"Ikappi meminta kepada Kementrian Perdagangan untuk melakukan upaya-upaya lanjutan tidak hanya ber-statement yang justru akan membuat kegaduhan," ujar Ketua Umum DPP Ikappi Abdullah Mansuri dalam keterangannya, Rabu (24/8/2022).

Upaya-upaya yang diharapkan adalah mengumpulkan peternak-peternak besar atau petelur-petelur besar dalam rangka mencari solusi dan langkah apa yang harus dilakukan ke depan untuk menurunkan harga telur.

Dia pun menyayangkan pernyataan Mendag Zulhas beberapa waktu lalu yang mendorong agar tidak meributkan harga telur naik.

Sebaliknya, justru seharusnya menteri perdagangan mendorong agar harga telur bisa turun.

"Bukan justru menyampaikan bahwa supply berlebih dan kita tidak boleh ribut. Ribut ini karena ada jeritan dari emak-emak yang terus mengalir kepada kami, sehingga kami mau tidak mau harus mendorong agar pemerintah mencarikan solusi," terang Abdullah.

Lebih lanjut, dia menyampaikan, persoalan kenaikan harga telur ini sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir. Ia menguraikan harga telur naik dari Rp 27.000 per kilogram menjadi Rp 29.000 per kilogram, ke Rp 30.000 per kilogram, bahkan sekarang sampai ke Rp 32.000 per kilogram pada hari ini, Kamis (25/8/2022).

Menurut pantauannya, saat ini merupakan harga telur ayam naik tertinggi sepanjang sejarah.

"Telur adalah komoditas yang cukup besar permintaannya. Jika tinggi harganya maka jadi masalah. Kami harapkan pemerintah bisa menyelesaikan persoalan telur dalam waktu sesingkat-singkatnya," pinta Abdullah.

Siapkan Bansos

Baca juga: Zulhas Sebut Kenaikan Harga Telur Gara-Gara Kemensos

Selain itu, Wakil Presiden (Wapres) Maruf Amin mengungkapkan pemerintah sedang menyiapkan bantuan sosial (bansos) dan operasi pasar untuk merespons kenaikan harga telur di pasaran yang secara tiba-tiba mencapai Rp32.000 hingga Rp35.000 per kilogram.

"Kita mudah-mudahan dengan kekuatan kita, pemerintah sudah menyiapkan diri untuk bansos digulirkan, kemudian tentu operasi pasar disiapkan. Bansos akan terus diperbesar," ungkap Wapres di sela kunjungan kerja di Kampar, Riau, Kamis (25/8/2022).

Menurut dia kenaikan harga telur dan sejumlah bahan pangan sudah mulai terasa dampaknya bagi masyarakat kecil. Bahkan, kenaikan harga ini dianggap tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Untuk itu, pemerintah sedang menyiapkan langkah-langkah, antara lain kembali menggulirkan bansos ke masyarakat yang terdampak, juga operasi pasar untuk menstabilkan harga. Wapres juga mengingatkan masyarakat bahwa krisis global pasti akan berdampak pada Indonesia, sebagaimana telah dirasakan dampaiknya di berbagai negara.

Karena itu, semua kita ini sedang siap untuk menghadapi, semua negara sedang beprikir gimana menghadapi krisis global ini. Tapi Indonesia, ekonomi Indonesia cukup baik, Alhamdulillah," tuturnya.

Ia berharap agar kenaikan harga telur yang terjadi saat ini hanya bersifat sementara dan dapat kembali normal. "Mudah-mudahan kenaikan hanya sementara saja, temporary saja. Mudah-mudahan," kata dia.

Dorong Inflasi

Sementara, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan kenaikan harga telur perlu diwaspadai karena dapat mendorong inflasi lebih tinggi. Terlebih kenaikan harga terjadi di saat inflasi bahan pangan per Juli sudah hampir menyentuh 11 persen secara tahunan.

Ditambah, kata dia, di waktu yang bersamaan pemerintah sedang mewacanakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Maka, inflasi secara umum bisa mencapai 7 persen karena bahan bakar angkutan pangan ikut naik," ucapnya seperti dilansir Tempo Kamis (25/8/2022).

Adapun penyebab kenaikan harga telur diduga karena harga pakan ternak yang naik, baik jagung maupun gandum. Di pasar spot internasional, tuturnya, harga jagung melonjak 19 persen dibanding satu tahun terakhir.

Sementara Gandum sebagai campuran pakan ternak masih terhambat stok dari Ukraina karena perang. Alhasil keterlambatan pengiriman dan mahalnya harga bahan baku pakan ternak juga berimbas kepada peternak telur di Indonesia. Ia menyarakan pemerintah perlu mencari juga alternatif untuk menurunkan harga pakan ternak.

Ia menyebutkan hal yang bisa dilakukan saat ini adalah memastikan tidak adanya spekulan yang manfaatkan situasi. Ia menegaskan ranta pasok dari peternak hingga ke tangan konsumen harus diawasi.

"Libatkan Satgas Pangan secara intens di daerah untuk bantu pengawasan tata niaga telur," ucap Bhima.

Di sisi lain, peternak mengeluhkan harga telur melonjak lantaran belum mampu mensuplai susuai kebutuhan konsumen. Bhima menyarankam agar pemerintah mendorong program peternak telur rakyat. Pemerintah bisa membantu permodalan, peningkatan kapasitas kandang, dan stok indukan ayam petelur.

"Semakin banyak peternak baru atau peternak existing yang produksi telur akan menambah sisi pasokan," katanya.

Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi menambahkan, saat ini harga telur tinggi lantaran permintaan konsumen melonjak, namun suplai dari peternak belum mencukupi.

Musbar menjelaskan permintaan konsumen akan telur sebelumnya rendah karena adanya bantuan sosial (bansos) berupa bahan pokok, termasuk telur.

Sayangnya, kata Musbar, kini saat permintaan akan telur pulih, populasi ayam petelur produksi belum kembali seperti tahun 2019. Menurut dia perlu waktu tiga sampai empat bulan untuk pemulihan populasinya. Artinya, kata dia, dari sisi suplai tidak mencukupi kebutuhan permintaan itu sendiri.

Kenaikan harga telur di tingkat peternak juga terjadi karena biaya produksi meningkat. Musbar menuturkan sejak awal 2022 harga pakan ayam naik. Ia mencatat sejak Permendag 07 tahun 2020 dikeluarkan, mulai April 2022 harga pakan ayam mulai dari 24 persen hingga 26 persen.

"Itu yang membuat harga telur dari peternak mencapai titik keseimbangan baru di level Rp 22 - 24 per kilogram," katanya.

Diketahui, Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional mencatat harga telur hari ini, Kamis (25/8/2022), mengalami kenaikan harga menjadi Rp 30.850 per kilogram. Situs Informasi Pangan Jakarta pun mencatat harga telur masih tinggi yaitu Rp 30.988 per kilogram. Kenaikan harga secara intens sudah berlangsung sejak dua pekan yang lalu dari harga semula berkisar Rp 20 ribu per kilogram.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru