Optika.id - Diah Pitaloka selaku Politikus PDIP sekaligus Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, menilai jika strategi serangan fajar untuk mendapatkan suara masyarakat dalam Pemilu sudah tidak efektif dilakukan.
Diah meragukan efektifitas serangan fajar untuk memperoleh suara masyarakat saat ini. Menurutnya, serangan fajar digunakan oleh mereka yang tidak percaya diri.
Baca juga: PDI-P Hormati Putusan PTUN, Tegaskan 'Prabowo Yes, Gibran No'
Hal ini dia katakan berdasarkan pengalamannya. Ada seorang masyarakat yang bercerita kepadanya bahwa ia mendapatkan uang dari beberapa calon legislatif (caleg) pesaingnya. Namun, orang itu justru memilihnya yang tidak melakukan serangan fajar.
Jadi pernah, satu orang bapak-bapak bilang Alhamdulillah saya dapat Rp800 ribu, dari si A Rp 100 ribu, dari ini Rp300 ribu, ada yang Rp200 ribu. Nah dia lapor ke saya. Jadi apakah itu efektif? Orang dapat duit senang, iya. Tapi apakah orang memilih karena uang? Jangan-jangan ini jadi tradisi baru yang sebetulnya tidak efektif, paparnya, dalam keterangan di media, Jumat (26/8/2022).
Oleh karena itu, menurut Diah banyak yang harus dicermati oleh para caleg. Sebabnya, bukan tidak mungkin ongkos politik yang selama ini dinilai besar justru dihabiskan untuk serangan fajar yang sebetulnya tidak efektif dan buang-buang biaya.
Kendati demikian, Diah tidak menampik jika kemungkinan jika ada masyarakat yang memang memilih karena uang, mengingat ada budaya di Indonesia yakni sungkan jika sudah diberikan uang dan tidak memilih.
Apakah pemilih kita benar memilih karena uang? Kalau ditanya, mungkin jawabannya bisa jadi iya. Karena enggak enak gitu orang kita kan. Sudah dikasih masa nggak milih. Ada yang begitu memang. Tapi saya enggak terlalu yakin itu efektif, tutur Diah.
Cara tersebut tentunya menjadi sulit sebab semua orang memiliki dan memakai strategi yang sama dalam satu momen bersamaan.
Baca juga: 5 Daerah Jatim Ini Hanya Miliki Paslon Tunggal
Lebih lanjut, Diah mengungkapkan jika kegiatan memobilisasi masyarakat agar memilih suatu caleg juga kerap terjadi, selain dari pemberian serangan fajar.
Ada juga yang kemudian bermain di tipe kampanye model mobilisasi suara, karena karakter masyarakat kita memang paternalistik. Enggak semua dia pemilih individual. Banyak juga mungkin kantong-kantong yang pemilihnya pemilih kolektif. Suara itu dimobilisasi, katanya.
Diah berharap Pemilu yang bersih bisa terbangun. Tidak adanya politik uang dalam kegiatan pesta demokrasi.
Praktik money politik itu hanya bisa berjalan dipraktik pemilu yang curang. Kalau pemilunya bersih dia enggak bisa. Itu tantangan tersendiri bagaimana kita membangun sistem election yang kredibel, yang terbuka, yang adil, pungkas Diah.
Baca juga: Tiktoker Ini Ungkap Jika PDIP Usung Anies, Seluruh Daerah Terkena Dampak Positif!
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi