Optika.id-Pemerintah Kota Surabaya mengharapkan program lingkungan yang ada di Kota Pahlawan, Jawa Timur, bisa menunjang ekonomi kerakyatan di daerah setempat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro di Surabaya, Sabtu, mengatakan untuk program lingkungan yang menunjang ekonomi kerakyatan, salah satunya sudah dicontohkan di Kelurahan Kebonsari dengan adanya program budidaya maggot di rumah warga.
Baca juga: Banjir Parah di Greges Timur, Warga Desak Penanganan Cepat
"Mereka ingin ada lokasi untuk pemusatan ternak maggot agar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) bisa menjadi tenaga kerja atau memanfaatkan budidaya tersebut," kata dia, Sabtu (27/8/2022).
Sebab, lanjut Hebi, pesanan yang diterima oleh masyarakat belum terpenuhi, karena terlalu banyak pesanan daripada proses produksi.
"Pekan depan akan kami survei lokasi agar mereka bisa segera memproduksi," ujar Hebi.
Program unggulan lainnya adalah Geblak atau Gerakan Balik kanan. Jadi, lanjut dia, dahulu dapur warga menghadap sungai, kini ruang tamu yang menghadap sungai.
"Artinya, ada kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan di sungai agar tidak menyebabkan banjir," ujar dia.
Menurut Hebi, Pemkot Surabaya telah mengajukan Kelurahan Kebonsari dalam Program Kampung Iklim (Proklim) Lestari Tahun 2022 yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Hebi berharap pada tahapan verifikasi lapangan Proklim Lestari Tahun 2022, usulan Kelurahan Kebonsari untuk Proklim Lestari bisa memperoleh penghargaan.
Baca juga: Haedar Nashir Hadiri Milad Seabad RS PKU Muhammadiyah Surabaya
"Kami berusaha mempertahankan penghargaan Proklim Tahun 2021, seperti Proklim Lestari di Kelurahan Jambangan. Maka, saat ini kami mengusulkan Kelurahan Kebonsari," kata dia.
Hebi mengatakan pada Proklim Tahun 2022, Kota Surabaya mengajukan satu kelurahan untuk kategori Proklim Lestari, sembilan kelurahan untuk kategori Proklim Utama, dan dua kelurahan untuk kategori Proklim Madya.
Sementara itu, Lurah Kebonsari, Surabaya Rerry Setianingtyaswati mengaku pihaknya telah melakukan kegiatan adaptasi dan mitigasi di seluruh wilayah kelurahan, khususnya pengolahan sampa, baik organik dan non-organik.
"Untuk sampah non-organik, kami olah menjadi produk yang bisa kita pasarkan. Saat ini kami sudah memiliki galeri UMKM Kebonsari yang ada di kantor kelurahan," kata dia.
Sedangkan sampah organik, lanjut dia, dilakukan budidaya maggot dan memproduksi eco enzyme (cairan atau produk pembersih rumah) untuk meningkatkan nilai ekonomi bagi masyarakat Kelurahan Kebonsari, hingga Kampung Geblak atau Gerakan Balik Kanan.
Baca juga: Pilwali Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji Akan Melawan Kotak Kosong?
Untuk ketahanan pangan budidaya sayur-mayur, yang penanaman dilakukan oleh warga mulai, terong, tomat, cabai, dan lainnya. Serta ada embung untuk budi daya perikanan.
Reporter: Angga Kurnia Putra
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi