Optika.id - Secara naluriah, emosi merupakan bagian yang melekat dalam diri manusia yang dimiliki sejak bayi. Meskipun emosi muncul secara alami, akan tetapi sebuah penelitian mengungkapkan bahwa emosi perlu diperkenalkan sejak dini pada anak.
Pengenalan emosi yang dilakukan sejak dini dipercaya akan membantu anak lebih mudah untuk meregulasi emosi. Hal tersebut diungkapkan oleh Educator Montessori sekaligus Principal Early Childhood Education Tentang Anak Gianti Amanda. Gianti mengatakan jika memperkenalkan emosi dapat menjadi langkah awal untuk mengurangi potensi anak mudah mengalami tantrum ketika berusia dua tahun atau pada fase toddler.
Baca juga: Gen Z Enggan Terima Panggilan Telepon, Benarkah Kena Telephobia?
Semakin anak mengenal emosi ia akan semakin mudah meregulasi emosianya, anak mudah mengungkapkan perasaannya sehingga tidak mudah tantrum, kata Gianti dalam keterangannya, Senin (29/8/2022).
Hal ini disebabkan trantrum dipicu oleh perasaan frustasi ketika ia tidak dapat mengungkapkan emosinya. Seperti kesal, marah, sedih, dan sejenisnya. Oleh sebab itu, jika anak diajari bagaimana memahami ragam emosi sejak dini, maka anak akan lebih mudah menyampaikan perasaannya.
Mengenalkan emosi sejak usia dini, ujar Gianti, juga dapat menjadi bekal anak masuk ke lingkungan sosial dan sekolah. Bahkan, ketika si anak menghadapi situasi yang baru seperti menunggu, mengantre, diacuhkan, anak dapat memahami perasaannya dan meregulasi emosinya.
Dalam ilmu psikologi, regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol emosi negatif dalam diri. Sehingga ketika anak diperkenalkan dengan emosi, anak juga belajar bagaimana menangani emosi tersebut.
Maka dari itu, ada andil orang tua dalam memberikan arahan tentang bagaimana cara mengatasi emosi negatif yang dirasakan. Misalnya, ketika anak tidak berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, anak cenderung marah dan menangis. Di situ Gianti mengatakan jika orang tua dapat memberi validasi perasaan anak sekaligus mengenalkan emosi padanya.
Orang tua bisa mengatakan 'kakak sedih ya? kakak marah ya?' secara tidak langsung anak mengenal bahwa perasaannya saat itu adalah sebuah emosi, tutur perempuan yang karib disapa Teh Gia ini.
Baca juga: Waspadai Tiga Kebiasaan Beracun yang Bisa Rusak Mental Diri Sendiri
Adapun mengenalkan emosi ini juga bisa dilakukan sejak bayi kendati semua emosi yang ingin diungkapkan oleh bayi hanya diekspresikan berupa tangisan. Akan tetapi, para orang tua dapat menebak serta menekankan keinginan bayi.
Misal mengatakan kamu sedih karena lapar ya, kamu sedih karena digendong ya, kamu marah karena ibu lama datang ya, respons seperti ini perlahan-lahan akan diserap sebagai informasi oleh bayi.
Orang tua juga dapat mengenalkan ekspresi emosi melalui buku bergambar agar anak bisa merefleksikan contoh emosi yang ia lihat.
Buku bergambar, flash card, poster bisa membantu orang tua memperkenalkan emosi sejak dini. Karena anak pada fase toddler lebih cepat menerima informasi dari apa yang ia lihat, ujar Gianti.
Baca juga: Minim Ilmu Parenting, Orang Tua Jadi Gampang Lakukan Kekerasan Pada Anak
Menurut Gianti, mengenalkan emosi sejak dini merupakan langkah visioner bagi orang tua dalam mempersiapkan mental anak menghadapi lingkungan sosial terutama saat masuk fase sekolah.
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi