Optika.id - Berdasarkan catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka penderita HIV/AIDS terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2020 silam, terdapat sekitar 543 ribu orang yang terinfeksi HIV/AIDS.
Belakangan ini, publik digemparkan dengan rilisan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung yang menyebut terdapat 12.358 warga Bandung hingga Desember 2021 terinfeksi HIV/AIDS. Angka ini menunjukkan jika penularan virus ini sulit dikendalikan karena kurangnya kesadaran dan deteksi dini dari masyarakat.
Baca juga: Target Penurunan HIV AIDS di Indonesia Masih Belum Optimal
Hal yang menjadi faktor utama dari penularan HIV/AIDS ini ialah hubungan seksual yang tidak aman dengan berganti-ganti pasangan. Risiko tertular semakin tinggi jika aktivitas seks tidak menggunakan kondom, melalui dubur dan menderita infeksi menular seksual (IMS) seperti herpes, sifilis, klamidia, gonore, dan vaginosis bakterialis. Sebab, sebagian besar IMS menyebabkan luka terbuka di kelamin penderita.
HIV/AIDS juga dapat menular melalui oral seks, seperti berciuman. Akan tetapi, hal tersebut bisa terjadi jika terdapat luka terbuka pada mulut. Seperti sariawan. Selain itu, ada beberapa kondisi yang tanpa disadari bisa menjadi sumber penularan virus yang belum ada obatnya itu. DIkutip dari berbagai sumber, berikut risiko penularan yang perlu diwaspadai dan dirangkum oleh Optika.id, Kamis(1/9/2022).
Transfusi Darah dan Organ
Penyebaran HIV/AIDS selain dari aktivitas seksual, paling cepat melalui pertukaran cairan tubuh termasuk darah. Jika seseorang mendapatkan organ atau transfusi darah dari seorang penderita HIV/AIDS, maka secara otomatis dirinya akan terinfeksi.
Jarum Tato Dan Tindik
Seni tato saat ini semakin populer dan digemari oleh anak muda. Seni tato juga dianggap sebagai bentuk ekspresi diri. Akan tetapi, risiko dari kegiatan ini harus dibayar mahal ketika peralatan yang digunakan tidak steril. Jarum tato memiliki resiko menularkan virus lewat jarum yang digunakan. Sama halnya dengan tato, alat tindik yang digunakan secara bergantian juga bisa menjadi media penyebaran virus.
Oleh karena itu pastikan tempat untuk menato atau tindik terjamin keamanannya. Pastikan pula jarum yang digunakan benar-benar steril dan baru. Jangan gunakan secara bergantian.
Baca juga: Ini Cara Virus HIV Menyerang Tubuh Manusia
Kehamilan dan Menyusui
Kondisi ini rentan terjadi penularan virus HIV/AIDS kepada bayi oleh ibunya. Ketika di dalam kandungan, virus tersebut dapat menyebar ke janin melalui darah yang masuk ke plasenta.
Di sisi lain, air susu ibu juga dapat menjadi media penularan melalui proses menyusui. Virus HIV juga dapat menular pada proses melahirkan. Oleh sebab itu, penting bagi ibu dan ayah untuk terlebih dahulu melakukan pemeriksaan HIV/AIDS sebelum memutuskan untuk memiliki anak.
Itulah kondisi yang juga berpotensi meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS, sehingga perlu kewaspadaan saat akan berada pada situasi di atas. Akan tetapi perlu diketahui pula, virus ini tidak menyebar melalui kontak kulit seperti berjabat tangan atau berpelukan dengan penderita HIV, pun berbagi benda pribadi, makanan dan air.
Baca juga: Ribuan Anak Indonesia Dinyatakan Positif HIV, Ibu Hamil Rentan Tertular
Selain itu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC AS), HIV hampir 100% tidak aktif dalam waktu beberapa jam setelah berada di luar tubuh. Maka penularan juga tidak terjadi melalui penggunaan toilet umum, kecuali jika dudukan toilet bersentuhan langsung dengan luka terbuka atau selaput lendir pada alat kelamin dan rektum.
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi