[caption id="attachment_34017" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Nanang Purwono[/caption]
Optika.id - Sekitar 6000 orang membanjiri pembukaan pameran foto Surabaya Lintas Masa di Basement Balai Pemuda Surabaya pada Sabtu petang, 3 September 2022. Sebelum mereka masuk, mereka harus rela dan sabar menunggu jalannya prosesi pembukaan.
Baca juga: Pilwali Surabaya 2024 Kurang 8 Bulan Lagi, Siapa Saja Calon Kuatnya?
Pameran foto, yang menyajikan wajah kota Surabaya mulai dari era klasik, kolonial, kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan ini, dibuka oleh Walikota Surabaya Eri Cahyadi di teras Rumah Bahasa, Balai Pemuda.
Dalam sambutannya, Eri Cahyadi mengatakan bahwa kegiatan pameran foto Surabaya Lintas Masa ini dapat dijadikan sebagai kebangkitan kebudayaan Surabaya dan komplek Balai Pemuda bisa digunakan sebagai ekspresi panggung ekspresi dan aktualisasi olah seni, budaya dan sejarah.
Gratiskan Balai Pemuda. Manfaatkan Balai Pemuda. Gunakan aset pemerintah untuk ajang berkesenian dan berkebudayaan, jelas Eri di hadapan undangan, termasuk kepala dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata, Wiwik Widayati yang hadir pada pembukaan ini.
Mendengar pernyataan walikota Eri Cahyadi itu, hadirin dan pengunjung bersorak gembira.
Tapi, segala kegiatan harus dirancang dengan baik dan diajukan ke Disbudparpora untuk langkah koordinasi agar terselenggara kegiatan yang kolaboratif dan bermanfaat, tambah Eri.
Sekarang eranya adalah kerjasama karena tidak bisa pemerintah berjalan sendiri. Pemerintah harus bekerjasama dengan komunitas sesuai dengan bidang atau kegiatan. Agar komunitas semakin berkualitas dan berkapasitas, maka mereka butuh wadah sebagai media aktualitas. Untuk itu, pemerintah harus hadir memfasilitasi.
Kalau Surabaya semakin maju, ini semata mata karena rakyatnya. Bukan walikotanya. Karenanya gotong royong menjadi tulang punggung pembangunan dan kemajuan kota Surabaya, tambah Eri.
Untuk mengetahui perjalanan kota Surabaya mulai dari masa lalu hingga sampai pada tangga kemajuan dan kesuksesan seperti sekarang, maka pameran foto Surabaya Lintas Masa ini menjadi sebuah refleksi yang manjadi dasar pemikiran untuk melakukan proyeksi masa depan kota Surabaya.
Karena pameran foto ini menyajikan perjalanan sejarah Surabaya mulai dulu hingga sekarang, maka pameran ini kita canangkan sebagai upaya untuk memantik Kebangkitan Kebudayaan. Tegas Eri sebelum menandatangani tiga buah foto yang menjadi pemenang dari lomba foto Photo Walk yang dilaksanakan pada 27 Agustus 2022.
Keliling Standar Foto
Dengan didampingi oleh kurator pameran, Yayan Indrayana dan Kuncarsono Prasetyo, Eri Cahyadi beserta ibu yang didampingi oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Ka Disbudparpora), Wiwik Widayati, mengunjungi stan pameran sesuai alur linimasa sejarah Surabaya.
Titik pertama yang dikunjungi Walikota adalah etalase Arkeologi hasil temuan di Kampung Pandean I Surabaya pada 2018. Disana terdisplay batu bata kuno serta gerabah terakota yang ditemukan di lokasi yang sama dengan temuan Sumur Jobong, sumur kuno dari era kerajaan Majapahit atau bahkan sebelum Majapahit. Temuan itu menunjukkan bahwa di Kampung Pandean Peneleh menjadi bukti nyata adanya hunian manusia di abad 13 dan 14.
Baca juga: Selama 10 Tahun Kota Surabaya Tidak Punya Wali Kota
Sumur Jobong di Pandean ini adalah temuan tertua dan satu satunya temuan arkeologis di Surabaya , jelas Tri Wijoyo, ahli sejarah klasik Begandring Soerabaia kepada Walikota.
Selanjutnya Walikota dipandu Kuncarsono melihat dan menikmati foto foto Surabaya masa lalu sesuai alur linimasa sejarah Surabaya.
Pak Walikota kita ajak menikmati sejarah kota secara sistimatis dan kronologis. Yaitu mulai sejarah klasik, lalu melihat foto foto klaster era sebelum tahun 1860. Yaitu seni lithografi. Litografi adalah sebuah metode gambar yang dilakukan secara manual (menggambar dengan tangan).
Setelah tahun 1860, maka masuklah teknologi photo di Surabaya. Karenanya sejak itu, pendokumentasian Surabaya sudah dilakukan dengan kamera foto. Hasilnya adalah suasana kota dari pertengahan abad 19 hingga pertengahan abad 20, yang menyuguhkan tema tema pembangunan kota, sosial budaya kota hingga tema perjuangan bangsa.
Di antara alur pameran ini terdapat etalase kamera kamera jadul dari tahun produksi 1930-an hingga 1950-an, yang kiranya sempat dipakai mendokumentasikan wajah Surabaya pada masa lalu. Ada lima kamera dengan merek berbeda beda mulai dari Voigtlander, Zeiss Ikon, Ricoh Diacord hingga Yasicha.
Selain foto foto, ada sekitar 10 peta peta lama Surabaya. Peta tertua yang dipamerkan adalah tahun 1677. Peta ini adalah buatan Speelman ketika memetakan serangan terhadap Trunojoyo. Sejumlah perbentengan yang dibangun oleh Speelman terpampang pada peta 1677.
Peta peta lainnya menggambarkan Surabaya sebagai kota bertembok yang dari deskripsi peta, disana dijelaskan infrastruktur kota seperti benteng, Balai kota, gereja, alun alun, dermaga serta rumah sakit, pabrik dan perkampungan Eropa.
Baca juga: Karya HP Berlage: Gedung Singa dan Mijn Indiesche Reis
Sebelum meninggalkan stan pameran, Walikota berpesan agar pengunjung dapat mengambil hikmah dari kisah perjalanan kota Surabaya sehingga bisa dipakai sebagai modal pembangunan masa depan.
Surabaya boleh membangun, maju dan moderen, tapi jangan sampai lupa sejarah dan jati dirinya, pungkas Eri Cahyadi.
Pameran Surabaya Lintas Masa ini digelar mulai 3 sampai 19 September 2022 dan terselenggara atas kerjasama Pemerintah Kota Surabaya, FIB Unair, Begandring Soerabaia, Roodebrug Soerabaia dan komunitas Fotografi.
Oleh: Nanang Purwono (Pegiat Sejarah Surabaya/Begandring Soerabaia)
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi