Optika.id - Langkah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengubah sistem penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN), termasuk Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) diapresiasi oleh anggota Komisi X DPR RI, Andreas Hugo Pareira.
Sebelumnya, tes SBMPTN dilakukan dengan memakai banyak materi dari beberapa mata pelajaran. Lantaran dinilai memicu turunnya kualitas pembelajaran, maka dirombak ulang menjadi tes skolastik yang dinilai mengukur potensi kognitif, penalaran matematika, serta literasi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Baca juga: Pemerintah Berikan Insentif Artikel Ilmiah
"Saya kira, ini hal yang baik meskipun bukan hal yang baru. Itu dalam arti banyak perguruan tinggi bahkan di perguruan tinggi swasta (PTS) hal tersebut sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya," katanya dalam keterangan yang diterima Optika.id, Senin (12/9/2022).
Adapun transparansi dalam pelaksanaan ujian, kata Andreas, seperti sistem penilaian dan rekrutmen melalui beberapa kriteria yang jelas, menjadi hal yang penting dalam transformasi pendidikan tersebut. Di satu sisi, menurutnya hal ini bertujuan menghilangkan korupsi dari dunia pendidikan.
Selain itu, dia menyoroti sikap PTN maupun PTS yang acap kali menempatkan diri sebagai industri. Khususnya, mengedepankan aspek komersial.
Tak hanya itu, politikus dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini juga menjelaskan, tak jarang input yang masuk dari anak muda sering diukur berdasarkan kontribusi iuran, bukan karakter atau prestasinya. Dengan demikian, aspek pengembangan mendidik anak muda agar berprestasi serta mengubah cara berpikir dan memiliki karakter baik mesti menjadi atensi.
"Kita kembalikan kepada akar dari pada dunia Pendidikan, yaitu lembaga yang akan mengubah melakukan perubahan terhadap seorang manusia dari yang sekarang menjadi yang lebih baik untuk ke depannya," tuturnya.
Sementara itu, dalam tayangan Merdeka Belajar Episode 22 yang disiarkan di kanal YouTube Kemendikbud RI, pada Rabu (7/9/2022) silam Nadiem menjelaskan alasan menghapus tes mata pelajaran di SBMPTN nanti. Dia menilai jika tes ujian di SBMPTN dapat membebani siswa karena harus belajar banyak mata pelajaran.
Di sisi lain, dia mengaku prihatin dengan kesenjangan finansial antara siswa yang bisa masuk bimbingan belajar (bimbel) dengan biaya mahal dengan siswa yang tidak masuk bimbel, para guru pun menjejali siswanya dengan banyak materi, soal latihan, dan hal ini menurutnya bisa menurunkan kualitas pendidikan.
Baca juga: SNMPTN dan SBMPTN Berubah Nama di Tahun 2023, Ini Mekanisme Terbarunya
"Ini dampaknya apa, kualitas pembelajaran yang mendalam itu turun di dalam sekolah-sekolah kita," ujar Nadiem Makarim.
Berbeda dengan Andreas, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mengatakan jika perubahan tes masuk perguruan tinggi negeri (PTN) yang dilakukan oleh Kemendikbudristek akan menimbulkan efek domino.
Dalam keterangannya pada Jumat (9/92022) silam dia mengatakan jika kebijakan penghapusan tes mata pelajaran dalam seleksi masuk PTN justru rawan kecurangan. Misalnya, memunculkan permainan nilai dari pihak sekolah untuk mendongkrak nilai rapor.
"Jadi jangan sampai transformasi seleksi PTN ini malah menurunkan standar masuk PTN dan memunculkan potensi permainan nilai," ujar Hetifah.
Alih-alih menyetujui, dia menyarankan agar Kemendikbudristek harus memikirkan dampak lanjutan dan membuat peraturan turunan bukan hanya untuk sekolah saja. Melainkan juga kepada perguruan tinggi dan lembaga penyelenggara tes masuk perguruan tinggi.
Baca juga: Klarifikasi Nadiem Akui Salah Penggunaan Istilah Tim Bayangan
"Harapannya agar perubahan tes masuk ini bisa dirasakan oleh semua kalangan, bukan hanya pelajar," imbuh Politisi Partai Golkar ini.
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi