Partai Demokrat Bakal Usung Anies-AHY? Pengamat Politik: 6 Faktor PD Usung Anies-AHY

Reporter : Seno
images - 2022-09-16T082742.734

Optika.id. Jakarta. Suara Rapimnas (Rapat Pimpinan Nasional) Partai Demokrat di Jakarta Convention Center, 15 dan 16 September 2022, bakal makin kuat desakan mengusung bakal calon (balon) presiden Anies Rasyid Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Bagi Partai Demokrat (PD) formulasi Anies-AHY dalam menghadapi pilpres (pemilihan umum presiden) 2024 adalah suatu keniscayaan, demikian analisis Dr Abdul Aziz, M.Si, pengamat politik dari Fisip Universitas Brawijaya Malang.

Aziz mengemukakan beberapa faktor PD memilih Anies sebagai balon presiden dalam pilpres 2024. Pertama, karena elektabilitas Anies jauh lebih besar daripada AHY. Tidak mungkin AHY dipaksakan menjadi capres sebab akan mengalami kegagalan dalam pilpres dan pileg PD dalam pemilu 2024, tulis Aziz kepada Optika.id lewat WhatsApp, Jumat (16/9/2022).

Baca juga: Intip Hangatnya Pertemuan Anies, Pramono, dan Rano di Lebak Bulus

[caption id="attachment_40187" align="aligncenter" width="808"] Dr Abdul Aziz, dosen Fisip Universitas Brawijaya (UB) Malang.[/caption]

Kedua, posisi politik PD dalam DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) sebagai oposisi tidak mungkin memberi keleluasaan untuk menjalin koalisi dengan parpol (partai politik) koalisi pemerintah dalam rangka mengusung balon presiden. Semula ada 3 parpol potensial mengusung balon presiden alternatif yaitu PD, PKS (Partai Keadilan Sejahtera), dan PAN (Partai Amanat Nasional), katanya.

Kandidat presiden paling kuat kan 3 orang, Anies, Ganjar, dan Prabowo. Posisi oposisi kan Anies karena itu secara sosiologis dan politik captive PD, PKS, dan PAN ya Anies. Setelah PAN diambil Jokowi, untung ada Nasdem sehingga Anies bisa diusung jadi capres, urai dosen yang rajin meneliti itu.

Perlu diingat kursi PD (54 kursi, 7,77%) dan PKS (50 kursi, 8,21%) belum memenuhi 20% kursi di DPR. Dengan Nasdem (59 kursi, 9,05%) maka koalisi PD, PKS, dan Nasdem bisa mengusung Anies.

Posisi oposisi itu menyebabkan PKS dan PD lebih lekat memilih Anies daripada Prabowo dan Ganjar Pranowo. Pilihan PD kepada Anies untuk memenuhi captive pemilih dan posisi politiknya di DPR. Pada konteks inilah Nasdem dinilai Aziz sebagai fenomena menarik karena memilih Anies dan berbeda dengan Jokowi (Presiden Joko Widodo).

Faktor Elektabilitas Anies dan AHY

Faktor ketiga adalah elektabilitas Anies diberbagai Lembaga survei relatif tinggi. Anies selalu menempati 3 besar kandidat presiden 2024. Bahkan dalam posisi Anies sebagai orang luar Istana dan prestasinya sebagai Gubernur Daerah Khusus Istimewa Jakarta potensial untuk meraup suara rakyat yang berbeda dengan Pemerintah atau simbol Pemerintah atau simbol Jokowi, kata Aziz lebih detil.

Di samping itu elektabilitas AHY sebagai kandidat capres cukup baik. AHY selalu menempati ranking tengah, di bawah 3 besar, meskipun jarak angka elektabilitas luma besar, kata mantan dosen Pasca Sarjana Universitas Indonesia itu. Hasil survei Poltracking Indonesia periode Agustus 2022, nama AHY berada di nomor 4.

Berikut hasil survei Poltracking Indonesia: Ganjar Pranowo: 26,6 persen Prabowo Subianto: 19,7 persen Anies Baswedan: 17,7 persen Agus Harimurti Yudhoyono: 4,7 persen Ridwan Kamil: 3,9 persen Erick Thohir: 2,8 persen Sandiaga Salahudin Uno: 2,4 persen Puan Maharani: 2,2 persen Khofifah Indar Parawansa: 2,2 persen Airlangga Hartarto: 1,7 persen.

Menurut Aziz formulasi Anies-AHY dengan angka elektabilitas itu relatif bagus apalagi jika di sandingkan dengan faktor coattail effect (CE). Faktor CE adalah efek suara yang didapat karena mengusung seorang kandidat. CE ini di samping memperkuat elektabilitas kandidat presiden juga menambah elektabilitas parpol masing-masing, ujar Aziz.

Baca juga: AHY Tegaskan Pentingnya Penurunan Harga Tiket Pesawat dan Keselamatan Transportasi

Faktor CE

Faktor keempat, kata Aziz, CE Anies akan mengangkat partai pengusung, utamanya Nasdem. Jika Nasdem mengambil Ganjar maka CEnya akan ke PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan). Itu dihitung benar oleh Surya Paloh. Begitu pula jika PD mengusung Ganjar bakal tidak mendapat CE dari Ganjar. Apalagi jika Ganjar diusung oleh PDIP maka secara politis dan CE justru bakal merugikan PD.

Jika PD mengusung Prabowo maka potensial CE Prabowo tidak besar sehingga agak susah PD membesarkan PD dan, lebih-lebih, memenangkan capresnya. Belajar dari pilpres 2019 dan masuknya Prabowo dalam kabinet Jokowi maka sangat besar pemilih yang tidak suka kepada Jokowi bakal lari dari Prabowo.

Di sisi lain, PD msih bisa menggenjot elektabilitas PD melalui CE Anies dan CE AHY yang potensial naik terus itu. Pernyataan AHY yang terkontrol, tidak kontroversial, dan faktor party identification SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) memperkuat PD dan AHY dalam pilpres dan pilek (pemilihan umum legislatif) 2024.

Meraup Efek Karut Marut

Faktor kelima, bisa meraup suara masyarakat yang kecewa akibat naiknya BBM (Bahan Bakar Minyak). Kenaikan harga BBM selalu disusul dengan kenaikan berbagai bahan pokok makanan dan berbagai barang produksi dan industri bakal mendorong masyarakat kritis dan kecewa. Di sisi lain kenaikan harga BBM selalu memantik demo dan perlawanan mahasiswa, buruh, dan berbagai komponen masyarakat lain. Karut marut akibat kenaikan berbagai harga kebutuhan masyarakat ini jika berkelanjutan bakal menguntungkan parpol oposisi.

Baca juga: Tom Lembong Terjerat Kasus Impor Gula, Anies Buka Suara

Menurut Aziz parpol oposisi paling diuntungkan oleh kondisi karut marut negara ini. Banyak lembaga survei yang mendapatkan hasil menarik yaitu melorotnya elektabilitasnya parpol koalisi dan naiknya parpol oposisi. Parpol koalisi yang diramal tidak lolos parliamentary threshold, jika pemilu hari ini, adalah PAN dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan). PD dan PKS jika konsisten berada dalam posisi oposisi hingga 2024 dan mampu memanej isu-isu politik maka PD, PKS, dan Nasdem mengusung Anies-AHY bakal memberi arti besar bagi elektabilitas kandidat pilpres dan parpolnya.

Formulasi Islam-Nasionalis

Faktor keenam adalah formulasi Anies-AHY adalah pasangan Islam dan nasionalisme. Formulasi ini secara relatif lengkap karena potensial bisa mengambil masyarakat nasionalis dan Islam. Sebenarnya pemilih Prabowo ditahun 2019 adalah masyarakat yang tidak suka kepada Jokowi. Bukan semata-mata karena factor Prabowo. Karena itu sebenarnya pasangan Anies-Andika Perkasa juga balon capres dan cawapres yang bagus Untuk memperoleh suara signifikan dalam pilpres 2024 harus mengambil suara nasionalis dan Islam. Jika hanya pasangan yang diiamgekan nasionalis-nasionalis maka suara Islamnya kurang. Begitu pula jika pasangan Islam dan Islam maka susah meraup suara nasionalis, demikian simpulan Aziz.

Tulisan: Aribowo

Editor: Amrizal Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru