Hati-Hati, Sirup Paracetamol Ini Sebabkan 66 Anak Gagal Ginjal

Reporter : Jenik Mauliddina
02f29006-e312-4cce-93db-22e1f6855b12__large

Optika.id - Kasus anak mengalami cedera ginjal akut atau gagal ginjal yang kemungkinan berkaitan dengan sirup paracetamol di Gambia menuai sorotan. Hingga kini sudah ada 66 kasus kematian anak diduga akibat sirup paracetamol.

Dikutip dari Reuters, Senin (10/10/2022), pihak berwenang melakukan penyelidikan bulan lalu usai dokter semula menemukan sejumlah anak mengalami gejala setelah meminum sirup paracetamol yang dijual secara lokal untuk mengobati demam.

Baca juga: Konflik Palestina dan Israel Kembali Pecah, Apa yang Bisa Dilakukan Indonesia?

"Cedera ginjal menyebabkan 66 kematian anak dalam tiga bulan terakhir," kata Presiden Gambia, Adam Barrow dalam pidatonya kepada negara, menambahkan bahwa penyelidikan sedang berlangsung.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang juga menyelidiki kematian, mengatakan kematian puluhan anak tersebut dapat dikaitkan dengan obat batuk dan pilek yang terkontaminasi, obat diproduksi oleh India, Maiden Pharmaceuticals Ltd yang berbasis di New Delhi.

Pengumuman tersebut mengikuti analisis laboratorium yang mengkonfirmasi jumlah dietilen glikol dan etilen glikol yang 'tidak dapat diterima', sehingga menjadi racun dan menyebabkan cedera ginjal akut.

Sementara itu, pemerintah Gambia telah memerintahkan importir dan toko untuk menangguhkan penjualan semua merek sirup parasetamol di negara kecil Afrika Barat itu. Obat juga telah ditarik dari semua apotek dan rumah tangga.

Baca juga: Kasus Cacar Monyet, WHO Cabut Status Darurat Kesehatan Global!

Barrow mengatakan kementerian kesehatan Gambia bekerja sama dengan WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Beberapa sampel sirup yang dikirim ke Senegal, Ghana, Prancis dan Swiss untuk pengujian menunjukkan tanda-tanda kontaminasi pada hari Kamis, tambahnya tanpa rincian lebih lanjut.

"Kementerian kesehatan juga mengkaji pemeriksaan kualitas impor obat dan peraturan terkait lainnya," katanya.

Baca juga: Kapan Pandemi Berakhir?

Reporter: Jenik Mauliddina

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru