Optika.id-"Tali duk tali layangan, nyowo situk ilang-ilangan (badan cuma satu, kepalang tanggung, sekalian dikorbankan demi negara). Merdeka... Merdeka Merdeka...," kata Wali Kota Eri Cahyadi mengobarkan semangat dalam teatrikal pertempuran Parade Surabaya Juang di Kota Surabaya, Minggu (6/11/2022).
Sebelum parade diberangkatkan dari depan Monumen Tugu Pahlawan, sejumlah penampilan disuguhkan, salah satunya adalah teatrikal pertempuran 10 November 1945 di Kota Pahlawan.
Baca juga: Banjir Parah di Greges Timur, Warga Desak Penanganan Cepat
Teatrikal ini diawali dengan ultimatum yang dilayangkan sekutu Inggris kepada rakyat Surabaya melalui selebaran. Dalam selebaran itu, sekutu meminta rakyat Surabaya untuk tunduk dan menyerahkan senjata yang berhasil direbut dari tentara Jepang. Sontak, hal itu membuat rakyat Surabaya marah dan melawan.
"Kedaulatan Negara Bangsa Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 akan kita pertahankan dengan sungguh-sungguh, penuh tanggung jawab bersama, bersatu ikhlas berkorban dengan satu tekad Merdeka atau Mati. Sekali Merdeka tetap Merdeka. Merdeka... Merdeka... Merdeka... Allahu Akbar...," kata Wali Kota Eri Cahyadi sambil berteriak mengobarkan semangat pertempuran.
Teatrikal pertempuran yang diperankan sejumlah komunitas sejarah di Surabaya ini tampak begitu nyata. Bahkan, seluruh pemain teatrikal memakai baju pejuang lengkap dengan atribut senjata seperti di kala peristiwa 10 November 1945.
Desis senapan hingga meriam terdengar terus bersahutan selama berjalannya teatrikal pertempuran. Bahkan, Jalan Pahlawan tampak membara layaknya seperti dalam medan perang.
Selain terlibat dalam teatrikal pertempuran 10 November 1945, Wali Kota Eri bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Surabaya juga membacakan Sajak Surabaya karya KH A. Mustofa Bisri (Gus Mus).
Sajak Surabaya itu dibacakan secara bergantian saat rombongan tiba di depan Hotel Majapahit, Jalan Tunjungan."Jadi, pada intinya hari ini kita ingin mengembalikan semangat pahlawan di hati kita semuanya. Karena 10 November 1945 dulu diajarkan oleh para pahlawan ketika berjuang merebut kemerdekaan ini tidak melihat suku, ras dan agama," kata Cak Eri.
Baca juga: Haedar Nashir Hadiri Milad Seabad RS PKU Muhammadiyah Surabaya
Menurut dia, merebut kemerdekaan saat ini adalah bagaimana melawan kemiskinan dan kebodohan. Cak Eri meyakini, Surabaya akan mampu merebut kemerdekaan dengan budaya arek, gotong-royong dan semangat kebersamaan.
"Kalau kita berjuang bersama pasti bisa merebut kemerdekaan. Saya berharap semangat kepahlawanan bisa terus membara di hati arek-arek Suroboyo," ujar dia.
Parade Surabaya Juang mengambil rute mulai dari Jalan Pahlawan, Jalan Kramat Gantung, Jalan Gemblongan dan Jalan Tunjungan. Kemudian berlanjut menuju Jalan Gubernur Suryo, Jalan Yos Sudarso, Jalan Jaksa Agung Suprapto, dan berakhir di Balai Kota Surabaya.
Pada tahun 2022, ada yang berbeda dari gelaran Parade Surabaya Juang dari dua tahun sebelumnya. Sebab, kali ini Wali Kota Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Armuji menunggang kuda bersama Forkopimda menyapa warga Surabaya.
Baca juga: Pilwali Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji Akan Melawan Kotak Kosong?
Dalam parade itu, Wali Kota Eri Cahyadi memimpin Pasukan Berkuda bersama Forkopimda Surabaya pada barisan ketiga. Sementara pada barisan pertama dan kedua, diisi dengan kendaraan tempur Anoa serta Paskibraka Surabaya. Setidaknya ada 3.500 peserta yang terlibat dalam Parade Surabaya Juang Tahun 2022.
Reporter: Angga Kurnia Putra
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi