Optika.id - Pemerintah akan melanjutkan program subsidi kedelai kepada perajin tahu dan tempe respon terhadap tren kenaikan harga kedelai impor hingga akhir tahun 2022 ini.
Sementara itu Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) sempat menyebut pihaknya akan mendorong subsidi kedelai yang awalnya Rp 1.000/kg hingga Rp 3.000/kg untuk para perajin tahu dan tempe. Dia juga mengungkapkan, penyaluran kedelai subsidi masih rendah, atau hanya berkisar di angka 10-20% saja.
Baca juga: Erick Thohir Sambangi Zulhas, Ada Apa ya?
"Baru kepakai 10-20%. Maka saya lagi usul supaya dipermudah. Syarat-syaratnya itu untuk dapat Rp1.000 jangan sampai orang mesti punya ini punya ini gitu. Subsidi harga saja, lagi saya usul ya," katanya, Senin (7/11/2022).
Sayangnya hal itu masih belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Kepala Badan Pangan Nasional (Bappanas) Arief Prasetyo mengatakan, meski begitu para perajin tempe dan tahu tidak perlu khawatir karena subsidi Rp 1.000 per kg akan terus digelontorkan.
"Perajin tahu tempe memang ada usulan dari mereka untuk memberikan subsidinya dari Rp 1.000 ke 3.000, tapi ini kita sampaikan sabar dulu lah, tapi tetap kita sampaikan subsidi Rp 1.000 itu. Tentunya ini akan dikawal ketat oleh Kemenkop UKM," jelasnya, saat ditemui didi Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Senin (7/11/2022).
Pihaknya telah menyiapkan stok 200 ribu ton kedelai. Dengan demikian masyarakat tidak perlu khawatir, apalagi melihat Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyebut angka kebutuhannya 20 ribu ton per bulan.
"Untuk stok masih aman. Karena perintah presiden semua produk pangan, neraca pangan kita monitor. Jadi kalau sekarang cari tempe insyaallah ada, beras juga insyaallah ada. Bawang merah, bawang putih ada, cuma yang harus dikontrol adalah harganya," jelasnya.
Selaras dengan Arief, Zulhas mengutarakan, langkah Bulog dalam melakukan impor kedelai sebanyak 350 juta ton membuat pemerintah belum dapat menaikkan subsidi ke angka Rp 3.000.
Indonesia Ketergantungan Kedelai Impor
Lebih dari 90 persen kebutuhan kedelai Indonesia masih dipenuhi dari impor yang berasal dari beberapa negara seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Argentina. Rendahnya volume produksi kedelai per hektare disinyalir memicu para petani beralih ke jagung. Hal ini berdampak pada tingginya impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Kenapa kedelai selama ini kita tinggalkan dan melakukan importasi yang sangat besar, lebih dari 90 persen, padahal kita makan tempe tahu, itu karena selama ini petani lebih tertarik menanam jagung, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam konferensi pers usai melakukan rapat internal terbatas yang disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Senin (19/9/2022).
Baca juga: Zulkifli Hasan Diminta Mundur dari Ketua Umum PAN!
Sebagai gambaran, dalam ukuran satu hektare (ha), petani dapat memanen 6-7 juta ton jagung, sedangkan bila menanam kedelai hanya menghasilkan 1,5-2 juta ton.Dari gambaran tersebut jelas lebih menguntungkan petani bila mereka menanam jagung ketimbang kedelai, yang mana harganya sama-sama di kisaran Rp5.000 per kg.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menanam bibit varietas yang lebih unggul, bahkan apabila diperlukan menggunakan bibit produk rekayasa genetik atau genetically modified organism (GMO) maupun bibit impor.
Penyebab Kedelai Mahal
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, mahalnya harga kedelai saat ini karena stok kedelai mulai menipis. Selain itu, kedelai saat ini merupakan stok yang diimpor beberapa bulan lalu.
"Gini, kedelai memang (naik), karena kedelai sekarang kan itu belinya bulan Agustus baru sampainya sekarang, harganya mahal yah," kata Zulkifli Hasan usai Kunker di Pasar Pa'baeng baeng, Makassar dikutip dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, (6/11/2022).
Baca juga: Zulhas Siap Keliling Indonesia, Ajak Kader PAN Lanjutkan Pembangunan Jokowi
Zulhas menambahkan, sampai saat ini Bulog telah mengimpor 350 ribu ton kedelai dari AS. Di sisi lain, Zulhas mengatakan bahwa pemerintah akan berupaya untuk menyubsidi harga kedelai hingga Rp3 ribu.
"350 ribu ton Bulog beli, tapi kan perlu waktu karena kan kedelai itu dari sana jauh, dari Amerika. Jadi perlu kapalnya itu 40 sampai 50 hari. Jadi memang hari-hari ini mahal tapi kami subsidi seribu. Kita lagi upayakan subsidinya Rp2 ribu atau Rp3 ribu ya," tukasnya.
Reporter: Jenik Mauliddina
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi