Optika.id - Prof Daniel Rosyid, Ph.D, Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), menyarankan agar Hasyim Asyari mundur dari Ketua Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI). Saran Rosyid itu dikatakan setelah membaca seloroh Asyari tentang dirinya dalam acara resmi Rapat Koordinasi antara KPU dan KPUD se-Indonesia, Kamis (5/1/2023) di Kantor KPU Pusat, Jakarta.
Baca juga: Rebuilding Indonesia Anew
Integritas adalah mengatakan kebenaran pada diri sendiri. Basisnya adalah kejujuran, kata dosen yang kritis itu tulisnya kepada Optika.id lewat WhatsApp, Jumat (6/1/2023).
Jika yang dikatakan Ketua KPU dalam sebuah rapat resmi bahwa dia adalah ahli maksiyat yang membuatnya tidak memiiliki kehormatan adalah pernyataan yang jujur. Konsekuensi dari kejujuran itu maka jika dia masih memiliki integritas, dia harus segera mengundurkan diri, katanya tegas.
Sebenarnya Asyari tidak perlu disidangkan secara etik di DKPP, urainya lebih lanjut. Menurut Rosyid integritas pribadi, kejujuran, dan moralitas itu penting. Apalagi sebagai Ketua KPU, lembaga yang menjalankan pemilu dan harus jujur, adil, bermoral, dan demokratis.
Jika dia tidak mundur, maka KPU akan kehilangan kepercayaan publik karena dipimpin seseorang tanpa integritas, simpulan Rosyid yang rajin menulis artikel sosial dan politik itu.
Hasyim Asyari Berseloroh: Ahli Maksiat
Sebagaimana kita baca sebelumnya bahwa Hasyim Asy'ari, Ketua Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), di dalam Rapat koordinasi KPU dengan KPUD Provinsi dan Kabupaten/Kota seIndonesia, di Kantor KPU, Jalan Menteng Jakarta Pusat, melontarkan uneg-unegnya secara bercanda (Kamis, 5/1/2023).
Asyari inginnya berseloroh di depan peserta rapat para anggota KPUD seIndonesia dengan membayangkan dirinya dalam Sidang DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu).
"Yang mulia, saya ini ahli maksiat, yang mulia, karena lembaga ini lembaga Kehormatan Dewan Penyelenggara Pemilu, hanya boleh mengadili yang memiliki kehormatan. Menurut saya pengadu salah alamat," candanya di depan anak buahnya itu. Peserta rapat kontan ikut tertawa.
Baca juga: Kekalahan Resmi Politik Islam di Indonesia
"Yang diadukan ke sini hanya orang-orang yang punya kehormatan. Sementara saya ini ahli maksiat, nggak pantas saya dibawa ke sini yang mulia, kan begitu logikanya. Yang boleh dibawa ke situ yang punya kehormatan. Sementara saya di bagian awal saya sudah ngaku ahli maksiat, yang mulia, saya nggak punya kehormatan," lanjutnya (detik.com, 5/1/2023).
Sebagaimana kita ketahui Hasyim Asyari dilaporkan oleh 9 partai politik yang tergabung dalam wadah Gerakan Melawan Political Genocide (GMPG). Mereka adalah Partai Masyumi, Partai Perkasa, Partai Pandai, Partai Reformasi, Partai Pemersatu Bangsa, Partai Kedaulatan, Partai Republik Satu, Partai Prima, dan Partai Berkarya.
Koalisi partai politik yang tidak lolos sebagai peserta pemilu melaporkan Asyari ke DKPP karena perbuatan asusila dan pelecehan seksual berkali-kali terhadap Hasnaeni Moein, Ketua Partai Republik Satu (PRS). Dugaan Koalisi ada transaksi seksual antara Asyari dan HM agar PRS bisa lolos sebagai peserta pemilu 2024.
"Kalau yang urusan 'Wanita Emas' itu, nanti dulu, belum selesai, nanti kalau saya diadukan itu, dalam sidang itu saya akan buat pengakuan. Pertama yang mulia, saya ini memang bajingan yang mulia," urai Asyari.
Baca juga: Kembali ke UUD1945: Challenges and Responses
Asyari barangkali membayangkan rapat koordinasi itu semacam teater antara pimpinan dan bawahan karena itu dia dengan lancar bercanda dan berseloroh.
"Nanti saya akan akhiri, yang mulia, mohon ditanyakan ke dalam majelis siapa pun yang ada ruangan ini, ada nggak di antara kita yang nggak pernah maksiat? Saya tanya yang di sini deh, ada nggak yang nggak pernah maksiat? Angkat tangan, resolusi 2023,"urainya lebih lanjut. Bahkan Asyari teruskan lebih dalam tentang dosa.
"Ya karena kita ini masih salat masih berdoa robbigfirli, ampuni (aku) Tuhan ku, itu berarti kita ini masih mengaku ahli maksiat semua. Makanya nggak boleh sombong, masih ahli maksiat semua. Harus banyak-banyak berdoa, harus banyak-banyak solat beribadah minta ampunan kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Tuhan Yang Maha Esa," pesannya.
Tulisan: Aribowo
Editor : Pahlevi