Tak Punya Buku, Pelajar MI di Surabaya Enggan Bersekolah

Reporter : Danny

Optika.id - Seorang pelajar Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat SD di Tambak Deres Bulak, Kelurahan Bulak, Kota Surabaya Fathul Arifin tidak mau sekolah karena terkendala tidak punya buku pelajaran.

Baca juga: Jelang Pendaftaran Pilgub Jatim, Pasangan Khofifah-Emil Belum Ada Penantang!

Alasan dek Fathul tidak mau bersekolah, karena tidak mempunyai buku pelajaran, sehingga malu dengan teman-temannya, kata anggota Komisi C DPRD Surabaya Abdul Ghoni Mukhlas Niam saat mengunjungi kediaman Fathul Arifin di Jalan Bogorami 2/6A, RT02/RW03, Bulak, Jumat (6/1/2023).

Ghoni mendatangi Fathul langsung ke rumahnya untuk menindaklanjuti laporan warga. Hasilnya, alasan Fathul Arifin tidak mau bersekolah karena tidak mempunyai buku pelajaran, sehingga malu dengan teman-temannya.

Mendapati hal itu, Ghoni memberikan bantuan berupa uang untuk membeli buku pelajaran sekaligus permodalan yang diharapkan bisa membantu perekonomian keluarga sebagai bentuk penyelesaian masalah Fathul Arifin.

Sementara, adik Fathul yang bernama Shakiya Almahira Zea juga salah satu anak yang tercatat stunting atau kerdil di Kecamatan Bulak. Sehingga, Ghoni sekalian memberikan semangat untuk orang tua agar terus memberikan asupan gizi dan pendampingan untuk anaknya.

Baca juga: Awal Agustus, PDIP Jatim Akan Umumkan Sosok yang Diusung untuk Pilgub Jatim!

Sementara ayah Fathul, Moch Imron bekerja sebagai tukang las serabutan di Bronggolan, Surabaya dengan penghasilannya Rp900 ribu per bulan dan itu tidak menentu. Sedangkan ibunya tidak bekerja.

Ibu dari Fathul, Siti Sumaiyah mengatakan pihak sekolah sudah menghubungi dan disuruh masuk anaknya, tapi Fathul ini tetap tidak mau karena malu belum punya bukunya. Sudah tiga hari tidak masuk sekolah, ujar Siti.

Baca juga: Khofifah-Emil Masih Jadi Pertimbangan PDIP Jatim, Kenapa?

Siti menjelaskan ayah Fatkhul dulu sempat berjualan keliling es sari dele, sehingga masih mampu mencukupi kehidupan sehari-hari, termasuk menyekolahkan anaknya. Namun, karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), akhirnya terpaksa bekerja sebagai tukang las di Bronggalan dengan gaji seadanya.

Menurut Siti, kekurangan kebutuhan sekolah Fathul saat ini sebesar Rp 485 ribu dengan rincian dua buku semester 2 sebesar Rp 250 ribu, infaq bulan Januari sebesar Rp75 ribu, kalender sebesar Rp10 ribu, infak semester 1 kurang Rp 150 ribu.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru