Optika.id - Sejak awal tahun 2021, survei berkala yang dilakoni oleh Saiful Munjani Research and Consultan (SMRC) merekam elektabilitas Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang kian melorot. Pada survei Juni 2021, SMRC menemukan bahwa Prabowo masih di atas angin. Prabowo kala itu meraup elektabilitas hingga sebesar 21,5%. diikuti oleh Ganjar Pranowo yang meraup 12,6% suara dan Anies Baswedan yang meraup 12,0% suara.
Baca juga: Presiden Prabowo akan Hadiri Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang
Sigi SMRC sekitar enam bulan berselang, tepatnya akhir Desember 2021 merekam elektabilitas Ganjar yang kian meroket. Elektabilitas Ganjar direkam SMRC berada di angka 19,2%. Prabowo masih berada di urutan pertama saat itu dengan 19,7%. sedangkan Anies Baswedan cukup puas berada di posisi ketiga dengan 13,4% suara.
Menurut Peneliti SMRC, Saidiman Ahmad mengamati jika keputusan Prabowo bergabung dengan pemerintahan menjadi faktor terbesar yang menyebakan suara Prabowo jadi migrasi ke Anies, begitupun dengan relawan politiknya. Menurutnya, pemilih yang cenderung berseberangan dengan Jokowi pada momentum Pilpres 2019 lalu mengaku kecewa dengan keputusan Prabowo yang duduk di kursi Kementerian Pertahanan pada kabinet Jokowi.
"Pada Pemilu 2019, Prabowo menampung suara yang kritis pada pemerintah. Suara itu sekarang cenderung ditarik oleh Anies," kata Saidiman kepadaOptika.id,Jumat(20/1/2023).
Sementara itu, Anies pun mendapat aji mumpung limpahan suara dari pemilih Prabowo sejak dirinya dideklarasikan sebagai calon presiden yang diusung oleh Partai Nasdem pada awal Oktober 2022 lalu. Anies digadang-gadang menjadi sosok oposisi terkuat pemerintah sejak dirinya lengser dari kursi gubernur DKI Jakarta.
"Sejak itu, dia (Anies) semakin terlihat sebagai bakal calon yang potensial maju. Agak susah untuk Prabowo mengambil kembali suara yang pindah itu karena sekarang Anies lebih menunjukkan karakter oposisi dan Islamis," ucap Saidiman.
Menanggapi hasil survei tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Nasdem, Hermawi Taslim mengklaim jika naiknya elektabilitas Anies tak terlepas dari kerja mesin parpol dalam mempromosikan Anies Baswedan. Dia juga meyakini jika hal tersebut menunjukkan strategi Partai Nasdem untuk mendeklarasikan Anies lebih dini cukup efektif.
"Mendeklarasikan Anies lebih awal emang dimaksudkan agar lebih banyak waktu memperkenalkan Anies kepada rakyat. Sejak 3 Oktober, serentak mesin Nasdem sudahondi semua lapisan struktural dengan moto Anies presidenku, NasDem partaiku," kata Hermawi kepadaOptika.id, Jumat(20/1/2023).
Dia tak memungkiri jika partainya menyasar eks penyokong Prabowo - Sandi di Pilpres 2019 yang hingga kini masih terpolarisasi. Anies dan Partai Nasdem sejak akhir tahun lalu mulai rutin berkampanye dan bergerak di daerah-daerah yang dianggap sebagai lumbung suara Prabowo Subianto.
"Hal itu yang menjadi semangat kami ketika membawa Anies ke berbagai daerah. Nantinya mulai Januari kami akan melakukan safari ke Bandung - Karawang tanggal 22-23 Januari, disusul Banten pada tanggal 24-25 Januari, lalu keliling NTB di akhir januari, ungkap Hermawi.
Baca juga: Kado Awal Tahun: UMP Naik 6,5 Persen, Kesejahteraan Guru Meningkat Signifikan di 2025
Saat ini, Partai Nasdem sedang menjalin koalisi dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). kendati Partai Demokrat dan PKS masih belum mengumumkan Anies sebagai capres yang bakal mereka usung dan koalisi belum menemui finalisasi. Meski begitu, Hermawi mengungkap mesin politik PKS dan Demokrat pun telah bergerak.
"Dalam setiap perjalanan membawa Anies, selain berdialog dengan rakyat, selalu ada agenda temu relawan dan rapat dengan struktur PKS dan Partai Demokrat di provinsi setempat. Dengan strategi yang seperti ini, kami ingin rakyat agar mengetahui segalanya tentang Anies. Jadi, kami tidak menjual kucing dalam karung," ujar Hermawi.
Sebaliknya, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra, Habiburokhman tidak setuju apabila elektabilitas Prabowo dianggap terus terjun bebas lantaran para pemilihnya beralih ke Anies. Ia mengklaim jika elektabilitas Prabowo justru terus naik, terutma di wilayah Jawa Barat. Hal ini ia dapatkan berdasarkan hasil survei dari Lembaga Survei Nasional (LSN).
"Update survei LSN, justru Pak Prabowo malah paling unggul. Kami mensyukuri hasil survei tersebut sebagai awal yang baik menyambut tahun 2023 sebagai tahun politik," terangHabiburokhman, Jumat (20/1/2023).
Sebanyak 1.200 responden dari Jawa Barat diikut sertakan dalam survei LSN periode 2 - 11 Januari 2023. Hasil siginya menunjukkan jika tingkat keterpilihan Prabowo Subianto di Jawa Barat menembus 54,8% suara. Disusul Anies Baswedan yang meraup 24,8% suara serta Ganjar 13,2% suara.
Baca juga: Pramono Sebut Pilgub Jakarta 1 Putaran, Ini Kata Anies
Survei LSN tersebut, ujar Habiburokhman, mematahkan asumsi adanya migrasi suara dari Prabowo Subianto ke Anies Baswedan. Dia yakin jika Prabowo justru mendapatkan ceruk baru sebab adanya kepuasan publik atas performanya sebagai Menteri Pertahanan di kabinet Jokowi.
"Hal ini sama dengan yang saya temui di arus bawah dapil saya Jakarta Timur. Hampir setiap malam saya keliling menyapa warga. Pemilih 2019 masih loyal karena mereka melihat kinerja Pak Prabowo yang luar biasa cemerlang di kabinet. Jadi, pilihan berkoalisi dengan pemerintah Jokowi dianggap membawa kemanfaatan," ujar dia.
Berdasarkan rilisan survei LSN tersebut, Habiburokhman yakin jika Prabowo memiliki peluang dalam memenangi kontestasi Pilpres 2024. Dia juga memastikan jika mesin politik Partai Gerindra akan terus bergerak dalam mendongkrak tingkat elektabilitas junjungan mereka.
"Terlepas hasil survei Pak Prabowo yang terus membaik, seluruh kader Gerindra akan terus kerjaall outuntuk melayani rakyat yang baru melewati masa pandemi," kata dia.
Editor : Pahlevi