Optika.id - International Monetary Fund (IMF) membuka awal bulan dengan mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi global dengan merevisinya naik. Sebelumnya, IMF pada bulan Oktober 2022 menyatakan jika pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 diperkirakan 2,7%. Kemudian hal itu direvisi oleh IMF menjadi 2,9%.
Baca juga: IMF Minta Jokowi Hentikan Hilirisasi Ekspor Nikel, Kenapa?
Kendati demikian, IMF mengingatkan adanya risiko serius pada tahun 2023 yang bisa menjadi ancaman kembali bagi pertumbuhan ekonomi dunia.
"Pembukaan kembali China baru-baru ini telah membuka jalan bagi pemulihan yang lebih cepat dari perkiraan. Ini tentu saja merupakan faktor menguntungkan yang akan mendorong lebih banyak aktivitas," kata kepala ekonom IMF, Pierre Olivier Gourinchas pada konferensi pers di Singapura, melansirAP News, Rabu (1/2/2023).
Seiring dengan membaiknya perkiraan ekonomi dunia, pertumbuhan di sejumlah negara maju pun diproyeksikan bakal kian positif. misalnya, ekonomi China pada tahun 2023 diperkirakan bakal naik menjadi 5,2ri perkiraan awal sebesar 4,4%. Amerika serikat pun diprediksi tumbuh 1,4n sejumlah negara bermata uang euro akan tumbuh sebesar 0,7%.
Kabar dari IMF ini bak angin segar bagi perekonomian dunia yang juga diiringi dengan kewaspadaan. IMF pun mencatat jika perekonomian dunia masih terbayangi oleh risiko serius seperti kemungkinan meningkatnya eskalasi perang Rusia melawan Ukraina.
Yang kedua yakni potensi lonjakan kasus Covid-19 seiring dicabutnya kebijakan zero Covid-19 di China.
Baca juga: Melihat Peluang UMKM Bertahan di Tengah Resesi Ekonomi
"Kemudian, juga suku bunga yang tinggi akan menyebabkan krisis keuangan di negara-negara yang sarat utang," jelas Gourinchas.
Dia juga menambahkan jika pembatasan perdagangan semikonduktor di mana China dibatasi mengakses teknologi chip prosesor canggih karena masalah keamanan akan berbahaya bagi global.
"Pembatasan perdagangan semikonduktor dan tekanan pemerintah AS untuk menarik kembali industri ke dalam perbatasan mereka sendiri dan membatasi ketergantungan pada mitra asing berpotensi dapat berbahaya bagi ekonomi global," tuturnya.
Baca juga: Menilik Peran Pemerintah dalam Gelombang PHK Massal
Oleh karena itu, Gourinchas mengimbau negara-negara bisa melakukan diversifikasi rantai pasok komoditas.
"Dalam upaya meningkatkan ketahanan, pertumbuhan, standar hidup, daripada bergerak menuju penopang ulang atau 'penopang teman'," pungkasnya.
Editor : Pahlevi