Optika.id - Seiring dengan menurunnya angka Covid-19 dan PPKM yang dihapuskan, geliat aktivitas yang dibatasi kala pandemi kembali muncul. Tak terkecuali industri hiburan music di tanah air, baik festival, maupun konser.
Baca juga: Ini Daftar Bisnis Gibran Cawapres Prabowo yang Gulung Tikar
Konser menjadi gelaran aktivitas yang diminati oleh kawula muda akhir-akhir ini setelah mereka puasa lama ketika pandemi. Tak ayal, beberapa konser yang digelar sukses menuai antusiasme bahkan tiket yang dijual pun ludes dalam beberapa menit saja.
Konser dan perebutan tiket tak bisa dilepaskan dari keberadaan calo tiket. Bak cendawan di musim hujan, calo tiket kembali bermunculan di tengah maraknya konser. Bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) pun menganggap jika keberadaan calo tiket merupakan sesuatu yang wajar.
"Kalau dalam konteks bisnis hiburan, calo itu disebut sebagai pihak yang menjualsecondary ticket.Hal ini sah-sah saja dilakukan karena mereka memang ikut melakukan pembelian dan tidak melakukan penipuan, kecuali tiket yang dijualnya terbukti palsu," kata Ketua APMI Dino Hamid, dalam keterangan yang diterima, Sabtu (25/2/2023).
Pihak pembeli secondary ticket seperti calo ini menurut Dito lazim ditemukan di mana saja baik di lapangan maupun situs penjualan tiket festival music atau konser berskala internasional di berbagai belahan dunia.
"Situs penjualan tiket internasional pun menjualsecondary ticketdengan harga yang lebih mahal, tentu bedanya sistem mereka digital dan terpercaya. Menurut saya di konteks industri bisnis pertunjukan, calo sah saja bahkan ada di luar negeri juga," ucapnya.
Baca juga: Kasus Covid-19 Tembus Ratusan, Dinkes DKI: Masih Terkendali
Maka dari itu Dito mengaku tak heran ketika ada proses pembukaan tiket pra-jual secara daring yang biasanya disebut dengan ticket war, maka banyak pihak yang kemudian memanfaatkan momen tersebut sebagai ladang meraup cuan. Di satu sisi, adanya fenomena tersebut juga diakui oleh Dito bahwa promotor tidak bisa menahan hal tersebut dan sah-sah saja dilakukan.
Melihat kondisi yang semakin membaik akhir-akhir ini, Dito pun melihat jika hal tersebut juga seiring dengan pertumbuhan industri bisnis hiburan yang cukup menggembirakan. Dito menyebut jika setelah pandemi banyak orang yang akhirnya bisa menikmati hiburan di luar rumah secara aman dan nyaman tanpa pembatasan lagi. Perkembangan bisnis pertunjukan juga terkait erat dengan kultur sosial yang juga tumbuh sangat pesat.
"Kami istilahkan ada yang namanya Generasi C atau Generasi Covid. Mereka ini anak-anak muda yang dua atau tiga tahun lalu tidak bisa keluar rumah dan belum cukup usia untuk nonton konser dan sekarang sudah bisa bersosialisasi di sebuah festival atau konser," jelasnya.
Baca juga: COVID-19 Melonjak Lagi, Kemenkes Ingatkan Masyarakat Lengkapi Vaksin Booster
Dino mengaku jika optimisme dalam dunia hiburan tanah air menjadi kekuatan untuk menghindari ancaman resesi ekonomi global yang saat ini tengah menghantui banyak negara. Oleh sebab itu, APMI meyakini jika industri festival bakal semakin maju serta mampu menopang perekonomian Indonesia sehingga terhindar dari ancaman resesi global.
"Kami yakin Indonesia aman karenamicro-economykita cukup kuat. Ada uang yang terus berputar di sini, misalnya dari promotor, artis, kru,talent, hingga UMKM. Semua membentuk ekosistem sangat kuat di industri kita," pungkasnya.
Editor : Pahlevi