Optika.id - Kasus Flu Burung yang kembali muncul di Indonesia dikhawatirkan akan menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) hingga bisa menularkan kepada manusia.
Baca juga: Mengungkap Mysophobia: Ketakutan Ekstrem terhadap Kotoran
Tjandra Yoga Aditama selaku Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kemudian menjelaskan antisipasi kasus flu burung di Indonesia ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan.
Pertama melakukan deteksi dini terkait adanya kasus di negara-negara ASEAN lain di luar Kamboja ya, khususnya Indonesia. Kedua, jika memang ada dan tersebar, maka diperlukan upaya maksimal untuk bisa mengendalikan dari sumbernya atau istilahnya contain at the source agar kasus tidak keluar dan tersebar ke negara lain. Yang ketiga, negara yang belum ada kasus wajib membentengi diri agar jangan sampai kemasukan. Nanti bisa ketar-ketir, tutur Tjandra, Minggu (26/2/2023).
Di sisi lain, menurutnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI agar Indonesia tidak masuk dalam kasus flu burung yang berpotensi KLB.
Pertama, yakni memantau surveilan secara ketat pada unggas serta manusia sebagai deteksi awal jika sudah ada kasus.
Baca juga: Kesehatan dan Alkohol: Apa yang Harus Anda Ketahui?
Untuk unggas deteksinya bisa di tiga tempat, peternakan, pasar ayam dan lingkungan rumah. Untuk manusia maka dapat dideteksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain, apalagi kalau ada klaster beberapa orang dengan gejala yang sama, paparnya.
Selanjutnya, jika mendapatkan laporan kecurigaan kasus pada hewan maupun manusia, maka harus diterjunkan tim khusus langsung ke lapangan yang merupakan gabungan antara kesehatan dan juga kesehatan hewan yang mumpuni di bidangnya.
Tak hanya itu, mereka juga wajib memastikan ulang kesiapan, kelayakan dan ketersediaan sarana diagnosis terkait apabila nanti diperlukan secara massif. Kemudian, obat flu burung yakni Oseltamivir dengan merk Tamiflu harus dicek ketersediaannya, kemudahan aksesnya, cara mendapatkannya, jika suatu saat diperlukan dengan segera.
Baca juga: Kenali Penyebab Kesemutan pada Wajah dan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini juga mengimbau agar pihak terkait terus menjalin kerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memantau beberapa hal.
Pertama, perkembangan kasus di berbagai negara. Kedua, perkembangan genomik kasus pada manusia dan unggas. Ketiga, kerja sama internasional untuk ketersediaan logistik yang mungkin akan diperlukan, ungkapnya.
Editor : Pahlevi