Teknologi Kecerdasan Buatan, Mampukah Menggantikan Otak Manusia?

Reporter : Danny

Optika.id - Jelang proses bergulirnya Pemilu 2024, dengan segala isi-isu yang menimpa negara Indonesia membuat seluruh aktivis dan pakar hukum dari kalangan manapun ikut memberikan masukan. Masukan tersebut diangkat berdasarkan bagaimana cara-cara mereka untuk bersama mensukseskan Pemilu menghadirkan pemimpin negara Republik yang berintegritas. Pemimpin negara yang berintegritas pastinya menghasilkan kondisi negara Indonesia dalam 5 tahun kedepan akan jauh lebih berkualitas.

Baca juga: Selamat Datang Era Digital, Ini 10 Istilah Seputar Dunia AI yang Wajib Kamu Tahu!

Mengetahui perihal isu tersebut, serta merespons UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan seminar bersama Bawaslu RI dan Bawaslu Provinsi Jawa Timur. Agenda yang dibahas mulai dari Hak Warga Negara, Hak Asasi Manusia, Kecurangan Pemilu, Potensi Kecurangan Pemilu Digital dan pembahasan menarik lainnya.

Diskusi digelar pada hari Selasa, (21/3/2023) menghadirkan beberapa narasumber dan juga anggota Bawaslu RI. Dilaksanakan pukul 09.00-12.00, rangkaian acara tersebut digelar di Auditorium Fakultas Hukum Ubaya. Di sana, juga hadir beberapa aktivis dan mahasiswa-mahasiswa khususnya yang tergabung BEM Universitas. Mereka turut mendengarkan serta menjadikan apa yang disampaikan sebagai role model, apalagi generasi muda ikut turut andil untuk mensukseskan Pemilu 2024.

"Mendekati perkembangan teknologi saat ini lembaga negara kita ini kurang mengekspos, teknologi ini satu level di depan daripada pengembangan umum. Idealnya, tapi kedepannya harus ada antisipasi, sehingga hal-hal dulu tidak terulang kembali. Bagaimana cara pengaturan ideal dalam memaknai hukum di Indonesia, jadi artinya bahwa kecerdasan buatan adalah sistem komputer yang mampu melaksanakn tugas menggantikan otak manusia," ujar Rofi Aulia Rohman akademisi FH Ubaya dalam sesi Diskusi Sosialisasi kepada Optika.id, Selasa, (21/3/2023).

Baca juga: Semua Serba AI, Bagaimana Masa Depan Gen Z?

Kecerdasan buatan mengacu pada simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang diprogram untuk berpikir seperti manusia dan meniru tindakan mereka. Istilah ini juga dapat diterapkan pada mesin apa pun yang menunjukkan ciri-ciri yang terkait dengan pikiran manusia seperti pembelajaran dan pemecahan masalah. Karakteristik ideal kecerdasan buatan adalah kemampuannya untuk merasionalisasi dan mengambil tindakan yang memiliki peluang terbaik untuk mencapai tujuan tertentu. Bagian dari kecerdasan buatan adalah pembelajaran mesin (ML), yang mengacu pada konsep bahwa program komputer dapat secara otomatis belajar dari dan beradaptasi dengan data baru tanpa bantuan manusia.

"Sejauh sampe detik ini, masih belum ada kecerdasan buatan yang mampu mengerjakan banyak tugas. Belum ada yang melebihi kemampuan manusia, namun sayangnya sampai saat ini masih belum ada teknologi kecerdasan buatan. Kita bisa melihat kasus menjadi standar di Amerika Serikat, konsultan politik dia bertugas untuk mengedepankan politik berdasarkan dari data, by data. Jadi, apa namanya gaji yang setara dengan rekomendasi bisa mempengaruhi kinerja pemerintah. Intinya, bagaimana kita bisa meminimalisir kemampuan kita untuk mengganti dengan kecerdasan buatan," jelasnya.

Baca juga: Apa Itu Konsep Smart City yang Digadang-gadang Sebagai Kota Cerdas dan Berkualitas?

Tujuan kecerdasan buatan termasuk meniru aktivitas kognitif manusia. Para peneliti dan pengembang di lapangan membuat langkah yang sangat cepat dalam kegiatan meniru seperti pembelajaran, penalaran dan persepsi, yang sejauh ini dapat didefinisikan secara konkret.Teknologi AI terus berkembang untuk menguntungkan banyak industri yang berbeda. Mesin dihubungkan menggunakan pendekatan lintas disiplin berdasarkan matematika, ilmu komputer, linguistik, psikologi, dan banyak lagi.

"Kepentingan publik bisa memberikan suatu alat yang mendorong guna mensukseskan apa saja perkembangan Pemilu di tahun 2024. Secara singkat, saya menginginkan perkembangan teknologi ini dimanfaatkan dengan baik, bukan sebagai alat untuk berbuat negatif, apalagi hingga melakukan peretasan data, sekian dari saya kurang lebihnya seperti ini, Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh," pungkas Rofi.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru