Optika.id - Muhammad Iqbal, pengamat dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember di Kabupaten Jember, Jawa Timur, menyebut orkestrasi politik Indonesia kini di tangan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Baca juga: Megawati Respon MK: Ternyata Hakim Masih Punya Hati Nurani dan Keberanian!
Deklarasi pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDIP adalah bukti kuasa Megawati sangat kuat sekaligus melumpuhkan peran politik Presiden Joko Widodo. Padahal, Jokowi sejak awal ingin jadi King Maker, kata Iqbal, Rabu (26/4/2023).
Keinginan menjadi sosok King Maker ini terlihat saat Joko Widodo mengusung ide koalisi besar untuk mencalonkan duet Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Menurut Iqbal, saat ini orkestrasi politik berada di tangan Megawati, bukan di tangan Jokowi. KIB dan KIR kini sama-sama menunggu sosok calon wapres pendamping Ganjar.
Baca juga: Siang Ini, PDIP Akan Umumkan Bacakada Tahap Ketiga!
"Kuatnya posisi Megawati saat ini terlihat dari penyebutan yang menegaskan posisi Ganjar sebagai petugas partai. menetapkan saudara Ganjar Pranowo yang sekarang adalah Gubernur Jawa Tengah, sebagai kader dan petugas partai untuk ditingkatkan penugasannya sebagai calon presiden Republik Indonesia dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, katanya saat mengumumkan pencalonan Ganjar, Jumat (21/4/2023).
Iqbal menilai, penegasan diksi petugas partai itu secara komunikasi politik adalah bentuk kekuasaan dan hegemoni partai terhadap konstitusi dan sistem demokrasi bangsa. Padahal presiden adalah kepala negara dan kepala pemerintahan yang memegang amanat dan mandat dari kedaulatan rakyat, katanya.
Baca juga: Anies Puji PDIP Konsisten: Penjaga Konstitusi Sama dengan Penjaga Negara!
Pernyataan Mega ini, menurut Iqbal, akan dicatat oleh calon pemilih yang menginginkan demokrasi di Indonesia dibangun di atas sistem konstitusional dan presidensial yang menjamin kedaulatan rakyat. Dampaknya bisa berbalik: rakyat tak akan memilih PDIP.
Editor : Pahlevi