Optika.id - Asupan protein yang tinggi diperlukan oleh setiap anak yang sedang berada dalam fase tumbuh kembang. Akan tetapi, hal tersebut berbeda dengan anak yang mendapatkan pantangan sejak dini misalnya karena alergi tertentu sehingga kebutuhan proteinnya tidak tercukupi secara optimal. Hal tersebut ternyata dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak sehingga menjadi tidak optimal atau bisa disebut stunting.
Baca juga: Fokus Para Capres Berantas Stunting, Pengamat Sebut Janjinya Belum Kuat
Hal tersebut dikatakan oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi dari Universitas Airlangga Surabaya, Zahrah Hikmah. Menurutnya, jika orang tua terlalu lama dan ketat menerapkan pantangan makanan pada anaknya, maka hal tersebut bsia menyebabkan penurunan nafsu makan sang anak dan menjadi pemilih dalam makan.
Alergi pada anak biasanya timbul pada malam hari sehingga hal tersebut bisa menganggu jam tidurnya dan dia tidak mendapatkan porsi tidur yang cukup. Dengan demikian, kondisi tersebut tentunya bisa berpengaruh pada tumbuh kembang buah hati.
Zahrah menjelaskan lebih lanjut bahwa stunting rawan terjadi pada anak alergi di bawah usia 3 tahun dan masih dalam masa emasnya. Apabila hal tersebut dibiarkan oleh orang tua, maka akan lebih susah dalam mengejar pertumbuhannya seperti penanganan kepada anak stunting yang mendapatkan perawatan sejak awal.
Dampak stunting itu dia bisa memperlambat perkembangan otak. Dampak jangka panjangnya bisa gangguan mental. Rendah kemampuan belajar kemudian ada risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas, kata Zahrah dalam keterangan yang diterima Optika.id, Rabu (31/5/2023).
Untuk mencegah maupun menangani anak alergi yang kena stunting, diapun menyarankan agar para orang tua bisa lebih awas dalam mendeteksi penyebab alergi anak sejak dini dan selalu mencukupi kebutuhan pangannya secara seimbang. Kemudian, Zahrah menyarankan agar orang tua melakukan diet eliminasi apabila lokasi tempat tinggal keluarga jauh dari rumah sakit yang menyediakan dokter anak alergi atau dokter spesialis anak.
Baca juga: Minim Ilmu Parenting, Orang Tua Jadi Gampang Lakukan Kekerasan Pada Anak
Diet eliminasi yang dimaksud bisa dilakukan selama 3 minggu kemudian melakukan provokasi kepada anak. Apabila orang tua sudah mengetahui penyebabnya, maka makanan atau minuman tersebut dihindari selama 3 -6 bulan untuk diberikan kepada sang anak.
Penghindaran daripada makanan ini harus berdasarkan hasil diet eliminasi dan provokasi. Jadi jangan dieliminasi terlalu lama. Kalau 3 minggu membaik, harus diprovokasi, ucapnya.
Dia menilai jika anak dengan banyak pantangan makanan dalam jangka waktu yang lama akan lebih berisiko terkena gizi buruk atau malnutrisi dan stunting. Apabila sang anak makin lama dipantang untuk mengonsumi jenis makanan tertentu, maka dikhawatirkan akan timbul risiko ganggauan tumbuh kembangnya yang lebih tinggi kerawanannya.
Baca juga: Upaya Pemerintah Atasi Trauma Anak di Daerah Konflik
Di sisi lain, dirinya juga mengingatkan kepada orang tua agar menyediakan dan menyesuaikan makanan pengganti pada anak dengan alergi. Orang tua juga harus selalu memantau penambahan berat dan tinggi badan dalam tahap perkembangannya.
"Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memeriksakan secara rutin kondisi anak yang memiliki alergi," jelasnya.
Editor : Pahlevi