Kehadiran AI, Kemudahan atau Awal dari Bencana?

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Kemunculan dan perkembangan Artificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan ini sempat digadang-gadang sebagai penemuan terbesar abad 20 dan terobosan di bidang ilmu pengetahuan. AI berusaha melampaui revolusi industri yang bisa mengantarkan manusia pada kemajuan industri.

Baca juga: ChatmuGPT, AI yang Dikembangkan Muhammadiyah

Penggunaan mesin yang berbasis manufaktur menjadi penanda dimulainya revolusi industri di Inggris. Saat itu, terjadi peralihan dalam penggunaan tenaga kerja dari yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, kemudian beralih menggunakan mesin. Kendati demikian, manusia tetap dipekerjakan lantaran mesin-mesin itu tetap membutuhkan tenaga manusia untuk bergerak dan bisa beroperasi. Oleh sebab itu, revolusi industri menciptakan kelas pekerja lantaran adanya kesenjangan antara pemilik perusahaan (mesin-mesin) dengan mereka yang bertugas memfungsikan mesin tersebut atau kelas pekerja.

Berbeda dengan era AI, manusia justru tidak perlu bekerja dan tidak dipekerjakan lagi. Pekerjaan manusia dapat dengan mudah digantikan oleh AI sehingga orang-orang menyebut saat ini pekerja kelas rebahan.

AI berbeda dengan robot atau mesin biasa. Kecerdasan buatan satu ini murni dirancang sebagai imitasi dari manusia. Dengan kata lain, AI dibuat khusus untuk menggantikan pekerjaan manusia. Bukannya, sekadar membantu atau memudahkan pekerjaannya.

Lantas, bisakah AI menggantikan pekerjaan-pekerjaan manusia secara total?

Berdasarkan perkiraan dari para ahli, robot tidak akan bisa mengambil alih pekerjaan ahli bedah sampai tahun 2053 dan diperlukan waktu sekitar 34 tahun lagi sebelum mesin menjelma sebagai imitasi mahluk bernyata dan bersaing dengan para ahli matematika untuk menulis sebuah jurnal akademis.

Baca juga: Google Rilis AI Canggih untuk Mencegah Pencurian Handphone

Tidak akan benar-benar bisa menggantikan skill manusia, butuh waktu yang lama untuk melakukannya, tulis The New York Times, Senin (24/7/2023).

Sementara itu, para ahli juga memperkirakan bahwa AI baru bisa menulis novel laris versi koran New York Times pada tahun 2049.

Namun dalam kenyataannya, mesin sudah mulai menjajakkan kakinya di bidang tersebut. Hal ini terlihat dari Google yang mulai melatih AI-nya untuk menulis novel romantis dan naskah beirta sbeagai upaya untuk membantu mereka menulis secara kreatif dan luas. Tak hanya itu, ada sebuah program AI baru yang diberi nama Benjamin bisa menulis naskah film fiksi ilmiah, walaupun sama sekali tak masuk akal.

Baca juga: Kesepian Akut, Para Pria Gunakan AI Chatbot Untuk Ngobrol

Terlepas dari semua itu, perkembangan teknologi saat ini nyatanya tdiak benar-benar mampu menyelamatkan manusia. Ketimpangan ekonomi terjadi di mana-mana, beragam virus dan penyakit terus bermunculan, seiring dengan kemajuan industri kesehatan dan makanan.

Para pakar juga mengatakan munculnya tingkat kesepian yang tinggi lantaran manusia terlalu bergantung dan dimanjakan pada teknologi. Bayangkan jika sepanjang hari manusia hidup hanya dengan rebahan tanpa belajar mengembangkan skillnya, apakah manusia bisa bertahan hidup?

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru