Surabaya (optika.id) - Penggunaan program artificial intelligent (AI) atau teknologi kecerdasan buatan seperti Bing, ChatGPT dan Google Bard pada harkatnya adalah untuk membantu manusia dalam berbagai tugas-tugas pencarian internet atau penyuntingan teks. Akan tetapi, dalam perkembangan AI saat ini, tak sedikit orang yang menggunakan chatbot AI hanya untuk sekadar mengobrol.
Mengutip dari Popsci, Selasa (6/2/2024) sekitar 103 juta orang dewasa di Amerika Serikat (AS) secara aktif menggunakan chatbot generative. Sementara 13% nya, dalam waktu-waktu tertentu, menggunakan chatbot hanya untuk bercakap-cakap karena merasa kesepian.
Baca Juga: Abdul Mu'ti: Coding dan AI Tak Selalu Berbasis Internet
Sementara itu, berdasarkan hasil survei dari Consumer Reports Agustus 2023 yang dirilis pada akhir Januari kemarin, sebanyak 69% orang Amerika tidak secara teratur menggunakan chatbot AI.
Sebagian besar pengguna AI tersebut meminta program mereka untuk melakukan tugas-tugas seperti biasanya yakni menjawab pertanyaan sebagai pengganti mesin pencari tradisional, meringkas teks yang panjang, menulis konten, serta menawarkan ide untuk tugas kerja atau sekolah.
Di satu sisi, adalah dorongan yang sangat manusiawi ketika ada keinginan untuk mengobrol ringan dengan orang lainnya sebagai mahluk sosial. Akan tetapi, saat ini terjadi pergeseran minat karena orang-orang mulai tertarik pada obrolan dengan chatbot AI. Atas hal tersebut, tentunya terjadi kritik bahwa fenomena ini akan bisa menjadi masalah yang cukup serius di kemudian hari.
Baca Juga: KEAI Yogya Gandeng UKDW Adakan Pelatihan AI Untuk Guru SD se-DI Yogyakarta
Ada potensi gangguan sosial di mana komunikasi sosial di kehidupan nyata bisa semakin langka jika jumlah orang yang tertarik dengan percakapan chatbot terus bertambah, tulis Popsci.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bahkan, berdasarkan sejumlah laporan, marketing chatbot AI berkembang pesat bahkan secara terang-terangan dipasarkan ke pengguna sebagai pacar virtual bagi mereka yang kesepian. Sementara itu, minat para pengguna yang dominannya adalah para pria terhadap obrolan chatbot ini didukung oleh kebebasan ekspresi mereka dalam mengobrol dengan AI.
Baca Juga: ChatmuGPT, AI yang Dikembangkan Muhammadiyah
Dengan kata lain, mungkin saja pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan dalam obrolan nyata terlalu eksplisit.
Adapun beberapa platform berbasis AI chatbot yang secara spesifik menjual persahabatan semu dengan sistem kecerdasan buatan adalah Forever Voices dan Candy AI. Dua platform tersebut mendapatkan kritik keras dari berbagai pihak. Bahkan, pengguna Forever Voices pun mengeluhkan kesepian mereka setelah server perusahaan tersebut offline.
Editor : Pahlevi