Membaca Soerabaijasch Handelsblad, Surat Kabar Pertama di Surabaya

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Transformasi sosial yang terjadi pada struktur masyarakat berdampak pada perubahan pola pikir serta interaksi sosial dalam masyarakat. Dampak positif yang tercipta salah satunya menimbulkan proses emansipasi pendidikan yang melahirkan golongan priyayi terpelajar. Meningkatnya jumlah golongan priyayi terpelajar mempercepat terjadinya proses modernisasi yang mengubah sistem dan orientasi nilai masyarakat pribumi Jawa dari tradisional feodal menjadi pandangan yang kosmopolit Barat.

Baca juga: Banjir Parah di Greges Timur, Warga Desak Penanganan Cepat

Pesatnya modernisasi yang melanda masyarakat Jawa khususnya di Jawa Timur ditandai pula dengan pesatnya pertumbuhan industri maupun perdagangan. Pesatnya pembangunan infrastruktur kota, sarana komunikasi dan transportasi, dan semakin heterogennya pelapisan sosial di perkotaan membentuk suatu masyarakat konsumen, yang memungkinkan hadirnya sistem komunikasi dengan media massa secara luas dan cepat. Penyatuan media komunikasi massa dalam kehidupan masyarakat perkotaan di Jawa Timur, memberikan wadah bagi media pers untuk mengembangkan peranannya sebagai wahana interaksi sosial dan sosialisasi nilai bagi masyarakat.

Menurut Sartono Kartodirdjo dalam Perkembangan Peradaban Priyayi yang dikutip Optika.id, Selasa (25/7/2023), Pada akhir abad 19 kehidupan masyarakat di pulau Jawa mengalami proses perubahan struktur yang mendasar. Proses transformasi sosial ini mengakibatkan memudarnya struktur masyarakat agraris feodal tradisional, dalam perubahan bentuk menuju masyarakat yang lebih modern.

D.H Burger dalam Perubahan-perubahan Struktur dalam Masyarakat Jawa menyebut jika proses perubahan yang terjadi dipicu oleh berbagai faktor, antara lain faktor ekonomi, sosial, dan terutama politik. Kondisi politik yang terjadi pada akhir abad ke-19, memberikan pengaruh pada berdirinya sebuah surat kabar Soerabajasch Advertentieblad yang nantinya menjadi Soerabaijasch Handelsblad.

Surat kabar pertama yang benar-benar asli terbit di Surabaya adalah Soerabajasch Advertentieblad pada Maret 1836. Inilah surat kabar yang pertama lahir di tengah larangan menerbitkan surat kabar. Namun tidak ada berita di surat kabar ini karena sesuai namanya, surat kabar ini hanya memuat iklan. Mulai iklan ekspor impor, lelang, lowongan kerja. Di samping itu juga ada warta kematian, kelahiran, pernikahan dan keberangkatan kapal sebagai berita utamanya. Koran iklan ini hanyalah siasat pemilkinya, CF Smith, yang dikenal idealis, dia sejak awal ingin menerbitkan koran sesungguhnya namun pemerintah melarang ada surat kabar.

Setelah setahun surat kabarSoerabajasch Advertentiebladkhusus menyiarkan iklan, pada bulan Maret 1837, Smith mengajukan permohonan kepada Residen Surabaya yang bertindak sebagai pengawas, untuk diizinkan menyiarkan berita dan artikel. Namun, permohonan Smith itu tidak pernah dikabulkan. Malahan tahun 1841, C.Van Raalten yang menjabat sebagaichief clerk(kepala tata usaha) diadili.

Pengadilan Distrik Surabaya mengambil alih pengelolaan surat kabar itu. Alasannya, agar kepentingan pemerintah tidak dirugikan akibat rencana Smith yang akan menerbitkan pemberitaan dan artikel di surat kabar itu. Memang, di zaman penjajahan Belanda itu tidak mudah menerbitkan media massa, walaupun oleh bangsa Belanda sendiri. Waktu itu berlaku pengawasan yang ketat. Sehingga, persiapan yang dilakukan CF Smith, pemimpin surat kabar itu cukup lama, padahal izinnya keluar bulan Juli 1835.

Baca juga: Buya Hamka dan Kapal Van Der Wijck

Namun, niat baik itu itu tidak pernah dikabulkan. Meskipun sama-sama berdarah Belanda, pemerintah kala itu begitu fasis. Pada 1841, C Van Raalten yang menjabat sebagai chief clerk (kepala tata usaha) Soerabajasch Advertentieblad diadili. Tidak jelasa apa kesalahannya karena artikal itu tidak pernah dimuat karena baru niatan.

Pengadilan Distrik Soerabaia mengeluarkan putusan mengejutkan yakni mengambi lalih pengelolaan surat kabar itu. Alasannya, agar kepentingan pemerintah tidak dirugikan akibat rencana Smith yang akan memuat berita dan artikel di surat kabar itu. Namun dalam perkembangan, suratkabar itu tidak dapat lagi menghindari tulisan yang bersifat berita. sebab di dunia luar mulai muncul surat kabar berita. Sehingga, pada 1853, secara resmi koran ini berganti nama menjadi: Soerabaiasch Nieuws en Advertentieblad (SNeA). Koran ini berada dalam pengawasan dari pemerintah kolonial.

Tidak lama kemudian di tahun yang sama surat kabar ini diambil alih oleh surat kabar Oostpost yang kemudian nanti setelah beberapa tahun berganti nama menjadi Soerabaiasch Handelsblad dibawah pimpinan van Geuns seorang tokoh liberal. Kehadiran surat kabar ini pertamakali diketahui melalui iklan yang dimuat diSNeAterbitan 8 Januari 1853 yang dicetak pada percetakan E.Fuhri. Tahun 1856 surat kabar ini berganti nama menjadi Soerabajasch Handelsbladyang didukung oleh kelompok pengusaha pabrik gula di Jawa Timur.

Di awal tahun 1900an Surat kabar ini benar-benar membawa misi pemerintah kolonial Belanda. Pimpinan koran ini, M.Van Geuns sampai-sampai menulis kritik tajam terhadap kebijakan Gubernur Jenderal Idenburg yang memberi kesempatan kepada organisasi pergerakan nasional Boedi Oetomo, Syarekat Islam danIndische Partij.

Baca juga: Maulid Nabi Ternyata Bukan Syiah yang Mengawalinya

Melihat perkembangan surat kabar di Surabaya, Jakarta, Padang dan Medan, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan undang-undang tentang percetakan dan pers:Reglement op de Drukwerken in Nederlandesch Indie atau disebut Drukpers Reglement. Undang-undang ini mengatur dan mengawasi hasil percetakan dan penerbitan pers. Hal ini banyak memancing pers di Surabaya semakin gencar untuk mengkritik pemerintah.

Dan saat itu Geuns berpendapat bahwa satu-satunya kemajuan dan kemakmuran Hindia Belanda tergantung dari perkembangan perkebunan perkebunan Barat yang mengadakan ekspor. Melalui media ini Geuns banyak mengkritisi pandangan-pandangan kaum progresif Belanda seperti pembelaan dan pernyataan Fromberg terhadap pergerakan rakyat dan sikap Snouck Hurgronje tentang adanya perwalian terhadap pangreh praja bumi putera oleh pejabat-pejabat Belanda.

Karena dipimpin oleh tokoh yang sangat getol membela kepentingan kapitalis Belanda, maka Soerabaiasch Handelsbald sangat reaksioner terhadap pergerakan nasional Indonesia. Karena itu pula. Geuns juga sering melontarkan kritik tajam terhadap kebijaksanaan politik Gubernur Jenderal Idenburg yang sangat simpatik memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan organisasi pergerakan seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru