Misi Menyelamatkan Perancis

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Selama Perang Dunia II, Perancis mengalami kekalahan melawan tentara Jerman. Ekspansi Jerman ke Perancis mengakibatkan salah satu kekuatan kolonial meredup. Ketika Perancis dikuasai oleh Jerman, koloni Perancis berada dibawah rezim Vichy yang mengklaim sebagai harapan keselamatan nasional dan kebangkitan Perancis. Rezim Vichy mengemban misi sulit yakni mempertahankan sisa kekuatan Perancis dari agresi musuh.

Baca juga: Hizbullah Diminta Hentikan Serangan ke Israel, Agar Tak Terjadi Perang Besar

Pada tanggal 25 Juni 1940, Pierre Boisson diangkat sebagai Komisaris Tinggi untuk koloni Perancis di Afrika. Boisson adalah seorang veteran Perang Dunia yang kehilangan kakinya dalam pertempuran di Verdun. Semenjak itu Boisson sangat anti-Jerman dan berkomitmen membela Perancis.

Boisson menunggu jawaban dari Panglima Militer Perancis di Afrika Utara, General Nogues untuk memutuskan kelanjutan perjuangan memenangkan Perang Dunia. General Nogues setuju dan mendukung Marshal Pétain sehingga memperpanjang rezim Vichy. Boisson berusaha menyatukan kekuatan Perancis di Federation of French West Africa (AOF) yang telah kehilangan harapan.

Boisson berencana memerdekakan Perancis dari Jerman dengan memanfaatkan basis kekuatan koloni Perancis di Afrika. Bigon. Liora dalam A History of Urban planning in Two West African Colonial Capitals. Residential segregation in British Lagos and French Dakar (18501930), dikutip Optika.id, Kamis (27/7/2023) menyebut jika Boisson melakukan propaganda masif melalui brosur, siaran radio, pamflet dan buletin berita untuk menyebarluaskan ideologi Revolusi Nasional dalam upaya menghimpun kekuatan militer dengan memanfaatkan kesetiaan koloni terhadap Perancis.

Ketika pecah perang dunia II, Perancis mengerahkan 180.000 tentara Afrika. Prajurit-prajurit Afrika menampilkan kesetiaannya kepada kerajaan Perancis. Pada tahun 1940, Jerman menaklukkan Perancis. Oleh karena itu, pusat pemerintahan sementara berada di tangan De Gaulle yang memilih Brazzaville sebagai ibukota AEF (The Federation of French Equatorial Africa).

Untuk diketahui, AEF merupakan federasi Equatorial Afrika Perancis, gabungan wilayah Congo, Oubangui-Chari, Chad dan Gabon atas dasar Treaty of Versailles tahun 1919. Camerun yang dulunya adalah koloni German dipercayakan kepada Perancis dan Inggris di bawah mandat League of Nations (LBB).

Baca juga: Menelusuri Aktivitas Judi dari Masa ke Masa

Conseil de Défense de l'Empire pun terbentuk pada bulan Oktober 1940 di bawah administrasi Free France (Perancis Merdeka) sehingga tidak mengherankan jika Afrika agak memperoleh simpati dari politisi Perancis setelah perang berakhir. De Gaulle dan Mitterrand merupakan tokoh dari koloni Perancis di Afrika yang menunjang kebutuhan perang bagi kerajaan induk (Perancis di Eropa).

Pertempuran musim semi dengan kemenangan Jerman telah memberikan komitmen tegas bagi Perancis seberang lautan (La France dmer outre) untuk melawan. Tentara Jerman mengambil alih Paris dan pemerintahan dipindahkan ke Tours. Ketika tentara Jerman menyebrangi Loire, sekali lagi pemerintahan dipindah ke Bordeaux. Dan berakhir seluruh Perancis takluk kepada Nazi Jerman.

Untuk menyelamatkannya, maka pemerintah dipindahkan lagi ke Aljazair. Senator dan wakil dari Majelis Nasional berangkat terlebih dahulu, disusul kemudian Presiden Lebrun, perdana menteri Reynaud dan kabinetnya. Marshal Petain menyakinkan rakyat Perancis mengenai keadaan darurat ini dan menyatakan bahwa mereka akan kembali. De Gaulle melakukan terobosan besar dengan berlayar ke Inggris untuk mengkoordinasi bantuan.

Baca juga: Mengenal Zionisme dan Hubungan Erat dengan Israel

Tony Chafer dalam bukunyaEnd of Empire France in West menjelaskan jika tentara Perancis Afrika mendarat di pantai Corsica dan Provence dalam upaya membebaskan tanah air Perancis. Aljazair menjadi lokasi strategis dalam menghimpun tentara, apalagi terdapat perusahaan Vichy yang mendukung upaya kemerdekaan Perancis.

Rosevelt sebagai Presiden America bekerjasama dengan pemerintahan Perancis di Afrika Utara dalam upaya membendung imperialis Nazi yang agresif sebagai sekutu tua. Pada akhirnya koloni Perancis yang tidak tergabung dalam Free France (Perancis Merdeka) hanya Indochina yang terpisah terlampau jauh.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru