Optika.id - Candi Borobudur merupakan salah satu candi besar di Indonesia dan sering digunakan tak hanya menjadi pusat keagamaan umat Buddha saja, melainkan juga sebagai tempat untuk karya wisata bagi siswa-siswi dari Jawa Tengah dan daerah sekitarnya, maupun wilayah lain di Indonesia.
Baca juga: Menelusuri Aktivitas Judi dari Masa ke Masa
Ketika berada di Candi Borobudur, kita pasti tak asing dengan relief yang terpahat di Borobudur dengan kisah-kisah di dalamnya. Tak hanya kisah tentang manusia saja, relief di Borobudur juga bercerita tentang hewan atau fauna yang menandakan bahwa ada keseimbangan alam di dalamnya.
Ada total 52 spesies fauna yang tergambar di relief candi yang terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia itu. Kajian spesies tersebut tentunya menambah nilai candi itu sebagai wisata sejarah dan edukasi.
Setiap pahatan di 2.672 relief pada dinding candi ini merupakan sebuah pusat data kuno yang lengkap. Salah satunya menyimpan catatan penting mengenai keanekaragaman hayati Indonesia dengan kehadiran pahatan beberapa spesies fauna.
Total ada 315 fauna dan 63 jenis flora yang terpahat pada bagian relief candi yang terletak di Kabupaten Magelang itu.
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama Balai Konservasi Borobudur (BKB), relief fauna dan pemanfaatannya oleh masyarakat waktu itu telah menjadi katalog spesies Jawa Kuno yang lengkap saat ini.
Kajian tersebut juga membeberkan ada 120 panel cerita dari relief Lalitavistara dan sebanyak 61 panel di antaranya terdapat pahatan fauna. Panel adalah potongan relief pada tiap dinding candi yang berisi kisah dan saling berhubungan antar relief.
Pahami Fauna dan Alam
Para ahli LIPI dan BKB merinci bahwa dari 52 spesien dan family yang teridentifikasi pada relief candi dibagi menjadi kelas seperti aves (burung), gastropoda (siput), mamalia, actinopterygii (ikan) hingga reptile.
Hasil identifikasi dari LIPI dan BKB menemukan bahwa ada 4 spesien actinopterygii dari 4 famili dan 21 spesies aves atau burung dari 15 famili.
Baca juga: Gaya Hidup Kaum Kolonial di Batavia, dari Politik Adu Domba Hingga Menjelma Badut Belanda
Sementara itu, ada 1 spesies gastropoda atau siput-siputan dan 23 spesies mamalia dari 18 famili serta 3 spesies reptile dari 3 famili.
Adapun satwa yang bisa diidentifikasi yakni gajah, kidang atau kijang muncak (Muntiacus muntjak), dan ada burung pipit (Estrildidae), harimau loreng (Panthera tigris), burung jelarang hitam atau jiarang (Ratufa bicolor).
Kemudian, dari total 52 spesies yang teridentifikasi, hanya ada satu fauna yang tidak ada keberadaannya di Nusantara Kuno yakni singa yang bisa ditemukan di India dan dari relief Lalitavistara.
LIPI menduga bahwa kemungkinan besar singa tersebut memang ada dalam kitab naskah Lalitavistara sehingga dipahat di Candi Borobudur.
Kemudian, pada relief lain ada 9 jenis fauna di dalamnya dan yang paling banyak tersebar di panel relief adalah merak hijau (Pavo muticu) yang terpahat pada 15 relief yang menceritakan kisah Bodhisattva atau calon Buddha yang akan menyeberangi Sungai Gangga yang sedang meluap.
Baca juga: Naipaul, Gusdur, dan Bagaimana Barat Memandang Islam?
Para peneliti menduga jika para pemahat di Candi Borobudur ini bisa memahat secara benar dan rinci mengenai jenis-jenis hewan yang sesuai dengan habitatnya. Misalnya, dalam sebuah panel terlihat buaya yang sedang berjemur di sungai dan pahatan burung serta kera yang bertengger di pohon.
Tentunya, kajian mengenai makna kehadiran spesies fauna di Candi Borobudur merupakan hal yang penting dan menarik untuk melengkapi cerita panel serta menambah nilai Candi Borobudur sebagai wisata edukasi dan sejarah. Di sisi lain, hal tersebut menunjukkan bahwa ada keseimbangan alam antara fauna dan manusia yang saling terkait satu sama lain.
Keseimbangan antara alam dan manusia ini pun menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan bentuk manusiawi dan keharmonisan dari keduanya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari manusia yang bergantung pada alam sekitarnya.
Selain itu, kemunculan fauna di candi-candi itu dapat memberikan gambaran keberadaan setiap spesies yang ada di Jawa dan menawarkan gambaran lingkungan yang lebih lengkap.
Editor : Pahlevi