Optika.id - Rakyat Meksiko berharap kemerdekaan akan membawa perbaikan ekonomi dan mewujudkan masyarakat yang lebih egaliter. Akan tetapi, harapan menjemput pupus setelah terbentur berbagai masalah warisan kolonial.
Baca juga: 5 Daerah Jatim Ini Hanya Miliki Paslon Tunggal
Mentalitas pejabatnya yang korup yang mencapai tahap memprihatinkan berkelindan dalam birokrasi pemerintahan Meksiko, sehingga kemerdekaan hanyalah istilah lain dari pergantian rezim.
Selama perang kemerdekaan, Meksiko menumpuk hutang, dan menanggung pula beban kerugian materiil yang kedepannya menjelma menjadi persoalan rumit.
Sebagian besar veteran perang kemerdekaan dipecat untuk mengurangi anggaran pengeluaran, dan justru memicu berbagai masalah baru, pengangguran meningkat dan kriminalitas merebak.
Kala pemerintah kekurangan dana dan sibuk mencari pinjaman, kondisi perniagaan malah memperparah dengan kemerosotan yang menyebabkan perekonomian Meksiko hancur.
Laju perekonomian lumpuh, sementara hutang negara meroket. Kudeta berdarah, dan peralihan kekuasaan yang singkat menimbun tumpukan masalah. Rakyat Meksiko membenci kaisar Agustin de Iturbide, dan sistem monarkhinya (kerajaan) yang menindas.
Republik Meksiko pun lahir, dengan hanya mengizinkan agama Kristen Katolik, dan mempersembahkan pers untuk menjadi alat kebebasan berbicara. Upeti untuk bangsa Indian dan perbudakan secara resmi dihapuskan.
Menurut Lynn V. Foster dalam A Brief History of Mexico,dikutip Optika.id, Senin (31/7/2023) Peralihan sistem pemerintahan mengundang masalah lain, rakyat Meksiko yang terisolasi di pedesaan tidak memperoleh hak suara. Mereka yang sebagian besar buta huruf dan tidak dapat berbicara bahasa Spanyol, menetang keputusan penobatan Benito Juarez sebagai presiden pertama Meksiko.
Penduduk pedesaan melayangkan banyak protes terhadap penobatan pahlawan keturunan Indian tersebut, dan mengundang reaksi keras.
Guadalupe Victoria, memobilisasi massa, memimpin pemberontakan dan menggulingkan kekuasaan Benito Juarez, kemudian memproklamirkan diri sebagai raja, meski tanpa pengalaman administratif yang mumpuni.
Guadalupe Victoria menggiring Meksiko menuju kepiluan. Pola pikir dan ketakutan akan kudeta, membuatnya menghabiskan banyak uang negara untuk membentuk militer dan menjaga loyalitas kroni-kroninya.
Baca juga: Tiktoker Ini Ungkap Jika PDIP Usung Anies, Seluruh Daerah Terkena Dampak Positif!
Reaksi keras pun kembali muncul, di pos-pos militer yang disebut yang disebut caudillos, hadir sosok pemimpin militer tangguh, General Antoio Lopes de Santa Anna.
Santa Anna yang semula hanya pemimpin militer tingkat desa, sering sejalan karirnya menanjak, hingga menjadi simbol perlawanan rakyat Meksiko dalam menentang agresi militer Amerika Serikat.
Riuh ricuh masalah internal Meksiko berhenti sejenak, menanggapi ekspansi Amerika Serikat. Santa Anna yang telah memegang jabatan strategis angkatan darat Meksiko, berupaya membendung arus gelombang ekspansi militer Amerika Serikat.
Ia merekrut banyak pasukan tak berpengalaman, dan menggunakan serangan balasan dengan strategi gerilya, yang memang cocok untuk pertempuran berat sebelah.
Dalam film The Alamo (1960), digambarkan bahwa Santa Anna tidak sanggup mencegah ekspansi Amerika Serikat, tetapi gerakan tentara negeri Paman Sam tersebut dapat terhambat. Akhirnya, kedua kubu dapat mereorganisasi tentaranya, dan bersiap untuk pertempuran paling menentukan di Alamo.
Baca juga: Oposisi Memang Berat Mas AHY, Demokrat Takkan Kuat, Biar Rakyat Saja
Serangkaian pertempuran brutal berhasil dimenangkan Amerika. Santa Anna dan pasukannya tersudut dan terus menerus mengambil langkah mundur. Upaya terakhir Santa Anna pun dapat dipatahkan, dan tentara Amerika Serikat menerebas masuk.
Warga kota Veracruz menolak menyerah, dan melanjutkan perlawanan yang berujung sia-sia. Sementara beberapa kota lainnya, mencoba mengajukan negoisasi perdamaian. Dan beberapa provinsi di Meksiko memanfaatkan momentum untuk melepaskan diri dari pemerintah pusat yang korup.
Di samping itu, Santa Anna kembali mengumpulkan tentara tak berpengalaman. Bahkan, Santa Anna sekali lagi unggul dalam jumlah tentara, tetapi timpang jauh terkait persenjataan dan professionalitas. Pasukan Meksiko menerima kekalahan telak dalam pertempuran Churubusco yang terjadi di pinggiran kota. Rezim korup pun runtuh, dan Santa Anna yang pamornya melesat, mengambil peluang negoisasi untuk mengukuhkan posisinya dan mengulur waktu.
Sekali lagi, Santa Anna yang keras kepala, merekut tentara tak berpengalaman untuk digabungkan dengan sisa pasukannya, dan menantang tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di Molina del Rey. Santa Anna beserta pasukannya kembali memperoleh kekalahan, kemudian memilih langkah mundur.
Perjanjian Guadalupe Hidalgo pada tanggal 2 Februari 1848 kemudian mengakhiri konflik antara Meksiko dan Amerika Serikat. Sebagai pihak yang kalah, Meksiko kehilangan wilayah utara yang luas, dan harus setuju menukar wilayahnya dengan kompensasi uang sebesar 18 juta dollar atau kurang dari setengah anggaran tahunan.
Editor : Pahlevi