Optika.id - Pengajar Studi Perdamaian di jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM), Diah Kusumaningrum mengatakan ada lebih dari 198 metode aksi nir-kekerasan yang bsia digunakan untuk menyelesaikan masalah namun banyak orang yang tidak mengeksplorasinya.
Baca juga: KPPPA Minta Kasus Perundungan Sekolah Internasional Binus Diselesaikan dengan UU Pidana Anak
Diah mengacu pada 198 metode nir-kekerasan yang dibuat oleh Gene Sharp dan dia meyakini ketika orang diberikan pendidikan mengenai opsi yang lebih luas, bahwa ada berbagai cara lain selain kekerasan utnuk menyelesaikan masalah yang efektif, maka kekerasan dapat diredam.
Pasalnya, dia meyakini bahwa untuk memutus aksi kekerasan, maka tidak bisa dilakukan hanya dengan satu cara saja. Salah satu cara lainnya adalah dengan mempromosikan cara-cara alternatif selain kekerasan, tidak hanya di sekolah namun juga di keluarga.
Selama orang merasa kekerasan adalah cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan mereka, mereka akan lebih memilih cara kekerasan. Selama orang tahunya lebih banyak repertoar kekerasan, tentunya mereka memilih repertoar kekerasan, ucapnya dalam keterangan yang diterima Optika.id, Senin (25/9/2023)
Baca juga: Bullying Terjadi Lagi, FSGI: Sekolah Tak Boleh Cuci Tangan dan Main Aman
Maka dari itu, Diah menyarankan untuk masing-masing individu mengeksplorasi metode nir-kekerasan yang tepat untuknya karena bagaimanapun juga, melawan kekerasan dengan kekerasan adalah tindakan yang tidak bijak dan malah melanjutkan tradisi kekerasan itu untuk yang kesekian kali.
Kebanyakan orang hanya memilih metode demonstrasi. Maka dari itu, untuk meredamnya ya, Opsinya pertama dilebarkan, dan kedua orang dibikin lebih prefer ke aksi nir-kekerasan, terangnya.
Baca juga: Kasus Kekerasaan Seksual Tak Kunjung Henti Terjadi di Sekolah
Di sisi lain, langkah yang paling efektif dalam memutus mata rantai kekerasan yakni dilakukan intervensi apabila konflik sudah berada pada tahap amarah yang kemudian beralih menjadi kegetiran. Hal ini menurut mereka cukup penting agar konflik yang ada tidak menjebak pada lingkaran setan kekerasan.
Editor : Pahlevi