Optika.id - Dalam kancah pertarungan Pilpres pada Pemilu, tiap yang menjadi sorotan selain kandidat calon presiden (capres) nya, adalah calon wakil presiden (cawapres) yang mendampingi capres. Sosok cawapres ini begitu krusial karena berbagai faktor. Maka dari itu, penentuan cawapres tidak bisa sembarangan dan grusa-grusu. Ada faktor yang perlu dipertimbangkan oleh parpol dan koalisinya. Tapi, seberapa penting posisi cawapres dan penentuannya?
Menurut Asrinaldi selaku pengamat politik dari Universitas Andalas, posisi cawapres bukan sekadar untuk melengkapi posisi capres semata. Posisi cawapres sangat penting dalam pertarungan pilpres khususnya jika kandidat cawapres memiliki kans potensial dengan basis pendukung yang konkret.
Baca juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Dalam kontestasi Pemilu tahun 2024 mendatang, cawapres dan capres sebenarnya memiliki posisi yang hampir sama, kata Asrinaldi dalam keterangannya, Jumat (29/9/2023).
Adapun yang menjadi indikator penentu dari terbentuknya pasangan capres dan cawapres adalah basis massa pendukung. Asrinaldi menyebut jika faktor itu akan membuat keduanya saling melengkapi satu sama lain untuk mengukur asas perolehan suara elektoral. Dengan kata lain, posisi cawapres yang sedemikian rupa akan meningkatkan elektabilitas dari capres.
Selama ini, posisi cawapres sendiri hanya dipersepsikan untuk mendongkrak elektabilitas capres semata dalam konteks perpolitikan di Indonesia. hal tersebut diamini oleh Peneliti Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati. Dia menyebut bahwa selama ini posisi cawapres hanya dipandang sebagai sarana komplementer politik saja.
Baca juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
Merujuk pada saling tukar menukar kepentingan politik, terlebih lagi bila capresnya itu bukan sosok populer di segmen kelompok pemilih tertentu sehingga diangkatlah cawapres dari segmen tersebut, ujar Wasisto.
Alhasil, keadaan tersebutlah yang membuat bursa cawapres tidak semenarik bursa capres. Pasalnya, fungsi cawapres hanya sebagai simbolisme menjalankan tugas fungsi residu dari presiden saja.
Kendati demikian, dia tak menampik bahwa posisi cawapres tetap penting sebagai alat katrol suara yang signifikan khususnya pada Pilpres 2024 nanti.
Baca juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada
Sehingga, ujar Wasisto, bursa cawapres tetap menarik dengan adanya skrining parpol kepada kandidat yang dinilai potensial untuk capresnya. Penentuan cawapres ini pun ditentukan berdasarkan kualitas kandidat untuk menentukan kemenangan.
Cawapres akan lebih dilihat dari kualitas dan integritasnya. Berintegritas. Berani mendobrak banyak budaya dan aturan main yang membuat Indonesia tidak maju, ucapnya.
Editor : Pahlevi