Optika.id - Tren live shopping berupa belanja langsung ketika sedang melakukan live streaming di platform marketplace maupun media sosial sebenarnya merupakan sesuatu yang telah diantisipasi oleh pelaku bisnis sejak lama.
Berdasarkan keterangan dari Business Maximiser Coach dari Duta Sukses Group, Yudi Candra, para pelaku bisnis cenderung menggunakan kesempatan muncul dan berkembangnya teknologi baru yang kian dinamis. Maka dari itu, tak ayal mereka sering terlihat latah atau FOMO karena harus mengikuti perkembangan teknologi, salah satunya adalah sistem live shopping.
Baca juga: Banyak Main TikTok Bisa Sebabkan Fokus Menurun
Live shopping ini dilirik lantaran kemudahannya. Pasalnya, pemilik produk sudah bisa menjajakan langsung barang mereka kepada pembeli dan tidak lagi memerlukan distributor. Penjual juga bisa menjajakan barangnya dari sepetak ruang kantor, atau bahkan rumah yang sudah didesain sedemikian rupa sesuai keinginan sehingga tidak lagi memerlukan pasar fisik
Adapun prinsip utama dalam praktik live shopping menurut Yudi adalah edukasi. Dia menilai, dengan segala perkembangan teknologi saat ini, konsumen digital pun tetap tidak meninggalkan kebiasaan konvensionalnya dalam tataran yang paling mendasar yakni butuh interaksi langsung dalam melakukan transaksi.
Mereka butuh diedukasi. Caranya, dengan ditunjukkan barang itu sendiri, dengan begitu orang ada edukasi. Kalau cuma di-posting, tapi enggak dijelaskan, enggak ada orang menjual, percuma saja. Dengan adanya live, itu membantu edukasi, tentunya dengan cara seru, ucap Yudi, Jumat (29/9/2023).
Sementara itu, dalam keterangan yang sama Pengamat Ekonomi Digital Heru Sutadi menyebut populernya live shopping ini tidak bisa dilepaskan dari karakter masyarakat yang pada dasarnya suka dan tidak mau ketinggalan akan hal-hal baru nan inovatif.
Baca juga: Kawula17: Inovasi Politik Anak Muda di Tengah Banjir Informasi Media Sosial
Konsumen ditawarkan banyak fitur anyar seperti pengalaman berbelanja yang utuh. Alhasil, dalam live shopping pun sudah menyaru seperti pengalaman berbelanja fisik secara langsung ke pasar atau mall.
Hanya saja yang perlu digarisbawahi menurut Heru adalah teknologi dan tren yang berkembang ini masih cukup baru dan tidak bisa diraba akan berlanjut seperti apa di masa depan. Yang jelas, imbuhnya, live shopping secara positif sebenarnya bisa membantu baik penjual maupun konsumen karena bisa mendapatkan pengalaman jual-beli secara ideal saat ini.
Selain itu yang menjadi perhatian Heru yakni sistem yang bekerja di belakang fitur live tiap platform yakni algoritma. Dia menegaskan bahwa ada pekerjaan rumah bagi para penjual untuk mempelajari cara sistem bekerja untuk menjinakkan algoritma tadi.
Baca juga: Capres Ramai Bikin TikTok Live, Bisa Gaet Suara Anak Muda?
Ini semua nanti juga tergantung algoritma, dengan banyaknya yang jualan, orang juga bisa bingung menentukan apa yang mau dia beli. Karena akan menjadi problem siapa yang tampil di atas. Karena kalau kita di persaingan itu, kita ada di nomor urut 1.000, enggak dilihat juga kan sama audiens. Jadi, ada pekerjaan untuk bisa bersaing dalam sistem algoritma seperti itu, ungkapnya.
Lebih lanjut, Heru juga menggarisbawahi pentingnya keamanan data. Dengan munculnya platform penjualan online, dia berharap agar ke depannya mereka bisa berkomitmen akan keamanan data penggunanya. Jangan sampai, data pengguna malah dikoleksi dan dijadikan barang dagang tersendiri.
Editor : Pahlevi