Optika.id - Lima hari lalu secara terbuka Israel mendeklarasikan situasi perang terhadap perjuangan pembebasan rakyat Palestina. Deklarasi perang ini akan menambah panjang kebrutalan zionis Israel kepada rakyat Palestina yang telah berlangsung lebih setengah abad.
Merespon kondisi aktual tersebut, Fraksi PKS DPR RI melalui Ketua Fraksi Jazuli Juwaini menyatakan bahwa rakyat dan negara Indonesia berdiri tegak mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk mewujudkan kemerdekaan dari penjajah Israel.
Baca juga: Warga Jakarta Menyatakan Siap Tinggalkan PKS Usai Tak Jadi Dukung Anies
Amanat Konstitusi UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan dan Indonesia punya hutang sejarah sejak Konferensi Asia Afrika 1955 untuk membebaskan bangsa Palestina dari penjajahan Israel, tegas Jazuli dari akun resmi instagram @jazuli.juwaini, Kamis, (12/10/2023).
Atas realitas keji tersebut Fraksi PKS dan bangsa Indonesia mendukung penuh setiap perjuangan dan perlawanan untuk memerdekakan bangsa Palestina.
Membebaskan Alquds Assharif dan Masjidil Aqsa yang mulia serta membebaskan jiwa bangsa Palestina dari pembunuhan massal atau holocaust, tandas Jazuli.
Fraksi PKS meminta organisasi internasional seperti PBB dan OKI serta negara-negara berpengaruh segera mengambil langkah dan tindakan tegas untuk menghentikan agresi penjajah Israel sekaligus melindungi rakyat Palestina dari kebrutalan Israel.
Baca juga: PKS Ungkap Alasan Pilih Suswono Jadi Cawagub RK di Pilgub Jakarta
Badan-Badan PBB seperti Dewan Keamanan harus segera bersidang dan mengambil resolusi yang lebih tegas agar Israel mendapat sanksi yang setimpal atas agresi yang dilakukan. Di sisi lain pasukan keamanan PBB dan badan pengungsi dan hak asasi (UNHCR) harus ditempatkan dan bertanggung jawab penuh untuk melindungi rakyat Palestina, kata Jazuli.
Untuk diketahui, dukungan Indonesia kepada kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel telah dilakukan sejak era Presiden Sukarno. Bagi Sukarno, tiap bangsa punya hak menentukan nasibnya sendiri tanpa melalui pengaturan dan campur tangan negara lain.
Sedari awal, Indonesia tak mau mengakui Israel yang diproklamasikan David Ben-Gurion pada 14 Mei 1948, karena merampas tanah rakyat Palestina. Pemerintah Indonesia tak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Ucapan selamat dari pengakuan kemerdekaan Indonesia yang dikirimkan Presiden Israel Chaim Wizmann dan Perdana Menteri Ben Gurion tak pernah ditanggapi serius pemerintah Indonesia.
Baca juga: Survei SMRC: Pemilih PKB, NasDem dan PKS Pilih Anies Jika Bersanding dengan RK
Sewaktu Sukarno mulai menggagas Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1953, Indonesia dan Pakstan menolak keras diikutsertakannya Israel dalam konferensi tersebut. Keikutsertaan Israel bakal menyinggung perasaan bangsa Arab, yang kala itu masih berjuang memerdekakan diri. Sementara Israel bagian dari imperialis yang hendak dienyahkan sukarno dari pemimpin-pemimpin dunia ketiga lainnya.
Dalam pidato pembukaannya di KAA pada 1955 yang juga dihadiri pejuang Palestina Yasser Arafat, Sukarno menyatakan kolonialisme belum mati, hanya berubah bentuknya. Neokolonialisme itu ada di berbagai penjuru bumi, seperti Vietnam, Palestina, Aljazair, dan seterusnya.
Di akhir kekuasaannya, Sukarno tetap pada pendiriannya dalam hal perjuangan rakyat Palestina melawan Israel. Dalam pidatonya pada hari ulang tahun Republik Indonesia ke-21, Sukarno menyatakan, Kita harus bangga bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus, bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa antiimperialisme, tapi juga konsekuen terus berjuang menentang imperialisme. Itulah pula sebabnya kita tidak mau mengakui Israel!.
Editor : Pahlevi