Waspada Kanker Payudara yang Punya Angka Kesakitan Tertinggi di Dunia

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Kanker payudara dinyatakaan sebagai jenis kanker dengan angka kesakitan yang paling tinggi baik di dunia, maupun di Indonesia. hal tersebut dikatakan oleh Wakil Ketua Bidang Organisasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), M. Yadi Permana.

Dikutip dari data Global Cancer Observatory (Globocan), sepanjang tahun 2020 kemarin ada total 11% atau setara dengan 2,2 juta kasus baru kanker payudara di seluruh dunia. Sementara itu pada tahun yang sama, ada 6,9% atau 684.996 kasus kematian akibat kanker payudara.

Baca juga: Kesehatan dan Alkohol: Apa yang Harus Anda Ketahui?

Di Indonesia sendiri, ada 16,6% atau 65.858 kasus baru kanker payudara pada tahun 2020. Sementara itu angka kematiannya menyentuh 9,6% atau 22.430 kasus.

"Dari Riskesdas kalau kita lihat rasio dari kanker payudara ini tadinya (2013) itu 1,4 per 1000 penduduk. Kemudian 2018 naik jadi 1,79 per 1000 penduduk. Jadi, sudah meningkat juga," ucap Yadi, dalam keterangannya, Selasa (24/10/2023).

Yadi mengaku prihatin terhadap angka kasus kanker payudara ini. Sayangnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) pada tahun 2016 hingga 2022, sebanyak 60-70% pasien kanker payudara baru datang ke rumah sakit dalam stadium lanjut (stadium III dan IV).

Baca juga: Kenali Penyebab Kesemutan pada Wajah dan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi

Sehingga, masalah tersebut malah berkontribusi terhadap tingginya kasus kanker payudara di Indonesia yang angka kejadiannya 16,6hkan, angka tersebut dinyatakan lebih tinggi dari angka kejadian kanker payudara di dunia sebanyak 11,7%.

Lebih lanjut Yadi menjelaskan faktor risiko kanker payudara salah satunya adalah paparan terhadap hormone estrogen dalam jangka waktu yang lama. Misalnya, usia menstruasi pertama kurang dari 12 tahun, perempuan yang tidak melahirkan, konsumsi lemah dan alcohol yang berlebih, dan riwayat kanker dalam keluarga.

Sementara itu untuk mengatasinya, dia menegaskan masyarakat harus mengubah bahkan menghindari beberapa faktor risikonya. Dia mengimbau agar masyarakat banyak melakukan aktivitas fisik, mengurangi alcohol, mengonsumsi buah dan sayur hingga menjaga berat badan ideal.

Baca juga: 5 Perubahan Warna Lidah yang Mengungkap Kondisi Kesehatan Anda

Pencegahan lainnya adalah dilakukan untuk yang berusia 35 hingga 40 tahun agar ada deteksi dini dengan cara skrining ultrasonografi (USG). Sedangkan untuk mereka yang berada di atas usia tersebut, skrining dilakukan dengan mammografi.

"Kemudian ada yang namanya SADARI, yaitu Pemeriksaan Payudara Sendiri. Bisa dilakukan para perempuan 5-7 hari setelah selesai haid. Jadi, pada saat pengaruh hormonnya paling rendah," pesannya.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Selasa, 10 Sep 2024 22:22 WIB
Rabu, 11 Sep 2024 16:30 WIB
Berita Terbaru