Mengingatkan Lagi Bahayanya KKN

Reporter : Danny

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca juga: Percobaan Pembunuhan Ke 2 Terhadap Trump

Optika.id - Saya yakin masyarakat umum faham betul dengan apa itu KKN, namun saya ingin mengingatkan kembali apa itu KKN dan bahayanya bagi kehidupan demokrasi bangsa. Bagi mahasiswa KKN itu adalah singkatan Kuliah Kerja Nyata dimana mereka diterjunkan ke desa-desa untuk membantu membangun desa sesuai dengan ilmu yang mereka dapat dari kampus.

Namun dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara di negeri kita, KKN itu adalah singkatan Korupsi Kolusi dan Nepotisme. KKN yang ini dulu marak di jaman Orde Baru dan naga-naga nya juga marak di kehidupan politik kita sekarang.

Secara umum dari berbagai definisi Korupsi itu adalah tindakan menggunakan kekayaan negara untuk kepentingan pribadinya secara illegal atau melanggar hukum, Kolusi adalah kerja sama rahasia untuk maksud tidak terpuji dan persekongkolan. Nepotisme adalah kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan dan pangkat di lingkungan pemerintah, atau tindakan memilih kerabat atau sanak keluarga sendiri untuk memegang pemerintahan.

Jaman Orde Baru yang dipimpin almarhum jenderal Suharto pernah mengalami kegemilangan pembangunan ekonomi Indonesia setelah lama berada dalam kondisi ekonomi terpuruk, hutang bertumpuk, inflasi mencapai 650% dsb di jaman Orde Lama. Pak Harto lalau membuat gebrakan dengan meliberalkan ekonomi, mengundang investor asing dan membuat perencanaan ekonomi jangka panjang yang disebut Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun.

Baca juga: Asosiasi Pengusaha Juga Dipecah – Belah Seperti Parpol

Terlepas dari berbagai kelemahan Orde Baru dari soal ekonomi negara dikuasai kroni-kroni istana, pelanggaran HAM, pemerintahan yang dikuasai militer, politik yang diatur penguasa, tidak adanya kebebasan pers, dsb., namun diakui bahwa dalam melakukan kebijakan ekonomi pemerintah Orde Baru sangat fokus dengan cara membuat Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun itu, sebagai perencanaan yang dibuat dan dilaksanakan selama 30 tahun masa jabatan Soeharto.

Program ini menerapkan pembangunan terpusat untuk ekonomi makro yang ada di Indonesia. Perancangan program Repelita berada di bawah arahan Prof. Widjojo Nitisastro pada tahun 1967, saat ia menjabat sebagai kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang disempurnakan selama kurun waktu lebih kurang setahun. Selain Nitisastro, program ini juga disusun bersama dengan tokoh teknokrat lain yang juga berasal dari lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, yaitu Emil Salim, Ali Wardhana, J.B. Sumarlin, Saleh Afiff, Subroto, dan Mohammad Sadli. Mereka ini dikenal sebagai Mafia Berkley karena sebagian besar mereka pernah kuliah di Berkley Amerika Serikat.

Namun meskipun jenderal Suharto mampu membangkikan lagi perekonomian negara sampai mendapatkan penghargaan badan pertanian PBB FAO atas keberhasilan swasembada pangan (tidak impor), tapi kerajaannya selama lebih dari 30 tahun itu runtuh pada tahun-tahun 1997-1998 karena krisis ekonomi juga karena marak praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau KKN itu.

Baca juga: Oh Ternyata Itu Hanya Analisa To …

Pemerintahan Orde Baru melakukan kolusi dengan segelintir kroni-kroninya dan melakukan nepotisme dengan menunjuk anak-anaknya serta kelompok terdekatnya menguasai semua lini perekonomian dan bisnis. Anak-anak pak Suharto menjadi pemegang saham di berbagai perusahaan penting dan raksasa dan yang akhirnya melahirkan apa yang disebut kelompok 9 Naga, sebuah kelompok yang menguasai ekonomi dan bisnis yang menjadi kebutuhan dasar rakyat Indonesia. Mereka berada dimana-mana sektor, perdagangan, produksi, perkebunan, perbankan, logistik, perkapalan, perdagangan luar negeri, minyak dan gas bumi, kelapa sawit, batubara, properti dsb dsb.

Kekuasaan Pak Suharto yang lebih dari 30 tahun itu yangseakan-akan tidak bisa jatuh mengingat semua lini dikuasainya, dari parlemen pusat dan daerah, partai politik, militer, bisnis, kelompok-kelompok masyarakat dsb namun kenyataan sejarah lain, pak Suharto jatuh ditengah krisis ekonomi dan ribuan mahasiswa yang demonstrasi menentang kebijakan KKN nya.

Seharusnya sejarah jatuhnya nya Orde Baru dengan praktek-praktek KKN itu menjadi pelajaran bagi penguasa hasil reformasi sekarang ini, bahwa praktek KKN yang merajalela, mengutamakan kepentingan anak-anak dan kroninya serta korupsi akan menjatuhkan kekuasaannya bila Allah dan rakyat menghendaki.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru