Optika.id - Direktur UNRWA di Gaza, Thomas White, telah menyampaikan kekhawatirannya bahwa bendera PBB tidak lagi cukup untuk melindungi warga Palestina yang mencari perlindungan di gedung-gedung PBB di Jalur Gaza. Hampir 700.000 warga sipil Palestina mencari perlindungan di gedung-gedung PBB, termasuk sekolah. Lebih dari 50 fasilitas PBB rusak akibat pengeboman Israel, termasuk lima yang menjadi sasaran langsung, yang menyebabkan kematian 38 orang yang mencari perlindungan di sana. White khawatir bahwa jumlah korban akan terus meningkat, terutama di wilayah utara Jalur Gaza, karena UNRWA telah kehilangan kontak dengan banyak pusat perlindungan.
White juga mencatat bahwa 72 staf UNRWA telah tewas akibat tindakan Israel sejak dimulainya agresi di Jalur Gaza pada 7 Oktober. Dalam 24 jam terakhir, dua staf UNRWA tambahan tewas, sehingga total menjadi 72 staf UNRWA yang tewas. Sebanyak 690.000 pengungsi Palestina saat ini mencari perlindungan di 149 fasilitas PBB di seluruh Jalur Gaza. White dengan tegas menyatakan, "Mari kita bicara terang benderang, saat ini tidak ada tempat yang aman di Gaza." Dikutip pada Jum'at (03/11/2023).
Baca juga: Dua Prajurit TNI Terluka Ditembak Israel
Situasi kemanusiaan yang mengerikan ini juga tercermin dalam jumlah korban tewas warga Palestina yang terus meningkat. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang berkepanjangan di Jalur Gaza telah mencapai 9.227, termasuk 3.826 anak-anak dan 2.405 perempuan. Ada juga 23.516 orang yang mengalami luka-luka. Lebih lanjut, terdapat 2.100 orang yang terperangkap di bawah reruntuhan di Gaza, termasuk 1.200 anak-anak. Serangan Israel juga telah menyebabkan kematian 136 tenaga medis dan merusak 25 ambulans.
Baca juga: Polemik Hukuman Mati di Dunia
Penyerangan terhadap lebih dari 102 fasilitas perawatan kesehatan di Gaza sejak tanggal 7 Oktober juga disoroti. Padahal, menurut aturan perang, fasilitas semacam itu seharusnya terlindungi dari serangan. Sebanyak 16 rumah sakit dan 32 pusat perawatan primer terpaksa ditutup karena serangan Israel dan kekurangan pasokan bahan bakar.
Editor : Pahlevi