Optika.id - Kontroversi seputar status keanggotaan Gibran Rakabuming Raka di PDI Perjuangan belum terselesa setelah resmi diumumkan sebagai calon presiden (capres) oleh Prabowo Subianto. Rumor yang menyebut bahwa putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut akan pindah ke Partai Golkar juga semakin menguat.
Subiran Paridamos, seorang pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), mengamati bahwa Gibran berada dalam posisi yang strategis di tengah ketidakpastian statusnya sebagai kader PDIP. Bahkan, ia berpendapat bahwa secara politik, Gibran bisa mendapatkan keuntungan lebih besar jika ia dipecat daripada mengundurkan diri.
Baca juga: Setara Institute: Prabowo-Gibran Akan Bawa Indonesia ke Otoritarianisme 2.0
Dalam pandangannya, Subiran menyatakan, "Sebab kalau dia mengundurkan diri, maka pihak PDIP yang akan untung, karena menggunakan isu ini untuk mengafirmasi pengkhianatan Gibran dan keluarga." Ia meyakini bahwa peluang PDIP memanfaatkan isu politik untuk menciptakan sentimen negatif terhadap Gibran dan Presiden Jokowi akan mengurangi dampak Jokowi Effect pada elektoral PDIP di Pilpres dan Pileg 2024. Dikutip pada Jum'at (10/11/2023).
Baca juga: Masyarakat Sipil Demo di KPU, Minta Paslon 02 Didiskualifikasi
Subiran menambahkan bahwa situasinya akan berbeda jika Gibran dipecat oleh PDIP. Dengan dipecatnya Gibran, desas-desus tentang kepindahannya ke Partai Golkar akan semakin kuat. Menurut Subiran, opsi terbaik bagi Gibran adalah memilih untuk masuk ke Golkar, karena partai ini dapat memberikan dukungan politik yang lebih kuat, terutama mengingat Golkar sebagai partai besar dan menempati posisi kedua dalam perolehan kursi di parlemen.
Baca juga: Akademisi Unair: Khofifah Sosok Dibalik Suksesnya Prabowo-Gibran Dulang 65 Persen Suara di Jatim
"Idealnya, Gibran memiliki potensi besar untuk memilih masuk ke Golkar supaya mendapatkan suaka dan dukungan politik yang lebih kuat, karena kita tahu Golkar ini partai besar dan nomor 2 perolehan kursi di parlemen," kata Subiran. "Lagi pula, Gibran kan pertama kali diusung oleh Partai Golkar sebagai cawapres, jadi secara kalkulasi politik, Gibran lebih tepat dikuningkan."
Editor : Pahlevi