Surabaya (optika.id) - Setara Institute memprediksi Indonesia akan mengalami kemerosotan demokrasi di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Hal ini karena pasangan ini menang dalam hitung cepat dan real count KPU berkat nepotisme dari Jokowi.
"Menurut saya kemunduran demokrasi akan terus berlanjut. Sudah sejak 2019-an para cendekiawan politik menyebut, demokrasi kita mengalami kemunduran (regression)," kata Halili Hasan, Direktur Eksekutif Setara Institute, , dilansir dari inilah.com, pada Minggu (18/2/2024).
Baca Juga: Kekuatan Orde Baru Sudah di Pusat Pemerintahan Republik Indonesia
Halili mengatakan, demokrasi kita sudah mengalami kemunduran sejak 2019, menurut para cendekiawan politik. Ia juga mengatakan, Pemilu 2024 sudah dibajak, melalui rekayasa MK, KPU, dan aparat.
"(Kemudian) nepotisme 'bau kencur' (baby nepotism) akan berkomplot dengan kekuatan lama (the old power), untuk membangkitkan Neo Orba atau Otoritarianisme 2.0" tutur Haili.
Baca Juga: Kemana Prabowo Bakal Bawa Demokrasi Indonesia?
Halili juga mengatakan, HAM tidak akan terwujud di era Prabowo-Gibran. Ia mengatakan, Prabowo tidak akan bisa mewujudkan keadilan HAM bagi publik, terutama bagi korban. Ia mengatakan, tidak mungkin terduga pelanggar HAM memerintahkan dibentuknya Pengadilan HAM.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Halili juga memberikan informasi, bahwa KPU sedang melakukan proses penghitungan suara Pemilu 2024. Prabowo-Gibran berpeluang besar memenangkan pilpres dalam satu putaran.
Baca Juga: Jokowi Buka Suara Soal Dirinya Disebut Cawe-Cawe dalam Kabinet Prabowo-Gibran
Hal ini karena pasangan ini unggul dari hitung cepat lembaga survei, dan juga unggul dengan raihan 57,95 persen suara. Data ini berdasarkan real count sementara KPU per Sabtu (17/2/2024) malam, dengan jumlah data masuk sebesar 66,61 persen.
Editor : Pahlevi