Optika.id - Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan sambutan dalam acara Dialog Terbuka Muhammadiyah di Surabaya, Jumat, (24/11/2023). Ia mengaku tidak bisa hadir karena bersama Jokowi sedang peresmian Rumah Sakit Muhammadiyah di Sorong Papua Barat.
Haedar ingin calon presiden dan wakil presiden membawa Indonesia 5 tahun kedepan, memimpin 270 ribu jiwa. Juga bagaimana membawa Indonesia dan seluruh tanah air kekayaan sejarah bangsa dalam tempo kedepan sejalan dengan perjuangan menjadi negara merdeka.
Baca juga: 13 PTMA Dapatkan Akreditasi Unggul, Ini yang Terbaru
"Dimana tujuan cita-cita nasional menjadikan Indonesia sebagai bersatu berdaulat adil dan makmur. Dalam perspektif muhammadiyah Indonesia berkemajuan dalam berbagai bidang," kata Haedar kepada Optika.id, Jum'at, (24/11/2023).
Kontestasi bukan sekedar wahana merebut hati rakyat dan menduduki jabatan pemerintahan, tapi pada saat yang sama bagaimana jabatan pemerintahan ini membawa mandat yang seutam-utamanya. Bagaimana mewujudkan visi misi cita-cita nasional. Oleh para pendiri Indonesia dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 dan nilai dasar pancasila sebagai pondasi konstitusi membawa Indonesia kedepan.
"Siapapun capres cawapres bukan dalam perspektif visi misi dan cita-cita sendiri. Kedua selain menjalankan visi misi dan cita cita konstitusi, dalam memimpin Indonesia kedepan juga sebagai kepala pemerintahan," jelasnya.
"Tegas tegak lurus, diatas kepentingan diri dan kepentingan sempit lainnya. Yang mengutamakan sebesar-besarnya kepentingan rakyat dan negara republik Indonesia untuk dibawa negara berkemajuan dari berbagai aspek," tambahnya.
Baca juga: Delegasi Dubes Malaysia Temui Haedar Nashir, Bahas Kerja Sama Pendidikan dan Moderasi Islam
Kemudian, Muhammadiyah percaya bahwa penghayatan terhadap sejarah visi misi cita cita nasional sekaligus juga semangat membawa Indonesia jiwa kenegarawan dalam publik tercinta termasuk elite dan warga bangsa.
Kontestasi pemilu 2024 perlu dijaga bersama oleh kita semua termasuk yang terhormat capres cawapres agar bermartabat beretika menjunjung tinggi kebenaran kepatutan sekaligus juga kontestasi demokrasi yang tegak lurus diatas konstitusi diatas peraturan yang berlaku tidak ada penyimpangan serta dapat menjadi wahana mempersatukan bangsa.
Pemilu dan kontestasi politik yang berbeda tidak boleh menjadi jalan untuk meretakkan keutuhan bangsa. Kontestasi pemilu perbedaan politik tidak menjadi tempat pertempuran politik yang mengoyak persatuan bangsa.
Baca juga: Haedar Nashir Seharian di Jatim, Resmikan Kampus sampai Groundbreaking Rumah Sakit
"Jika karena pemilu kita pecah sebagai bangsa, keempat yang kami harapkan pada semua capres dan cawapres dimana muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan menghindari politik praktis. Berharap bagaimana 5 tahun kedepan Indonesia semakin mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dapat diurai satu persatu. Korupsi dengan KPK yang lemah kesenjangan sosial ekonomi, sumber daya alam yang masih dieksploitasi, berbagai persoalan lain termasuk utang negara yang berat bisa dihadapi bersama," tegasnya.
Dengan pertanggungjawaban tinggi, tidak ada pemimpin yang menyelesaikan masalah secara persis, Muhammadiyah berharap bagaimana pemimpin bangsa kedepan bisa membawa Indonesia maju modern berjajar bermartabat berdaulat dengan bangsa bangsa lain yang lebih maju, tidak menjadi negara objek investasi dan segala kepentingan politik luar negeri yang tidak sejalan dengan semangat jiwa dan dasar konstitusi.
"Terakhir, harapan kami bagaimana pemimpin bangsa kedepan dapat bersatu bekerjasama memobilisasi potensi untuk bagaimana indonesia kedepan sedang berkemajuan dalam berbagai aspek, tetap berdiri tegak diatas kepribadian, pancasila dan kebudayaan luhur bangsa menjadi nilai dasar kehidupan Indonesia, sehingga kemajuannya tetap memiliki jati diri kokoh dari kehadiran Indonesia di mata dunia. Maka, jadilah para pemimpin bangsa berjiwa besar dan membawa negara menjadi negara besar berkemajuan," pungkas Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.
Editor : Pahlevi