Optika.id - Fokus utama ketiga pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden salah satunya adalah isu stunting yang menjadi momok bagi negeri. Ketiga paslon menaruh atensi pasa isu stunting untuk Pilpres 2024 nanti terlihat dari berbagai janji yang mereka buat sebagai upaya untuk penurunan prevalensi stunting di Indonesia.
Misalnya paslon nomor urut 1, Anies-Cak Imin alias AMIN yang memaparkan bahwa mereka akan melibatkan peran PKK dan posyandu sebagai tonggak utama dalam penurunan stunting. Selain itu, Anies menilai perlunya upaya penanganan stunting sejak awal yakni sedari ibu hamil bahkan ketika perempuan belum menikah.
Baca juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Ada guideline dari pusat, apa yang harus dibereskan dari stunting. Kemudian kesehatan ibu hamil, ini semua saat ini tidak ada. Insyaallah kebijakan yang kami lakukan justru mengembalikan itu semua, ujarnya, dalam Dialog Terbuka Muhammadiyah, Rabu (23/11/2023) beberapa waktu yang lalu.
Berbeda dengan pasangan AMIN, paslon nomor urut 2, Prabowo Subianti dan Gibran Rakabuming Raka hendak mengatasi masalah tahunan stunting ini dengan mengeluarkan tiga kartu sakti yakni Kartu Anak Sehat, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Sehat Lansia. Kartu Anak Sehat digadang-gadang oleh paslon tersebut sebagai cara ampuh pencegahan stunting.
Selain menerbitkan kartu-kartu, Prabowo-Gibran juga akan menjamin pemenuhan gizi anak Indonesia dengan cara pembagian makan siang serta susu gratis di sekolah dan pesantren. Selanjutnya, mereka bakal memberikan bantuan gizi untuk balita dan ibu hamil untuk menjamin gizi ibu dan anak.
Sementara itu, paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD berjanji untuk menurunkan angka stunting di bawah 9% pada akhir kepemimpinannya nanti. paslon ini, untuk mencapai target tersebut, mengupayakan dengan memberi dukungan gizi dan akses layanan kesehatan kepada perempuan selama masa kehamilan dan menyusui. Selain itu, mereka juga berkomitmen mengadakan sosialiasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai bayi menginjak usia 6 bulan. Kemudian setelahnya, bayi bisa diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) sehat untuk mendukung pertumbuhan bayi.
Pencegahan stunting sangat penting. Karena biaya pencegahan stunting lebih murah dan dampaknya akan lebih terkendali, daripada apabila sudah terjadi stunting, ungkap Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud Siti Rahmayati, dalam keterangannya di media Jumat (24/11/2023).
Baca juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
Menanggapi berbagai visi misi dari ketiga paslon capres-cawapres, Ekonom Senior INDEF, Aviliani menilai bahwa janji-janji tersebut masih belum cukup kuat untuk bisa mengurangi angka stunting secara signifikan serta mewujudkan mimpi Indonesia Emas 2045 nanti. pasalnya, ujar Aviliani, kebijakan-kebijakan yang dipaparkan tadi masih bersifat populis dan belum terfokus pada satu hal yang pasti.
Harus berbicara soal lima, sepuluh, bahkan dua puluh lima tahun ke depan di mana kita punya struktur sumber daya manusia yang lebih baik, katanya, Selasa (28/11/2023).
Misalnya, untuk mewujudkan generasi Emas yang bebas dari stunting pada tahun 2045 nanti, Aviliani menilai kebijakan yang diambil harus berfokus pada perwujudan SDM unggul yang dimulai dengan kampanye hidup sehat.
Menurut Aviliani, hal tersebut penting, khususnya bagi perempuan, lantaran untuk melahirkan anak yang sehat, maka pemenuhan gizi dan penerapan pola hidup sehat harus dilakukan jauh sebelum perempuan tersebut menikah dan hamil.
Baca juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada
Selanjutnya, kebijakan yang diambil juga harus berfokus pada perempuan yang sudah menikah dalam memasuki periode kehamilan. Hal ini dikarenakan, pada masa tersebut ibu hamil perlu memenuhi asupan gizinya.
Dana stunting itu kebanyakan jumlahnya tidak terlalu besar, kemudian juga tidak bisa sampai lahir. Harusnya, dari masa kehamilan sampai anak itu berusia tiga tahun itu terus mendapatkan gizi, sehingga bisa dipantau secara jelas bahwa mereka tidak terkena stunting, jelas Aviliani.
Editor : Pahlevi