Optika.id - Pengamat Politik Universitas Padjajaran (Unpad), Kunto Adi Wibowo menilai jika pernyataan Partai Keadilan Sosial (PKS) perihal ibukota tetap di Jakarta meskipun sudah ada UU IKN bermuatan politis. Menurutnya, sudah sangat jelas jika PKS menyasar para pemilih yang tidak suka dengan pemindahan IKN dan menginginkan agar ibukota tetap di Jakarta.
Kalau IKN ini, kan, yang disasar adalah mereka yang terutama ASN, yang malas pindah ke IKN dan juga mereka yang tidak setuju atas IKN dan menurut saya ceruk pasarnya ada dan itu menurut saya tujuan pertama PKS, kata Kunto, Kamis (30/11/2023).
Baca juga: Warga Jakarta Menyatakan Siap Tinggalkan PKS Usai Tak Jadi Dukung Anies
Aksi PKS dalam bermanuver dengan isu pemindahan ibukota menurut Kunto bukanlah barang baru. pada Pemilu tahun 2019 silam PKS pernah bermain dengan narasi SIM gratis yang bisa meningkatkan elektabilitas PKS meskipun hanya 1% saja. Lebih lanjut, apabila ditelusuri lebih jauh, upaya narasi PKS ini ternyata memberikan dampak yang positif.
Dijelaskan oleh Kunto, dari sisi publik ini masyarakat akan terus berbicara perihal narasi PKS tentang pemindahan ibukota dan ketidaksetujuan parpol itu. Publik tentu akan menimbang untung-rugi pemindahan ibukota tersebut. Di sisi lain, narasi negatif juga akan tetap muncul seperti ancaman polarisasi masyarakat meskipun tidak sekuat isu-isu sentiment tertentu. Dampak negatif lainnya adalah PKS akan mendapatkan serangan dari buzzer.
IKN ini enggak sekuat itu sehingga potensi polarisasi akan lebih kecil dibandingkan isu-isu agama misalnya. Jadi walaupun masih akan ada polarisasi pasti," ucap Kunto.
Baca juga: PKS Ungkap Alasan Pilih Suswono Jadi Cawagub RK di Pilgub Jakarta
Lantas, apakah efek elektoralnya hanya dinikmati pihak PKS?
Tak hanya PKS saja, Kunto menyebut bahwa Anies bisa mendapatkan efek elektoral dari isu yang sedang dimainkan oleh PKS. Baik saat ini, maupun nanti. alasannya, baik PKS dan Anies memiliki ceruk pemilih yang sama sehingga pemilih PKS juga mengarah untuk Anies dan elektabilitas keduanya bisa meningkat.
Kendati demikian, apabila PKB dan Partai Nasdem berkampanye seperti PKS, maka efek elektoral itu tidak akan sama. Pasalnya, PKB dan Partai Nasdem hanya dianggap sebagai pengikut sehingga tidak akan mendapatkan efek elektoral sebesar PKS. Dengan kata lain, apabila ingin mendapatkan suara yang lebih besar maka Partai Nasdem dan PKB harus mencari strategi lainnya.
Baca juga: Survei SMRC: Pemilih PKB, NasDem dan PKS Pilih Anies Jika Bersanding dengan RK
Mungkin Nasdem dan PKB bisa mengusung isu lain yang intinya anti pembangunannya Pak Jokowi, terutama jika persetujuan rendah dan itu bisa melalui survei, melalui kajian-kajian yang mungkin mereka bisa menemukan, apa kira-kira yang bisa anti positioning, anti dengan apa yang sudah dilakukan Pak Jokowi, tuturnya.
Editor : Pahlevi