Optika.id - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Anang Sujoko mengkritisi Debat Capres beberapa hari lalu. Hal itu dikatakan Anang dalam diskusi bersama Forum Insan Cita melalui YouTube, Minggu, (17/12/2023).
Anang mengatakan bahwa pasangan nomor urut 1 cukup tertata terukur dan terdata sehingga manajemen waktu bisa terlihat dengan jelas. Kemudian, pasangan nomor 2 memiliki argumen data masih kurang tapi menonjolkan ketegasan, gagasan yang kurang ini melahirkan gerakan tubuh yang kurang pas ketika ditampilkan.
Baca juga: Presiden Prabowo akan Hadiri Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang
Lalu untuk Ganjar, pasangan nomor urut 3 yang menggunakan bahasa ketimuran, penekanannya juga banyak memberikan pertanyaan ke pasangan nomor urut 2 sehingga tidak menimbulkan perdebatan atau resistensi.
"Yang diangkat oleh Pak Anies adalah kritikan, nomor 2 membela pemerintahan sekarang, memang wajar 01,03 sejalan mengemukakan pandangan menghantam karena keduanya memang sudah demisioner tidak lagi gubernur dan pengalaman jawa tengah dan DKI. Itu adalah pengalaman luar biasa cerita ke kita, memang tidak ada pengalaman pemerintahan bagi 02, sebetulnya menarik kalau beliau memberikan contoh-contoh, kurang lebih 4 tahun ini," kata Andi Faisal saat dikonfirmasi Optika.id, Minggu, (17/12/2023).
Perlu diketahui, berikutnya diantara pertanyaan panelis yang disampaikan moderator terlihat tidak dijawab secara tuntas, juga visi misi pengalaman yang dirangkum dalam 4 menit. Pada akhirnya, pertanyaan panelis tidak bisa tersampaikan menyeluruh.
"Gesture, memang untuk ketimuran, terutama luar Jawa ada istilah njawani tapi tidak terlihat, memang dari 02 memberikan reaksi, dikritisi secara pribadi. Sebenarnya itu perjalanan perpolitikan yang melanjutkan, itu yang menjadi slogan, berapa bulan terakhir ini, memang calon 01 itu tentang change, 01 punya definisi tentang change continuity, baik tetap dilanjutkan, terbaik seperti prinsip," ujar Hendri Satrio menanggapi.
Baca juga: Ganjar Pranowo Soroti Faktor Kemenangan Pramono Anung-Rano Karno di Pilgub DKI 2024
Jadi kuncinya adalah bagaimana mengadopsi nilai terbaik, memelihara yang lama, selama ini capres 01 selalu angkat di forum, karena pasangan calon 02 merasa yang selalu diangkat adalah Jokowi, Gibran sehingga berada di posisi defensive.
"Dengan itu, muncul gesture dengan ucapan dan suara yang bagi kita memang agak aneh karena umpamanya, sorry ye, kalau di Jawa dilarang nunjuk ya nunjuk-nunjuk tidak sopan. Dan diikuti oleh Gibran dan berdiri di belakang menjadi ramai," ungkap Andi.
"Kenapa bisa berdiri, menjadi protokol yang tidak boleh dilakukan. Bahkan ada lidah yang dikeluarkan itu, semua menurut orang Jawa dan menurut orang timur bahkan barat, orang nyinyir kedip mata bahkan lidah itu akan merasakan sesuatu yang aneh. Ternyata masing-masing pendukung menggoreng dengan kebutuhan, refleksi aktif sesuai kebutuhannya, menurut teori komunikasi, gesture itu soal sorry ye dan tangan itu ternyata bagi 02 justru adalah reaksi karena merasa dihini, penghinaan," tambahnya.
Baca juga: Kado Awal Tahun: UMP Naik 6,5 Persen, Kesejahteraan Guru Meningkat Signifikan di 2025
Pernyataan dari Anang maupun Andi menjelaskan pada intinya bahwa semua Capres masih bisa dikatakan tidak siap untuk berdebat. Hanya Anies yang siap, hal itu bisa dilihat dari cara penyampaian gagasan nomor urut 01 selalu memberikan poin penting terhadap pasangan lain.
"Saya lihat tersebar sekali bahwa pasangan 01 ini sombong, tidak tau diri, penghianat, seolah-olah mencibir atau menghina. Itu benar benar digoreng, tiktok bercerita tentang itu, memang banyak juga setiap calon baik secara sukarela maupun secara struktur sebagai pekerjaan. Dinilai sebagai Buzzer, ada unsur rupiahnya, 01 setiap jawaban ada 1-4 dan mengalir dengan data yang lengkap, paslon lainnya tidak melakukan seperti itu memang terlihat tidak siap," pungkas Dosen Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah itu di akhir pernyataannya.
Editor : Pahlevi