Optika.id - Peristiwa memilukan terjadi di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA) pada Rabu (27/12/2023) siang itu. Di lokasi yang merupakan salah satu penampungan pengungsi Rohingya itu, sebanyak 137 pengungsi akhirnya diangkut paksa menggunakan truk ke Kantor Kemenkumham Aceh lantaran didemo oleh ratusan massa yang berasal dari kalangan mahasiswa.
Sebagian besar pengungsi merupakan anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia (lansia). Mereka menangis, ketakutan, dan terkepung serta meraung putus asa melihat ratusan mahasiswa berdemo dan menolak kehadiran mereka serta menuntut agar mereka dipindahkan ke lokasi lain. tak hanya itu, para pengungsi juga menerima lemparan benda-benda ringan dari para pendemo yang sebagian besar mahasiswa itu.
Baca juga: Jokowi Tolak ke Jawa Timur Usai Ada Rancangan Demo Mahasiswa
Menanggapi hal tersebut, Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Presiden, Nino Viartasiwi menilai ada upaya dari pihak-pihak tertentu untuk melakukan demonisasi yang akhirnya menimbulkan ketakutan (fear mongering) di masyarakat. Narasi-narasi kebencian pada pengungsi Rohingya tersebut menurut Nino terorganisir dengan sangat rapi di medsos dan sasarannya yakni para Gen Z.
Ini membuat mereka berbuat dan bergerak karena ada ide-ide dari sosial media bukan karena merespons isu permasalahan yang ada di sosial langsung, kata Nino dalam keterangannya, dikutip Optika.id, Minggu (31/12/2023).
Di sisi lain, hal itu juga tidak bisa dilepaskan dari atmosfer politik yang saat ini tengah terjadi di Indonesia. dia melihat jika isu pengungsi Rohingya ini seakan menjadi umpan potensial bagi para elite politik yang sewaktu-waktu bisa saja digoreng oleh pihak-pihak tertentu.
Tujuannya sekuritisasi isu pengungsi, dari isu yang tadinya bukan keamanan menjadi isu keamanan (negara), lanjut Nino.
Baca juga: Pasar Bandeng Gresik: Mahasiswa PMM UMG Terjun ke Warisan Budaya Lokal
Dalam keterangan yang sama, Project Coordinator Program JRS Indonesia, Hendra Saputra menegaskan jika berbagai tuduhan miring yang dialamatkan kepada pengungsi Rohingya di medsos itu banyak yang berupa informasi palsu.
Dia mengamati bahwa ada beberapa isu utama yang digaungkan soal pengungsi Rohingya. Adapun isu tersebut meliputi tudingan bahwa para pengungsi memakan anggaran daerah, berperilaku tidak etis, dan tudingan bahwa mereka hendak menguasai tanah Aceh.
Narasi counter mesti dibangun dengan gencar. Saya diskusi dengan mahasiswa, mereka bilang alasannya pengungsi melakukan pelecehan seksual pada warga lokal, itu juga isu yang terus hadir, kata dia.
Baca juga: Kesempatan Emas, Bank BSI Buka Lowongan Magang, Lulusan SMA sampai S1 Bisa Daftar!
Aksi para mahasiswa yang memindahkan para pengungsi tersebut dinilai Hendra berlangsung tidak sporadis, melainkan merupakan agenda yang tersusun dan terencana yang tentunya tidak datang tiba-tiba.
Kita cek pastikan ke lapangan tidak ada pelecehan ke warga lokal oleh pengungsi, ujar Hendra.
Editor : Pahlevi